Setelah hampir 2 tahun COVID-19 hadir di muka bumi, qadarullah saya kena gilirannya juga. 🙂
Di tulisan ini, saya akan berbagi cerita tentang pengalaman saat positif COVID-19. Apa saja gejala yang saya rasakan, obat dan suplemen apa yang saya konsumsi, serta pengalaman menjalani isolasi selama 9 hari di Asrama Haji Batam. Semoga bermanfaat untuk semua yang baca ya! ❤️
Cerita ini berawal di hari Senin (14 Februari) pagi saat saya mulai merasa tenggorokan gak enak. Rasanya tuh seperti gatal-gatal dan gak nyaman deh pokoknya. Senin pagi itu juga saya coba swab antigen mandiri di rumah. Hasilnya negatif. Siangnya, saya coba swab lagi, hasilnya juga masih negatif.
Ya udah saat itu yang saya pikirkan adalah semoga hanya radang tenggorokan biasa. Untuk jaga-jaga, saya pake masker selama di rumah, serta meminimalkan kontak dengan orang tua dan adik. Oh ya, untuk pertolongan pertama, saya juga makan permen Proliz, permen pelega tenggorokan rasa honey lemon favorite saya. Setelah makan permen ini, saya merasa gatal-gatalnya mereda dan lega banget deh. ❤️

Sungguh saya gak bermaksud iklan, tapi just in case ada yang mau coba atau membutuhkan, bisa beli di saya ya. Colek aja di whatsapp, DM IG, atau e-mail. FYI, permen ini tuh ada kandungan ekstrak propolis yang mana bagus untuk antivirus dan antibiotik alami. Beli di saya dahlah pake harga member aja, Rp39.000 isi 12 cus~ 🤗
Selasa (15 Februari) pagi, saya bangun tidur dengan badan meriang dan nyeri dari punggung ke bawah. Badan juga mulai menghangat, bersin-bersin, dan sakit kepala. Aduh itu jujur gak nyaman banget rasanya. Nyeri sendi di hampir seluruh badan yang benar-benar menyiksa huhu. Sampai malam harinya pun saya jadi susah tidur. 😢
Hari Selasa itu juga saya semakin curiga. Coba googling soal gejala COVID-19 terutama varian omicron, dan ternyata munculnya ya itu: nyeri sendi, demam, bersin, pilek, batuk, dan radang tenggorokan. Gejala yang sangat umum ya sampai orang tua saya sempat bilang kalo mungkin yang saya rasakan itu hanya flu biasa.
Karena udah kadung curiga dan jika dirunut memang saya ada kontak erat dengan seseorang yang positif, jadi saya pun memutuskan untuk swab PCR di Selasa sore seusai kuliah. Untuk meredakan gejala, saya minum Paracetamol. Lalu saya juga konsumsi Clover Honey, Propoelix, dan Pollenergy dengan takaran sesuai anjuran dokter HDI untuk pemulihan COVID-19. FYI, saya sebelumnya memang sudah rutin konsumsi ketiga produk ini ya.

Selasa jam 16.30 WIB saya swab di Bumame Kepri Mall. Jam 22.14 WIB hasilnya keluar. Sesuai dugaan, saya POSITIF COVID-19 dengan CT-value di angka 19an. 🙂
Selang 30 menit sejak mendapatkan hasil swab dari Bumame, saya juga mendapat whatsapp dari Kemenkes RI. Isinya berupa informasi untuk klaim layanan telemedicine gratis di berbagai platform dan klaim obat COVID-19 gratis. Saya pun memilih untuk konsultasi di halodoc. Oleh dokter di halodoc, saya sempat ditanya udah konsumsi obat dan vitamin apa saja, lalu setelah saya jelaskan produk-produk HDI yang udah saya konsumsi, kata dokternya apa yang saya konsumsi itu udah tepat. ❤️
Saya pun kemudian mendapatkan resep obat antivirus, vitamin, obat untuk nyeri sendi, dsb. Obat-obat itu harusnya bisa diklaim di website Kemenkes, terutama yang antivirus karena kan mahal yah sejutaan lebih harganya. Tapi sayang, ternyata Batam belum masuk jangkauan pengiriman huhuhuhu saddddd. 💔
Rabu (16 Februari) pagi, demam dan nyeri sendi berangsur hilang. Tapi seharian itu saya bersin-bersin. Siangnya saya dihubungi oleh pihak Puskesmas Lubuk Baja dan diinformasikan bahwa data swab saya dari Bumame sudah diterima oleh pihak puskesmas. Sesuai aturan pemerintah kota Batam, saya akan dievakuasi ke tempat isolasi terpadu yang sudah disediakan oleh pemerintah. FYI, di Batam memang ada aturan jika ada yang terkonfirmasi positif COVID-19, maka tidak boleh melakukan isolasi mandiri di rumah. 🙂
Pihak puskesmas juga menanyakan beberapa informasi dan kemudian melakukan tracing ke rumah. Alhamdulillah semua keluarga aman, jadi hanya saya saja yang harus dievakuasi ke Asrama Haji. Saya sampai di sana sekitar pukul 5 sore. Ada proses registrasi yang harus diikuti, seperti pengisian data-data dan pemeriksaan oleh dokter. Setelah kurang lebih sejam, baru deh bisa masuk ke dalam kamar. Oh ya, tidak dipungut biaya apapun ya selama isolasi ini.

