Ini cerita perjalanan saya di awal Oktober lalu. Perjalanan yang akhirnya berhasil membuat saya berdamai dengan kota Bandung. Kota yang menyimpan banyak kenangan manis bagi saya dan Abang.
Semua ini bermula ketika beberapa hari sebelum ulang tahun saya yang ke-30 (wow sudah kepala 3! :D), saya mendadak harus ke Bandung untuk meeting di kantor client. Seperti biasa, kalo dicemplungin tiba-tiba seperti ini ya mau gak mau harus siap. Meski sesungguhnya saat itu saya belum 100% siap secara mental untuk kembali ke Bandung.
Kunjungan ini sebenarnya bukan yang pertama pasca Abang pergi. Kali pertama justru terjadi di pertengahan tahun 2018 lalu. Wah saat itu rasanya saya mules dan cemas gak karuan. Mulai dari perjalanan menuju Bandung sampai di jalan pulang ke Jakarta. Alhamdulillahnya saat itu ada kedua orang tua dan adik yang ikut serta. Keberadaan mereka membuat saya cukup mampu mengendalikan rasa cemas yang terasa.
Setelah itu, saya sempat ke Bandung lagi demi mengejar pementasan Puno: Letters to The Sky. Emosi saya ketika itu terasa sudah lebih stabil. Meski tetap aja sepanjang jalan bawaannya bengong terus karena keingat semua kenangan-kenangan bersama Abang.
Kunjungan meeting ini adalah kunjungan ketiga. Awalnya saya cukup terdistrak dengan urusan kerjaan. Setelah semuanya selesai, sambil menunggu jadwal kereta pulang, saya memaksa diri untuk berani melewati jalan-jalan yang dulu biasa dilalui bersama Abang. Galau? Mellow? Oh tentu saja. Untuk mengendalikan perasaan, saya pun menyibukkan diri merekam dan edit video. Hasilnya bisa teman-teman lihat di postingan ini:
Di jalan pulang menuju Jakarta, saya mikir: mau sampai kapan saya begini terus?
Namanya kenangan mah pasti akan selalu terlintas di dalam pikiran. Tapi ya harus dilawan. Masa’ iya saya mellow terus. Masa’ iya galau terus. Saya juga kan ingin bisa menikmati Bandung dengan bahagia. Dengan senang-senang lagi.
Pemikiran itu membawa saya pada satu keputusan. Saya harus kembali lagi ke Bandung. Menciptakan memori baru di kota ini.
Yang lebih seru.
Yang lebih menyenangkan.
Yang lebih bahagia. 🙂
Di saat yang bersamaan, peer group saya semasa kuliah lagi asik ngobrol di group whatsapp, mereka janjian mau ngumpul. Wah momennya pas banget kan. Saya bisa sekalian reunian dan bernostalgia bersama mereka. Udah lama banget juga gak bertemu.
Hari Sabtu 5 Oktober 2019 akhirnya saya ke Bandung lagi. Naik kereta jam 7 pagi dari Stasiun Gambir. Di perjalanan menuju Bandung saya merasa semangat sekali. Seperti sudah tidak sabar ingin segera sampai di kota ini. Tanpa menyusun rencana sebelumnya (selain bertemu dengan teman-teman kuliah), saya secara random menentukan tempat yang ingin saya kunjungi pertama kali sesampainya di kota Bandung.
Roti Gempol
Yes! Toko roti yang berlokasi di jalan Gempol ini menjadi tempat yang saya pilih. Saya sampai di Bandung sekitar jam 10 pagi dengan kondisi perut lapar, tapi gak ingin makan yang terlalu berat juga karena udah janjian mau makan siang bareng teman-teman. Maka roti bakar adalah pilihan yang tepat untuk menahan rasa lapar ini.
Dari Stasiun Gambir saya naik ojek online menuju ke Roti Gempol. Menurut berbagai review, katanya toko roti ini sedang hits banget di kota Bandung. Harus siap-siap antri deh kalo mau beli roti di sini. Terutama di akhir pekan seperti ini, ketika Bandung sedang ramai-ramainya dikunjungi wisatawan.
Saya sampai di sana sekitar jam 11 kurang. Alhamdulillah gak terlalu rame. Mungkin karena udah mepet jam makan siang. Saya melihat beberapa pengunjung dan driver ojek online yang sedang menunggu pesanan. Toko ini tidak terlalu besar. Di dalamnya hanya ada beberapa kursi dan meja. Kebanyakan orang sepertinya lebih memilih untuk take away. Tapi saya memutuskan untuk makan di sana saja.
