Ke Bandara Soekarno Hatta Naik MRT dan Kereta Bandara

Salah satu dilema terbesar setiap kali saya mau pulang ke Batam atau Pekanbaru adalah ingin secepat mungkin bisa sampai di rumah. Tapi di sisi lain, saya juga mau menghemat cuti. Karena itu saya seringkali memilih penerbangan yang paling malam atau paling pagi di keesokan harinya.

Hal yang sama juga terjadi di mudik lebaran kali ini. Berhubung hari Kamis (30/5) adalah hari libur, jadi saya memutuskan untuk pulang dari sehari sebelumnya, di hari Rabu (29/5). Kenapa gak pulang hari Kamis aja? Ya itu tadi, saya mau secepat mungkin sampai di rumah. Ingin sesegera mungkin bisa sahur bersama Ayah dan Mama. 🙂

Nah, masalahnya… hari Rabu itu saya masih ngantor. Mau cuti, tapi kok ya sayang banget ya, karena cuti saya udah dipake lumayan banyak di libur lebaran ini.

Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil penerbangan paling terakhir yaitu di jam 18.40. Iya, itu udah penerbangan Jakarta-Batam yang paling malam. Kalo rute Jakarta-Pekanbaru sih masih ada flight yang jam 8an malam.

Karena di tiket mudik ini saya ambil Garuda kelas Y yang bisa fleksibel untuk reschedule jadwal, saya sempat mikir “ah ya udah, kalo hari Rabu itu masih ada kerjaan yang belum tuntas, jadwalnya direschedule ke hari berikutnya aja.”

Menjelang hari Rabu, ternyata kerjaan makin menipis. Di sisi lain, keinginan untuk segera pulang semakin kuat. Jadi ya sudah, saya mantapkan aja deh niat untuk berusaha mengejar penerbangan pukul 18.40 itu sembari tetap ngantor dari pagi sampai sore.

FYI, jam kerja di kantor saya itu flexi time. Dari jam 07.00 sampai jam 10.00. Selama Ramadan ini, hitungan jam kerjanya 8,5 jam. Jadi kalo saya datang dan absen sebelum jam 7 pagi, maka saya bisa pulang di jam 15.30.

Oke, jadi rencana saya adalah: keluar kantor jam 15.30 untuk mengejar flight jam 18.40 di Bandara Soekarno Hatta. Dalam kurang dari 3 jam harus udah sampai di Soetta? Wow ini sungguh mepet. Apalagi ini udah menjelang puncak arus mudik, jalanan Jakarta mulai padat merayap di sana sini.

TAPI, BUKAN LIANDA MARTA NAMANYA KALO TIDAK MEN-CHALLENGE DIRINYA SENDIRI. :)))

Sejak satu minggu sebelum keberangkatan, saya membuat beberapa opsi rencana untuk menuju ke bandara Soekarno Hatta.

Opsi 1 : Naik Damri dari Halte RS Tria Dipa

Ini opsi yang paling murah, karena dengan hanya membayar Rp40.000 saja, saya udah bisa sampai di Soekarno Hatta. Halte RS Tria Dipa ini juga dekat banget sama kost saya.

Untuk plan ini, rencana saya adalah pergi ke kantor sepagi mungkin sambil turunin koper dari kamar dan titip di si mbak, lalu pulang dari kantor naik ojek jam 15.30, sampai di kost langsung cus ke RS Tria Dipa untuk naik Damri dari sana.

Pengalaman saya selama ini, kalo naik Damri dari RS Tria Dipa ke Soetta, waktu tempuhnya sekitar 45 menit sampai 1 jam. Tapi setelah mengamati kemacetan Jakarta via Google Maps sejak beberapa hari sebelum keberangkatan (dan juga merasakannya langsung), terutama untuk daerah Kemang, Pancoran, dan Gatot Subroto, opsi ini langsung saya coret. Sepertinya terlalu beresiko.

Opsi 2 : Naik Taksi dari Kantor

Ini opsi paling mahal. Estimasi budgetnya dari kantor saya di Kemang menuju Soetta itu sekitar Rp120.000 – Rp150.000, belum termasuk tol.