Tipe kamar yang didapatkan tentu tergantung dari ketersediaan kamar di Asrama Haji. Saya kebagian kamar berkapasitas 8 orang di gedung Shafa. Kamarnya persis seperti foto yang saya ambil dari website BP Batam di atas. Namun bedanya, tidak ada selimut dan handuk, juga tidak ada meja. Oh ya, karena penghuni kamar saya hanya 7 orang, jadi tempat tidur di samping saya kosong. Alhamdulillah ya, jadi gak terlalu merasa berdempetan banget. 🙂
Di dalam kamar, terdapat 2 kamar mandi dan 2 toilet. Ada beberapa ember juga yang bisa digunakan jika ingin mencuci baju. Kamarnya pun pake AC dan AC-nya dingin sekali (ini penting, karena saya kalo panas suka susah tidur haha). Jadi secara fasilitas sih cukup memadai ya. Hanya saja kebersihan kamarnya rada kurang sih menurut saya. Saat saya masuk, sepreinya seperti berpasir dan di bawah tempat tidur saya masih ada sampah botol aqua.
Sesuai aturan pemerintah, isolasi dilakukan selama 10 hari terhitung dari hari pertama swab PCR dilakukan. Tidak ada swab PCR lagi di Asrama Haji. Jadi, jika sudah 10 hari, maka sudah bisa pulang dan akan diberikan surat jalan yang menyatakan telah selesai melakukan isolasi. Saya sempat mendapat kabar dari teman-teman sekamar, katanya pasien bisa minta swab PCR di hari kelima dan keenam isolasi (total 2x swab). Namun dengan biaya sendiri sekitar Rp300an ribu per swabnya. Jika dari hasil 2x swab itu negatif, maka bisa lansung pulang dan tidak perlu menunggu 10 hari. Cmiiw yah jika informasi ini salah.
Selama di Asrama Haji, tentu saja kebutuhan makan sehari-hari ditanggung. Ini bagian favorite saya dari keseluruhan pengalaman isolasi, karena… MAKANANNYA ENAK-ENAK SEMUA! 🥺❤️
Dalam sehari, saya mendapatkan 3x makan berat dan 2x snack, dengan waktu pembagian sebagai berikut:
- Sekitar pukul 07.00 WIB : sarapan
- Sekitar pukul 09.30 WIB : snack pagi
- Sekitar pukul 11.30 WIB : makan siang
- Sekitar pukul 16.00 WIB : snack sore
- Sekitar pukul 18.30 WIB : makan malam
Menunya bisa dibilang mewah sih. Untuk menu sarapan, makan siang, dan makan malam terdiri dari nasi, 2 protein hewani, sayur, cabe, buah, dan kerupuk. Sedangkan untuk snack, ada 3 pilihan snack dan minuman seperti susu, kacang ijo, soya, dll. Variasi menunya juga lumayan banget. Ada ayam dan daging, ayam dan ikan, daging dan ikan, dll. Yang paling penting adalah.. rasanya enak! Selama 9 hari saya isolasi di sana alhamdulillah gak ada pengalaman rasa makanan yang failed. Semuanya enak! Terlebih sejak ganti vendor ke Bina Cakra Catering. Duh luv banget lah, tiap masak daging pasti empuk dan meresap, begitu juga menu-menu lainnya. ❤️
Anyway, ini beberapa menu sarapan, snack pagi, makan siang, snack sore, dan makan malam yang sempat saya foto. Silakan dinilai sendiri ya kira-kira gimana penampakannya hihi.