Saya memesan Roti Gandum Komplit seharga 22ribu rupiah. Isinya ada daging, telur, dan keju. Secara tampilan ya layaknya roti bakar biasa. Ketika dimakan ternyata roti gandumnya lembut sekali. Enak. Saya suka! ❤
Selain roti bakar asin seperti yang saya pilih, di Roti Gempol ini juga ada pilihan roti bakar manis dengan berbagai rasa. Ada rasa cokelat, kacang, dan strawberry. Toko ini buka dari jam 7 pagi hingga jam 9 malam. Jadi roti-roti di sana bisa dijadikan pilihan untuk sarapan atau cemilan di malam hari.
Ada yang pernah ke sana juga? Favorite kalian roti apa? 🙂
Airbnb di Bandung
Usai makan, saya mampir ke apartment dulu untuk naruh barang-barang sekalian sholat zuhur. Saya menyewa satu unit kamar type Studio di Dago Suites Apartment via aplikasi Airbnb. Bagi yang belum tau tentang Airbnb, ini adalah aplikasi untuk penyewaan rumah/kamar di berbagai kota dan negara.
Saya ke mana-mana sekarang senangnya cari penginapan pake aplikasi ini sih. Apalagi karena belakangan ini bisa nginap gratis, memanfaatkan referral credit yang saya punya.
Gimana caranya kok bisa nginap gratis di Airbnb? Semuanya udah saya share di IG story. Cek di highlight ‘Airbnb Gratis’ ya. Kalo ada teman-teman yang belum punya akun Airbnb, silakan daftar melalui link ini untuk mendapatkan credit sebesar $33 yang bisa digunakan saat menyewa kamar. Saya juga pernah nulis tentang pengalaman ketika menyewa apartment dengan di Kuala Lumpur dengan view KLCC Tower. Silakan dibaca ya, siapa tau ada yang butuh referensi. 🙂
Balik ke cerita Airbnb di Bandung, overall saya cukup puas dengan unitnya. Rapi, bersih, dan fasilitasnya juga super lengkap. Mulai dari peralatan masak, mesin cuci, wifi, sampai setrika juga ada. Yang paling bikin saya jatuh cinta sih view dari balkonnya. Bagus sekali! ❤
Pagi-pagi bangun tidur langsung disuguhi pemandangan sunrise secantik ini. ❤
Yang mau lihat kamarnya gimana, saya ada buat video room tournya di IG story. Sudah saya taruh di highlight, silakan cek di ‘Airbnb 🇮🇩’ ya.
Temu Kangen
Dari apartment, saya meluncur ke Sherlock Common Space, tempat janjian dengan geng Gincu Merah. Hahaha iya, itu nama gengnya. Satu geng isinya rame banget, ada 12 orang. Kebayang gak tuh kalo lagi ngumpul semua hebohnya kayak apa? :)))
Beberapa di antara mereka adalah teman-teman pertama saya ketika kuliah. Literally teman pertama yang kenalan karena duduk di kanan dan kiri saat masa-masa awal orientasi kampus. Lalu akhirnya jadi akrab dan bareng terus sejak ospek sampai menjalani perkuliahan.
Bersama geng ini juga saya dulu pernah merasakan bolos kuliah. Bolosnya gak tanggung-tanggung, ngacir ke Tangkuban Perahu! :))) Trus kami ber-12 pernah niat banget bikin sesi photoshoot di Taman Hutan Raya Juanda dan di bukit apalah itu saya lupa namanya. Photoshoot super niat karena minta bantuan teman yang fotografer, sampai nentuin 2 dresscode: baju berwarna hitam dan dress bertemakan floral. :)))
Monmaap saya gak bisa pajang fotonya. Selain karena gaya kami terlalu alay, tapi juga karena banyak teman-teman saya yang sekarang udah pake hijab. 🙂
Saya ngumpul sama geng Gincu ini dari siang hingga malam. Sampai pindah tongkrongan dari Sherlock Common Space ke Sydwic, lalu pindah lagi ke Chatime Living Plaza. Ngobrolnya udah dari ngobrol nostalgia, saling bertukar kabar, mengupdate kehidupan, bercanda ini itu, sampai membahas hal-hal sensitif. I’m happy, we’ve grown a lot! Terlihat dari obrolan kami yang juga semakin berkualitas. ❤
Selain catch up dengan geng Gincu, saya juga bertemu salah seorang teman baik dari peer group yang berbeda. Iya, saat kuliah saya punya dua peer group hihi. Teman saya ini adalah seorang psikolog. Dulu, di awal-awal Abang pergi, dia adalah salah satu orang yang rajin ngechat untuk nanyain kabar. Saya banyak konsultasi ke dia tentang apa yang saya rasakan, wajar atau tidak emosi saya saat itu, dan sebagainya. Bisa dibilang, dia memegang peranan penting dalam menemani proses healing saya. 🙂
Senang sekali malam itu kami bisa bertemu. Dia dan suaminya yang kebetulan juga teman kuliah satu angkatan menjemput saya di Living Plaza. Mereka mengajak saya makan di… BEBEK BORME! OMG THE LEGEND BEBEK BORROMEUS! Saya baru tau kalo ternyata lokasinya udah pindah. Bukan lagi di warung tenda samping RS Borromeus. Sekarang bergeser sedikit ke samping Unpad Dipati Ukur. Sudah menempati kios permanen, dan yang canggihnya lagi, pegawainya sekarang terima pesanan pake iPad! *applause*
Rasa bebek borme dan sambalnya tidak berubah. Tetap enak. Huhu terharu sekali saya bisa merasakan makan bebek ini lagi. ❤
Abis makan bebek, kami ngobrol banyak hal di apartment. Sampai tengah malam, sampai dia dijemput lagi sama suaminya.