Untuk plan ini, saya berencana pergi ke kantor sepagi mungkin dengan langsung membawa koper. Lalu jam 15.30 teng langsung meluncur ke Soetta naik taksi dari Kantor.

Namun, sama seperti pertimbangan saya ketika mencoret opsi 1, jalanan Jakarta yang macetnya menggila selama beberapa hari terakhir, membuat saya ragu memilih opsi ini.

Opsi 3 : Naik MRT ke Dukuh Atas, Lanjut Kereta Bandara

Secara biaya, opsi ini berada di tengah-tengah antara naik Damri dan naik Taksi. Total biayanya sekitar Rp93.000 dengan rincian sebagai berikut:

  • Taksi Kemang – Stasiun MRT Blok A : Rp15.000
  • MRT Blok A – Dukuh Atas : Rp8.000
  • Kereta Bandara BNI City – Soetta : Rp70.000

Secara waktu tempuh, ini yang paling bisa diprediksi. Karena perkiraan waktunya sudah terschedule dengan baik (kecuali jika ada kendala teknis yang berada di luar kendali kita).

Tapi, di sisi lain, opsi ini adalah yang paling ribet karena harus beberapa kali mengganti moda transportasi.

DSC08217

Kereta Bandara melintas di peron keberangkatan

Sesuai judul tulisan ini, udah bisa ditebak dong saya memilih opsi yang mana? Ya, saya memilih opsi ketiga dengan pertimbangan untuk menghindari jalanan Jakarta di sore hari selama bulan Ramadan.

Gak apa-apa deh ribet dikit, daripada terjebak di kemacetan Jakarta yang sulit diprediksi.” Pikir saya ketika itu.

Saya pun berangkat ke kantor jam setengah 7 pagi dengan membawa koper dan barang-barang lainnya. Sampai di kantor jam 7 kurang 10. Aman, karena ini berarti saya bisa pulang jam 15.30 teng.

Sebagai persiapan untuk mengambil plan ini, saya juga sudah mengecek jadwal keberangkatan MRT Jakarta dan Kereta Bandara. Saya tandai jam-jam yang harus saya kejar. Saya gak boleh meleset sedikit pun, karena bisa beresiko ketinggalan pesawat, terutama jika salah perhitungan untuk sampai di Stasiun BNI City.

Btw, ketika teman-teman kantor nanya saya pulang naik pesawat jam berapa, saya jawab asal aja last flight jam 8. Tidak bermaksud berbohong, tapi saya menghindari komentar berikutnya yang menyatakan bahwa jadwal penerbangan saya ini terlalu mepet dan beresiko tidak terkejar jika baru jalan dari kantor jam 15.30. Karena komentar ini akan meruntuhkan keyakinan saya. :)))

Saya jalan dari kantor jam 15.35 dengan menggunakan taksi online. Saya pesan taksi dari jam 15.20 btw, untuk mengantisipasi waktu tempuh si taksi online menuju kantor saya.

Oh ya, ini saya sudah online check in dan sudah mengantongi boarding pass. Sampai di bandara, tinggal drop baggage.

Saya memutuskan naik MRT dari Stasiun Blok A karena dari pengamatan di Google Maps, perjalanan ke Stasiun MRT Blok A lebih lancar daripada ke Stasiun MRT Haji Nawi. Sedikit macet di beberapa titik, tapi alhamdulillah semua lancar. Saya sampai di Stasiun MRT Blok A sekitar jam 15.55 wib dan langsung menuju ke peron.

Tips naik transportasi umum di Jakarta: install aplikasi Travi untuk mengetahui jam-jam keberangkatan dan posisi moda transportasi. Bisa digunakan untuk memantau posisi KRL, TransJakarta, MRT Jakarta, dan Kereta Bandara. Asli, ini kepake banget!

Aplikasi Travi

Jadwal MRT di Stasiun Blok A melalui aplikasi Travi

Selama di perjalanan dari kantor menuju Stasiun Blok A, saya ngecek posisi Ratangga (kereta MRT Jakarta) yang melintas di Stasiun Blok A via aplikasi Travi. Ketika saya sampai di peron, pas banget ada Ratangga yang sedang berhenti. Langsung deh saya masuk. Saya cek jam, tepat di pukul 15.58 wib. Akurat lho dengan yang ada di aplikasi Travi. Ketika berhenti di stasiun lain juga waktunya akurat. Keren!