Selain mendapatkan asupan makanan yang luar biasa banyak, saya juga mendapatkan beberapa obat. Ada semacam antivirus atau antibiotik (saya gak tau pasti tapi kalo cek di Google sih sepertinya antivirus ya), paracetamol, dan vitamin D-5000 IU. Saya pribadi juga tetap melanjutkan konsumsi Propoelix, Clover Honey, dan Pollenergy karena saya udah baca riset-riset medisnya dan yakin sekali ketiga produk ini bisa membantu memaksimalkan imunitas tubuh saya untuk pemulihan COVID-19.
Fast forward ke Sabtu (19 Februari) pagi, saya udah gak merasakan gejala apa-apa lagi. Sebelumnya, sejak hari Rabu masuk ke Asrama Haji, gejala memang berangsur berkurang, tapi masih ada tuh seperti hidung mampet, pilek, bersin-bersin, batuk ringan, dan gatal tenggorokan. Terutama di pagi dan malam hari. Tapi, di hari Sabtu itu, badan saya rasanya jauh lebih segar dan gejala sepenuhnya hilang. Saya yakin banget ini salah satunya ada andil dari Propoelix yang memang mengandung antivirus alami. Karena di keseharian, kalo saya merasa badan mulai gak enak sedikit aja, saya pasti langsung konsumsi 1 kapsul Propoelix dan benar-benar setelah itu jadi enakan banget.
Hari Sabtu itu juga, akses ke area miniatur Ka’bah di Asrama Haji dibuka. Sejak itu saya jadi punya rutinitas baru setiap pagi, yaitu jalan santai keliling miniatur Ka’bah sambil bernostalgia ke momen ketika saya tawaf dan pergi umroh di akhir 2019 lalu. ❤️

Sejak itu juga, area miniatur Ka’bah ini selalu ramai dengan warga Asrama Haji, terutama di pagi dan sore hari. Ada yang main voli, bulutangkis, sepak bola, jalan santai keliling miniatur Ka’bah, atau sekadar duduk-duduk aja sambil menonton yang sedang berolahraga. Saya juga sempat beberapa kali pinjam raket warga lainnya untuk ikut main badminton bersama. Salah satu momen yang menyenangkan selama isolasi nih. 🙂
Selama isolasi ini juga, saya tetap menjalankan aktivitas dan rutinitas seperti biasa. Saya tetap kuliah secara online. Karena di semester 2 ini jadwal kuliah saya benar-benar padat merayap nonstop dari Senin sampai Jum’at jam 9 pagi sampai jam 4 sore, maka ya hari-hari saya di weekdays dihabiskan dengan kuliah. Malam harinya kadang masih lanjut berdiskusi dengan teman-teman untuk mengerjakan tugas. Mungkin itu juga yang menjadikan masa-masa isolasi saya selama 9 hari di Asrama Haji jadi tidak terlalu terasa berat. 🙂

Jum’at (25 Februari) pagi, saya akhirnya pulang ke rumah. Untuk prosedur kepulangan ini, sehari sebelumnya saya diminta mengisi formulir dan beberapa data. Kemudian pagi tadi, sekitar pukul 07.45 WIB, saya menuju area registrasi untuk mengambil surat jalan dan ya udah deh pulang. Saya masih diminta untuk melanjutkan isolasi mandiri selama 3 hari di rumah.
Oh ya, tadi saya juga cek akun Peduli Lindungi, dan ternyata status sudah kembali hijau lho! Karena kemarin positif COVID-19, warna statusnya sempat berubah menjadi hitam yang artinya saya tidak boleh melakukan perjalanan. Sekarang alhamdulillah sudah ganti warna lagi jadi hijau YEAYY! 🥳🥳🥳

Anyway, berhubung saya memang anaknya apa-apa googling, jadi ketika pertama kali tau bahwa saya dinyatakan positif COVID-19, jadi saya cari deh tuh di Google: apa yang harus dilakukan jika positif COVID-19 di Batam. Tapi sayang, saya tidak menemukan jawaban. Ya sebenarnya ada sih web khusus COVID-19 untuk wilayah Batam, tapi menurut saya informasi what to do jika positif COVID-19 tuh masih minim sekali.
