Di keluarga saya, momen lebaran sering kali menjadi kesempatan kami sekeluarga untuk berlibur bersama. Destinasi wisatanya tergantung di mana kami berlebaran di tahun itu, di Batam atau Pekanbaru. Kalo lebarannya di Batam, acara jalan-jalannya gak jauh-jauh dari nyeberang ke negeri tetangga atau main di kampung halaman Ayah saya di Tanjung Pinang. Kalo lebaran di Pekanbaru, sudah jelas Sumatera Barat yang jadi tujuan berlibur kami.
Setelah 2 tahun terakhir berlebaran di Pekanbaru, di tahun ini keluarga saya memutuskan untuk berlebaran di Batam. Jadilah kami menyusun rencana liburan ke Pulau Bintan. Sekalian Ayah mau memperkenalkan keluarga besarnya di Tanjung Pinang kepada Abang. Karena sejak menikah tahun 2014 lalu, saya dan Abang belum pernah bersilaturahmi ke Tanjung Pinang.
Awalnya kami berencana menginap di salah satu resort di sekitar Pantai Trikora, tapi sayangnya beberapa bulan sebelumnya kami mendapat kabar bahwa ternyata resort tersebut kemungkinan besar tutup karena mau direnovasi. Jadilah rencana berubah. Kami memilih Bintan Lodge sebagai tempat kami menginap selama 2 hari 1 malam di Bintan. Next post akan saya bahas pengalaman menginap di Bintan Lodge ini ya. 🙂
Dari Batam, kami memutuskan naik kapal Ro-Ro (Roll on Roll off) dari Batam ke Tanjung Uban dan menyewa mobil di sana. Kenapa gak menyeberang langsung dengan mobil dari Batam? Ada beberapa pertimbangan, di antaranya:
- Takes time! Pengalaman kami beberapa tahun lalu saat menyeberang di peak season saat lebaran kayak gini antriannya rame banget. Banyak waktu yang terbuang karena kami harus drop off mobil ke pelabuhan beberapa jam sebelum pergi dan pulang. Mengingat waktu perjalanan kami yang cukup singkat, jadilah demi menghemat waktu kami memilih untuk menyewa mobil di Tanjung Uban saja instead of membawa mobil dari Batam.
- Mobil tante saya tidak bisa dibawa keluar kota Batam. Di Batam, memang ada beberapa mobil yang dijual dengan harga relatif murah karena tidak dikenakan pajak kendaraan. Tapi resikonya, mobil tersebut tidak bisa dibawa keluar dari Batam. Termasuk untuk dibawa menyeberang ke Tanjung Uban seperti ini.
Untuk menyeberang dengan menggunakan kapal Ro-Ro ini, tiap penumpang dikenakan biaya sebesar Rp20.000 per orang. Kalo untuk mobil atau motor, saya kurang tau pasti berapa biayanya.
Selain kapal Ro-Ro opsi lainnya untuk menuju ke Pulau Bintan bisa dengan menggunakan speed boat ke Tanjung Uban atau bisa juga via Tanjung Pinang. Kami sengaja memilih jalur perjalanan langsung ke Tanjung Uban karena rencananya akan banyak menghabiskan waktu di Lagoi dan jarak Lagoi dengan Tanjung Uban relatif lebih dekat bila dibandingkan dengan Tanjung Pinang.

Di atas Ro-Ro
Kapal Ro-Ro yang kami tumpangi saat pergi dari Batam ke Tanjung Uban cukup padat penumpang. Sampai-sampai kami tidak dapat tempat duduk. Beda halnya dengan ketika pulang kembali ke Batam di hari Sabtu (9/7) malam, kapal Ro-Ro nya cenderung kosong dan secara ukuran memang lebih besar daripada kapal Ro-Ro yang pertama. Bahkan di kapal Ro-Ro kedua ini ada musholla yang cukup nyaman.
Jadi memang agak untung-untungan sih ya, bakalan dapat naik Ro-Ro yang kayak gimana. Tapi ya sudahlah, yang penting sampai ke Bintan hehehe. 😉
Lama perjalanan dari Batam ke Tanjung Uban dengan menggunakan Ro-Ro ini kurang lebih sekitar satu jam. Kalo mau lebih cepat, speed boat bisa jadi pilihan. Lebih kurang 30 menit kalo naik speed boat dari Batam ke Tanjung Uban. Harganya juga lebih mahal sih ya, sekitar 60an ribu kalo gak salah saya.
Begitu sampai di Tanjung Uban, tujuan pertama kami adalah ke Lagoi untuk check in di penginapan yang sudah direserve sebelumnya. Setelah itu kami makan siang dengan menyantap bekal yang dibawa sambil menikmati suasana pantai di Lagoi Bay Beach.
Selesai makan siang dan bersantai di Lagoi Bay Beach, kami pun langsung meluncur ke Tanjung Pinang untuk bersilaturahmi ke rumah adik Oma (saya menyebutnya Opa Uncu) dan juga ke rumah Pak Lung (sebutan untuk abang tertua Ayah saya).