Perjalanan dari Stasiun MRT Blok A menuju Stasiun MRT Dukuh Atas ditempuh selama 18 menit. Saya sampai di Stasiun MRT Dukuh Atas pukul 15.16 dan langsung menuju ke Stasiun Kereta Bandara BNI City.

Di sini, ada beberapa catatan yang ingin saya highlight :

  1. Informasi menuju Stasiun Kereta Bandara BNI City yang ada di Stasiun MRT Dukuh Atas cukup jelas. Tapi, exit yang mengarah ke Stasiun Kereta Bandara hanya ada tangga, bukan eskalator. Ini agak kurang pas menurut saya. Logikanya, orang-orang yang menuju bandara, barang bawaannya biasanya banyak dong? Minimal koper. Tapi kenapa exitnya malah gak pake eskalator? Meskipun kita bisa keluar di exit satunya yang ada eskalator atau keluar dengan menggunakan lift, tapi tetap saja exit terdekat dengan Stasiun Kereta Bandara hanya ada tangga itu keputusan yang tidak tepat.
  2. Kondisi jalan dan trotoar dari arah Stasiun MRT Dukuh Atas menuju Stasiun Kereta Bandara BNI City masih kurang nyaman dilalui bagi yang membawa koper, terutama koper berukuran besar. Saya berharap sekali, suatu saat nanti Stasiun MRT dan Stasiun Kereta Bandara BNI City ini benar-benar bisa terintegrasi dengan baik dan aksesnya nyaman dilalui bagi penumpang yang membawa barang-barang.
Stasiun MRT Dukuh Atas

Petunjuk menuju Stasiun Kereta Bandara di Stasiun MRT Dukuh Atas

Saya naik kereta bandara jam 16.51 wib. Estimasinya, kereta akan sampai di Stasiun Kereta Bandara jam 17.37 wib. Sedangkan saya boarding jam.. 18.10!

Ini yang gak enaknya kalo naik kereta bandara. Karena untuk menuju terminal keberangkatan, kita masih harus melanjutkan perjalanan dengan menggunakan syktrain. Dan gak tau kenapa, kemarin itu saya merasa skytrainnya berjalan sangat lambat sekali. Gak seperti sebelumnya. Entah karena saat itu skytrainnya lagi over capacity atau memang karena kecemasan saya yang makin meningkat jadi semua terasa slow motion. 😀

Long story short, saya sampai di gate tepat sebelum panggilan boarding. Ketika drop baggage juga aman, gak ada kendala. Penerbangan menuju Batam pun berjalan lancar. Alhamdulillah! Saya percaya, ini yang namanya: semesta mendukung. ❤

Kebiasaan mepet-mepet dan sok yakin seperti saya ini jangan ditiru ya, teman-teman. :’)

Yang mau ke Bandara Soekarno Hatta naik kereta bandara, pastikan memilih jam keberangkatan kereta minimal 2 jam sebelum jadwal boarding untuk penerbangan domestik dan minimal 3 jam untuk penerbangan internasional. Lebih cepat lebih baik. Agar tidak diuber-uber waktu seperti saya. 🙂

Setelah menentukan jam keberangkatan kereta, kalo mau ke Stasiun BNI City naik MRT, silakan disesuaikan jadwalnya. Ratangga (kereta MRT) jalan setiap 5 menit sekali ketika jam-jam sibuk di hari kerja, yaitu pukul 07.00-09.00 dan 17.00-19.00. Di luar jam itu, Ratangga jalan setiap 7-9 menit sekali.

Untuk memantau jadwal keberangkatan MRT Jakarta, silakan download aplikasi Travi.

***

Semoga informasi berbalut cerita pribadi saya di mudik lebaran tahun ini bisa bermanfaat ya untuk teman-teman yang akan mudik. 🙂

Hati-hati di perjalanan. Semoga semuanya berjalan lancar.

Selamat mudik dan selamat berkumpul bersama keluarga tercinta, teman-teman! ❤

1 thought on “Ke Bandara Soekarno Hatta Naik MRT dan Kereta Bandara

Share your thoughts!