Oleh karena itu saya ingin membagikan beberapa informasi sesuai pengalaman saya di rentang tanggal 16-25 Februari 2021 lalu ya. Jika pun nantinya ada perubahan prosedur, tapi semoga informasi ini tetap bisa membantu teman-teman. 🙂
1. Jika sudah merasakan gejala yang mengarah ke COVID-19, seperti demam, nyeri sendi, radang tenggorokan, batuk pilek, atau bahkan anosmia, segera perlakukan diri kamu sebagai orang yang positif ya! Artinya, hindari kontak dengan orang lain dan lakukan isolasi mandiri sesegera mungkin. Kamu bisa melakukan konsultasi via telemedicine seperti halodoc, alodokter, dll untuk mendapatkan obat dan pemantauan dari dokter. Perlu diingat, sampai tulisan ini tayang, Batam belum masuk area jangkauan untuk mendapatkan obat gratis dari Kemenkes ya.
Yang harus dilakukan jika positif COVID-19 di Batam:
2. Jika memungkinkan, lakukan swab PCR di lab terdekat. Jika pun tidak ingin swab PCR, bisa swab antigen di lab atau swab antigen mandiri. Atau kalo gak mau swab sama sekali, ya udah terserah kamu tapi PLIS SADAR DIRI UNTUK ISOLASI MANDIRI DAN JANGAN BERTEMU SIAPA-SIAPA! Jangan merasa “ah gejalanya kan ringan” lalu setelah gejalamu hilang malah cuek pergi ke sana sini. Orang lain yang kena virus dari kamu, belum tentu akan merasakan gejala seringan yang kamu rasakan. Jadi, jangan egois. 🙂
3. Jika merasa kesulitan menjalankan isolasi mandiri (karena pertimbangan makanan dll), SEGERA SWAB PCR. Karena jika kamu berdomisili di Batam dan hasil PCR menunjukkan kamu terkonfirmasi positif COVID-19, maka kamu berhak mendapatkan layanan fasilitas isolasi di pusat isolasi terpadu yang sudah disediakan oleh pemerintah kota Batam secara gratis. Saya tidak keluar biaya apa-apa selain untuk swab PCR di Bumame sebesar Rp300.000,-
4. Jika hasil swab PCR menunjukkan bahwa kamu positif COVID-19, maka kamu akan dihubungi oleh pihak puskesmas terdekat sesuai wilayah domisilimu. Kamu juga bisa coba mencari kontak PIC di puskesmas jika ada hal-hal yang ingin ditanyakan.
5. Selanjutnya, pihak puskesmas akan mengatur penjemputan serta melakukan tracing ke anggota keluarga yang tinggal serumah denganmu. Setelah kamu sampai di lokasi isolasi, dalam hal ini Asrama Haji, tinggal ikuti saja prosedurnya dan jalani masa isolasi sampai kamu dinyatakan sudah boleh pulang (10 hari terhitung dari hari swab pertama).
Oke, udah nih misal ada yang positif COVID-19 dan akan dievakuasi ke Asrama Haji. Lalu, apa saja yang harus disiapkan dan dibawa ke Asrama Haji? Saya akan bagikan informasinya berdasarkan pengalaman pribadi saya ya.
Yang harus dibawa jika akan isolasi di Asrama Haji Batam:
- Baju, peralatan mandi, dan perlengkapan pribadi untuk 10 hari atau kalo niat mencuci baju di sana ya bawalah baju secukupnya sesuai kebutuhan.
- Obat-obatan pribadi. Saat proses registrasi, tim dokter di Asrama Haji akan mengecek obat apa saja yang kita konsumsi. Jika ada yang perlu ditambahkan, maka mereka akan menambahkan dengan obat-obat lainnya.
- Peralatan makan. Ini opsional sih ya, karena sebenarnya kan di dalam nasi kotak sudah ada sendoknya. Tapi menurut saya sendoknya agak letoy sih, jadi kalo mau bisa bawa alat makan sendiri biar lebih nyaman juga makannya.
- Kabel terminal listrik. Ya tentu untuk charge semua alat elektronik kamu.
- Colokan kaki tiga. Di Batam tuh kebanyakan colokannya kaki tiga, jadi dibawa aja ya siapa tau dibutuhkan.
- Sabun cuci baju dan hanger. Bisa dibawa jika ingin mencuci baju di sana. Area jemur terbatas sih, tapi kalo niat bisa juga bawa tali jemuran (saya lihat ada yang bawa gini kemarin haha).
- Selimut dan handuk. Seperti yang saya sampaikan di atas, tidak disediakan selimut dan handuk ya, jadi jangan lupa bawa dari rumah.
- Bantal dan seprei. Ini opsional, kalo merasa gak nyaman menggunakan seprei di sana (jujur kurang bersih sih menurut saya), mending bawa sendiri aja dari rumah. Bisa bawa bantal juga biar lebih nyaman.
- Tumbler. Tersedia dispenser air panas jika ada yang mau bikin-bikin minum. Jangan lupa bawa tumblernya ya!
