Menimba Ilmu di #SeminarGizi Sarihusada

Weekend saya dan suami kali ini produktif sekali deh. Dimulai dari hari Sabtu lalu, pagi-pagi kami sudah sampai di aula laboratorium Poltekkes Riau untuk mengikuti event seminar gizi yang diadakan oleh Sarihusada dan Pergizi Pangan Indonesia yang juga bekerjasama dengan Poltekkes Riau

Event ini merupakan salah satu dari rangkaian event Sarihusada dan Pergizi Pangan Indonesia yang diadakan dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional yang jatuh pada tanggal 25 Januari lalu. Selain di Pekanbaru, event ini juga diadakan di beberapa kota besar lainnya seperti Jakarta, Surabaya, dan Jogja.

Ada empat orang professional yang menjadi narasumber di event seminar gizi Pekanbaru ini. Pemaparan materi oleh keempat narasumber tersebut pun dibagi menjadi dua sesi pleno. Sesi pertama diisi oleh dua orang narasumber dari tingkat nasional yang ternyata keduanya asli berasal dari Riau, dan di sesi kedua diisi oleh dua narasumber dari tingkat provinsi Riau.

Apa saja yang dibahas di seminar gizi ini? Lengkapnya bisa dibaca di TL twitter saya @liamarta atau track aja hashtag #SeminarGizi di twitter.

Saya akan share summary singkatnya di sini ya. 🙂

Yang menjadi narasumber di sesi pleno pertama adalah bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia. Beliau menyampaikan tentang pentingnya mengonsumsi pangan hewani, buah dan sayur.

Jadi, kalo kata Prof. Hardinsyah, Indonesia ini sekarang lagi banyak permasalahan gizi ganda: kekurangan dan kelebihan gizi karena rendahnya kesadaran masyarakat akan gizi seimbang. Nah menurut data Kemenkes di tahun 2015, salah satu panduan gizi seimbang adalah anjuran bagi setiap remaja dan dewasa di Indonesia untuk mengonsumsi 2-4 porsi (100-200 gram) pangan hewani, 3-4 porsi (300-400 gram) sayur dan 2-3 porsi (100-150 gram) buah setiap hari untuk memenuhi kebutuhan protein, vitamin, mineral serta serat untuk hidup yang sehat. Namun faktanya, saat ini konsumsi buah dan sayur masih kurang dan bahkan persentase masyarakat Indonesia dalam belanja buah dan sayur lebih rendah dibandingkan belanja rokok lho!

Tips untuk konsumsi buah, sebaiknya buah langsung dimakan. Buah yang dibuat menjadi jus, justru kandungan gizinya berkurang. Oke sip, kalo gitu saya akan lebih rajin konsumsi buah langsung deh. Gak usah ribet-ribet bikin jus pake juicer lagi. 😀

Next, untuk pangan hewani seperti telur, ikan, dan daging, juga baik untuk dikonsumsi. Asalkan tidak berlebihan dan cara pengolahannya tepat. Jangan konsumsi pangan hewani olahan pabrik seperti sosis, nugget, dll. Karena kandungan gizinya udah gak ada, yang ada justru lemak dan kandungan lain yang memicu munculnya penyakit. Kurangi konsumsi pangan hewani yang digoreng. Semakin digoreng, semakin berkurang gizinya. Jadi kalo biasanya makan telur goreng, coba mulai ganti dengan telur rebus aja. 😉

IMG_6305

Selain Prof. Hardin, di sesi pertama juga ada pemaparan dari Prof. Dr. Ir. Netti Herawati, MS, selaku Ketua Himpunan PAUD Indonesia. Prof Netti lebih banyak memberikan pemaparan yang berkaitan dengan gizi dan tumbuh kembang anak. Intinya sih, kecerdasan anak itu salah satu penentunya adalah gizi yang seimbang. Karena itu, pemberian gizi seimbang harus dilakukan sejak usia dini. Namun sayangnya, belum banyak guru-guru PAUD yang mengimplementasikan hal tersebut. Jadi emang butuh sosialisasi mendalam nih agar awareness masyarakat Indonesia tentang gizi seimbang ini bisa lebih baik lagi.

Di sesi kedua pleno, ada Ir. Mangapul Banjarnahor M.Kes selaku Ketua DPD Persagi Riau yang memaparkan data-data permasalahan gizi di Riau. Provinsi yang konon merupakan salah satu provinsi kaya di Indonesia ini ternyata masih banyak menghadapi permasalahan gizi lho. Salah satu penyebabnya karena kesulitan pendistribusian bahan pangan ke daerah-daerah terpencil di Riau. Yes, di Riau ini masih banyak daerah yang terisolir dan susah dicapai. Salah satunya Kampung Melebung yang dulu pernah saya kunjungi.

Narasumber terakhir ada dari Ketua DPD Pergizi Pangan Riau yang baru dilantik di awal sesi seminar, yaitu ibu Dr. Ir. Heryudarini Harahap, M.Kes. Beliau memaparkan tentang peran multipihak dalam mengatasi masalah gizi dan pangan ini. Masalah gizi memang harus diselesaikan secara kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan juga perusahaan.

Yah, semoga saja segera ada solusi untuk menyelesaikan permasalahan gizi ganda di Indonesia ini ya. Sehingga tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang mengalami kekurangan gizi atau justru kelebihan gizi (obesitas). Semoga pemerintah semakin gencar memberikan pemahaman pada seluruh masyarakat Indonesia tentang pentingnya gizi seimbang. 🙂

8 thoughts on “Menimba Ilmu di #SeminarGizi Sarihusada

  1. Gara

    Kayaknya saya termasuk yang kelebihan gizi nih Mbak :hehe. Mesti menambah konsumsi sayur dan buah soalnya penting banget buat kesehatan. Jangan sampai sakit baru deh merasakan akibatnya (tapi selama ini saya seringnya begitu :huhu). Jadi ingat satu pepatah: Jadikan makanan sebagai obat, bukan obat sebagai makanan :hehe.
    Hayuklah kita beli sayur dan buah…

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Saya juga kelebihan gizi nih Gara hahaha. Katanya memang mending banyakin makan buah dan sayur. Kurangi makan nasi putih. Karena nasi putih itu kandungan gulanya banyak banget dan gak baik untuk kesehatan. Ayo ayo hidup sehat! 😀

      Liked by 1 person

      Reply

Share your thoughts!