***
Saya senang sekali karena pada akhirnya saya bisa menciptakan momen-momen bahagia baru di kota Bandung. Momen bersama teman-teman baik. Momen bersama diri saya sendiri.
Kenangan bersama Abang tetap saja bermunculan di sepanjang jalan ketika saya menyusuri kota ini. Lihat kampus ITB, ingat masa-masa menemani Abang sidang Tugas Akhir setelah melalui perjuangan panjang untuk menyelesaikan perkuliahan.
Melewati Suis Butcher di jalan Riau, seketika teringat ke momen surprise ulang tahun Abang bersama teman-teman dekatnya.
Lihat kampus sendiri, jadi ingat ke momen-momen diantar jemput Abang, momen Abang bantuin cari perintilan ospek, sampai momen-momen Abang mengantarkan tugas kuliah saya yang ketinggalan. ❤
Saya sadar, semua kenangan itu tidak akan pernah hilang. Akan selalu tersimpan rapi dan sewaktu-waktu bisa kembali muncul ke permukaan.
Tapi satu hal yang saya yakini. Apa pun yang saya jalani nanti, bukan tentang menghapus kenangan bersama Abang. Tapi bagaimana saya belajar untuk merespons semua kenangan itu dengan lebih bijaksana dan menciptakan memori baru yang lebih seru.
Tidak hanya di kota Bandung. Tapi juga di tempat-tempat lainnya. 🙂
***
Perjalanan ini menjadi salah satu pencapaian baru dalam hidup saya. Senang dan lega karena akhirnya saya bisa sampai di titik ini. Bahagia rasanya menyadari ternyata saya bisa melewati semua ini dengan baik-baik saja. 🙂
Saya siap untuk datang kembali ke Bandung sesering yang saya bisa.
Saya siap untuk memulai perjalanan-perjalanan baru berikutnya.
Cheers! ❤
Perlahan tapi pasti, time will heal, one by one…. glad that you’re okay, now…. meski tentu kita masih dalam proses healing, tp membaca postingan ini, aku bs turut merasakan kelegaanmu…
LikeLike
Iya, Mbak. Rasanya lega banget bisa melawan ketakutan diri sendiri. Thank you ya, Mbak. 🙂
LikeLiked by 1 person
Ikut senang membacanya Lia. Banyak banget dari postingan ini yang pengen kukutip saking bagusnya 🙂
Bener emang ya, bukan tentang menghapus memori, tapi bagaimana respon kita terhadapnya 🙂
Btw, pemandangan dari kamar kamu itu cakep banget ih 🙂
LikeLike
Iya, Mbak. Belajar merespons dengan lebih bijaksana hehehe. Viewnya cantik yaaaa, pagi-pagi nangkring di balkon lihat sunrise sambil dengar gemericik air sungai dan suara burung. ❤
LikeLiked by 1 person
Salut udah berani dan mulai proses di atas! Semoga bahagia selalu ya… Biar bisa makan-makan terus di Bandung. Hehe. Bebek Cak Ali di samping Borme memang juara. Sering banget makan di sana waktu tinggal di Bandung. Ngetik ini aja, udah berasa nyium aromanya~ Tapi baru tau kalau mereka udah geser lokasi.
LikeLike
Hihi terima kasih dukungannya 😀 Iyaaa, aku pun baru tau pindah lokasi pas ke Bandung itu. Lebih rapi dibandingkan waktu masih di warung tenda dulu. 😀
LikeLike
proud of you mba! ❤
LikeLike
Terima kasih! ❤
LikeLike
Wah..ak juga barusan dari Bandung kmrn. Tiap ke Warung maemnya lalapan terus 😁
LikeLike
Terima kasih sudah berbagi
LikeLike
Pingback: Update Kehidupan | liandamarta.com
Pingback: 2022 in words | liandamarta.com