Sempat terpikir ingin menyeberang ke Pulau Penyengat, karena Abang juga belum pernah ke sana. Tapi apa daya waktunya gak cukup. Jadilah kami hanya menyempatkan diri untuk menikmati sunset di tepi pantai Tanjung Pinang. 🙂
Di tepi pantai Tanjung Pinang ini, adik saya ngajakin bikin foto ala-ala siluet. Ini fotonya gak pake diedit-edit lagi lho, cuma sizenya aja saya kecilkan biar gak banyak makan space di blog saya ini. Settingannya langsung dari kamera saya, tapi saya sendiri gak ngerti. Si adik saya yang utak atik hehehe. Jadinya kayak gini nih:

Processed with VSCO with hb2 preset
Gara-gara foto ala ala siluet di atas, saya jadi keinget salah satu lagu Melayu tentang Pulau Bintan. Ini dulu pernah saya nyanyiin waktu pelajaran kesenian. Yang anak Kepri pasti tau nih lagu ini. 😉
Liriknya kayak gini:
Pulau Bintan… ala sayang..
Lautnya biru ala hai adik..
Pulau Penyengat ala sayang..
Jelas membentang..
Hatiku rindu.. ala sayang..
Apa obatnya ala hai adik..
Mengenang dikau ala sayang..
Dirantau orang..
Ada yang tau lagu itu gak? Hahahahaha. 😛
Long story short, selesai bersilaturahmi dan muterin Tanjung Pinang, kami kembali lagi ke Lagoi. Keesokan harinya puas-puasin deh main di Lagoi. Paginya ke Lagoi Bay Beach lagi, menikmati sisi lain Lagoi Bay Beach yang ada danaunya. Kata tante saya ala ala di New Zealand. 😆
Trus siangnya main ke Treasure Bay. Sorenya rencana mau ke Pantai Trikora tapi gak jadi karena keasikan main di Treasure Bay dan udah kesorean kalo mau ke Trikora. Takut ketinggalan Ro-Ro juga. Kami harus pulang sore itu karena besok paginya, Abang harus kembali ke Jakarta dan tante saya mau capcus lanjut liburan ke Surabaya).
Belum kesampaian ngajakin Abang ke Pantai Trikora. Insya Allah di kunjungan ke Bintan selanjutnya deh yaaaa hehehe. 😀
Nanti di postingan berikutnya saya mau share cerita lengkap tentang Lagoi Bay Beach dan juga pengalaman saya saat menginap di Bintan Lodge yang secara harga jauh lebih murah kalo dibandingkan dengan resort-resort mahal yang bertebaran di Lagoi.
Sebagai penutup dari postingan ini, saya share video yang dibuat sama adik saya ya. Tentang recap perjalanan kami selama 2 hari 1 malam di Pulau Bintan. 🙂
pemandangan danau di Lagoi bay beachnya bagus
LikeLike
Iya, kalo pagi-pagi suasana di sana adem bener deh 🙂
LikeLike
minal aidzin walfaizin mohon maaf lahir dan batin mbak…ahhh BIntan pulau dimana saya tinggal…saya tinggal di tanjung uban mbak 15 menit dari pelabuhan roro…tapi kalo pas lebaran kami mudik kejawa…:)
lagoi bay tempat main kami kalo weekend dibuka saat kinan TK waktu itu…:) Bintan memang sejuk dan sejuta pantai yang indah
LikeLike
Sama-sama mba. Mohon maaf lahir batin juga yaaa 🙂
Wah, mba tinggal di Tanjung Uban? Deket dong kalo mau main ke Lagoi yaaa hehehe. Lagoi makin keren aja yaaa.. Kemarin yang gak kesampaian mau bawa suami ke Trikora. Mungkin next time kalo ke Bintan lagi ntar bakalan ajakin beliau ke Trikora sama ke Pulau Penyengat 😀
LikeLike
Menyenangkan bisa piknik dengan keluarga besar. Mempererat silaturahmi dan dapat bersenang-senang juga.
LikeLike
Iya mas. Jarang-jarang ngumpul lengkap sekeluarga gini. Momen setahun sekali hehehe.
LikeLike
setuju kalau dibilang mirip New Zealand, asri banget mbak 😀
LikeLike
Iyaaa, pagi-pagi suasananya adeeeem banget di sana 🙂
LikeLike
Pingback: Liburan Murah dan Hemat ke Lagoi Bintan | liandamarta.com
Pingback: #CeritaTanggal7 : Tentang Bucket List | liandamarta.com
Pingback: Family Trip ke Pulau Mubut Bawah | liandamarta.com
Pingback: Family Trip ke Pulau Mubut Darat | liandamarta.com
Pingback: #CeritaTanggal7 : Catatan Perjalanan | liandamarta.com
Pingback: Liburan Murah dan Hemat ke Lagoi Bintan | Berita Tanjungpinang
Pingback: Cerita Ramadan dan Lebaran Tahun Ini | liandamarta.com
Pingback: Cerita Lebaran Tahun 2020 / 1441 H | liandamarta.com