- Sendal jepit. Penting untuk dipake saat masuk ke kamar mandi, karena saya sih geli ya kalo ke kamar mandinya gak pake sendal. 😅
- Sepatu olahraga. Tentu akan digunakan untuk berolahraga. Selain ada yang suka main voli, badminton, dll, setiap pagi juga ada senam bersama lho.
- Raket bulu tangkis, bola, dll. Ini opsional kalo mau niat ya bawa aja tuh raket, kok, bola, atau apapun yang akan bikin kamu senang dan bisa digunakan selama di sana.
- Meja lipat. Ini terutama untuk yang mau sambil kuliah online seperti saya, atau mau WFH, atau sekedar biar nyaman makannya, mending bawa meja sendiri karena di kamar tidak ada meja.
Apalagi ya, udah sih itu aja rasanya haha. Kalo ada yang keinget lagi nanti saya tambahkan. Tapi yang pasti, gak usah bawa cemilan ya karena di sana banyak makanan. Teman-teman sekamar saya yang bawa cemilan pada dibawa pulang lagi deh tuh cemilannya saking gak kemakan sama sekali di sana. 😆
Selama isolasinya di asrama haji sih masih mudah aksesnya kalo mau pesan-pesan makanan online. Emang bisa? Bisa kok guys. Paling perhatikan jam-jam boleh terima kiriman aja. Kalo di luar jam tersebut suka diomelin hehe.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa membantu teman-teman ya. Jika ada yang bilang “ih jangan swab PCR nanti diangkut ke asrama haji lho!” plis dihiraukan aja karena gak seserem itu kok kalo dibawa ke asrama haji tuh. Yang anak kost atau tinggal sendiri malah enak kan ada yang masakin dan budget makan selama 10 hari pun aman. 😉
Diisolasi dari dunia luar dan menghentikan kegiatan sehari-hari, tentu bukan hal yang menyenangkan. Tapi, demi kebaikan bersama, hal tersebut perlu kita lakukan. Bagi saya, ini salah satu bentuk tanggung jawab saya sebagai manusia, sebagai anak, sebagai warga, sebagai masyarakat Indonesia, yaitu dengan berupaya memutus rantai penyebaran virus dan mengikuti prosedur isolasi.
Saya menyadari jika saya di rumah, mungkin saya tidak bisa sepenuhnya memutus kontak dengan orang tua yang paling berisiko karena faktor usia. Karena itu, saya merasa keputusan untuk dievakuasi ke Asrama Haji ini menjadi keputusan yang paling tepat. Paling tidak saya tenang, karena insya Allah tidak menularkan virus ini kepada orang-orang di sekitar saya. 🙂
Kalo perkara nyaman gak nyaman, ya mana ada sih tempat yang paling nyaman selain rumah sendiri, ya gak? Tapi, kondisi itu kan gak bisa kita kontrol. Siapa coba yang bisa sepenuhnya mengontrol dan memastikan “saya mau dapat kamar yang paling bagus dan paling nyaman di Asrama Haji?” ya tentu saja gak ada yang bisa dong. Mau tidak mau ya harus diterima apapun yang diberikan.
Akan tetapi, kita akan selalu punya kendali penuh atas apa yang kita pikirkan, atas bagaimana kita memandang situasi, dan bagaimana kita mau menjalaninya. Saya meyakini selalu ada yang bisa disyukuri di setiap keadaan yang dilalui. Karena itu, yang saya lakukan adalah menikmati hari demi hari dengan melihat sisi seru dan menyenangkan dari masa-masa isolasi tersebut. Kapan lagi coba bisa simulasi tawaf dan sa’i sambil nostalgia pengalaman umroh kalo bukan selama isolasi di asrama haji kemarin. 😉
Fokus ke hal-hal yang bisa dikendalikan dan abaikan hal-hal yang berada di luar kendali diri. 🙂
Akhir kata, saya mau mengucapkan terima kasih banyak untuk semua teman-teman yang sudah memberikan perhatian, ikut mendoakan, dan bahkan kirim uang jajan (literally nih geng gincu kirim uang jajan untuk jajan yang sehat-sehat haha makasih girlss 😘). Semoga teman-teman sehat-sehat selalu yaa. Jika pun ada yang sakit, semoga segera diberikan kesembuhan. Aamiinn. ❤️
Thanks for sharing Lia 😊😊 semakin membaik ya kedepannya 😊😊
LikeLike
Pingback: 2022 in words | liandamarta.com