Mumpung masih bulan Maret, masih boleh kan saya cerita soal Local Leaders Day (LLD) 2014 yang berlangsung tanggal 7-9 Maret 2014 lalu di Salatiga? π
Nah, kali ini saya mau share sedikit soal materi yang saya dapatkan di kegiatan 2 tahunan Akademi Berbagi tersebut. Boleh yaaa? Hihihi. Well, seperti yang saya bilang di postingan sebelumnya, saya dan teman-teman relawan Akademi Berbagi Pekanbaru terkendala delay saat mau berangkat. Hingga akhirnya kami baru sampai di lokasi LLD jam 1 dini hari. So pasti materi hari pertama di tanggal 7 Maret tentang “Internet Sehat” bersama Donny Bu terlewati begitu saja hiks.. Tapiiii jangan sedih, karena beberapa relawan udah share mengenai materi LLD 2014 hari pertama, salah satunya yang dipost di website Akademi Berbagi ini.
Walaupun materi LLD hari pertama tidak bisa saya ‘cicipi’, masih ada materi lain di hari kedua dan ketiga yang gak kalah kerennya. Terutama di hari kedua, dimana pematerinya adalah 3 orang hebat ‘jebolan’ Nielsen yang bergabung menjadi satu tim di tigapijar, yaitu bang Zul, mbak Yanti Nisro, dan bang Yansen Siregar.
tigapijar – sumber pic : twitter mbak Ai
Materi hari kedua ini disampaikan secara bergantian oleh ketiga pemateri tersebut. Selama materi berlangsung, ada beberapa hal yang harus dipatuhi oleh semua relawan. Salah satunya adalah tidak boleh menyalakan handphone. Jadi selama workshop berlangsung, kurang lebih 10 jam, tidak ada satu pun relawan yang memainkan handphonenya. Semua fokus mengikuti materi workshop tigapijar. Dan kami juga diminta untuk selalu “Be Positive”, satu hal yang masih terus saya ingat dan (insya Allah) tetap saya lakukan sampai hari ini. π
sumber pic : twitter mbak Ai
Di sesi pertama tigapijar, ada Bang Yansen yang mengajak semua relawan untuk lebih mengenal tentang dirinya, tentang sifat-sifatnya, dan memahami secara mendalam sisi personal dari masing-masing relawan. Dengan berbagai cara yang seru, bang Yansen membuat kami semua larut dalam proses pengenalan diri tersebut. Semua relawan dengan antusias mengutarakan pendapatnya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh bang Yansen.
Then, di sesi kedua dari tigapijar ada mbak Yanti Nisro yang mengajak kami untuk bermimpi. Kami diberikan tugas untuk membuat sebuah Dream Board dari kertas berukuran A3, majalah, koran, dan spidol aneka warna. Semua relawan diminta untuk memikirkan mimpi-mimpi mereka dan menuangkannya ke dalam kertas A3 tersebut. Well, inilah Dream Board saya, hihihi. Doain, ya! πSelain Dream Board, semua relawan dalam kelompok yang sudah dibagikan juga diminta untuk membuat jembatan dari kertas koran yang telah disediakan. Jembatan tersebut harus dapat dilewati oleh sebuah bola berukuran sedang dan harus dapat menopang beberapa buah buku yang tebalnya luar biasa. Eh, emang bisa? Bisa loh ternyata. Dari 20 kelompok ada 4 kelompok yang kriteria jembatannya bisa memenuhi semua tantangan dari mbak Yanti Nisro itu. Kelompok saya mmm… baru kesenggol bola aja udah hancur lebur. π
Jembatan-jembatan koran yang tetap berdiri tegak ini menjadi bukti bahwa nothing is impossible!
Di sesi terakhir dari rangkaian workshop tigapijar ini, ada bang Zul yang mengajak semua relawan membuat perencanaan tentang mimpi-mimpi yang telah ditulis di Dream Boardnya masing-masing. Kami juga diminta untuk menuliskan apa yang harus kami lakukan untuk mencapai mimpi tersebut dan apa hambatan yang kami rasakan. Lagi-lagi, kami semua diajak untuk mengkaji lebih dalam tentang mimpi dan harapan kami di masa yang akan datang.
You are never too old to set another goal or to dream a new dream.
Itulah pesan bang Zul di sesi ketiga workshop tigapijar tersebut. Kunci kesuksesan ada di tangan kita. Kalo kita merasa mimpi-mimpi kita tidak bisa terwujud karena si ini atau si itu, sesungguhnya kita lah yang menciptakan kondisi itu terwujud. Karena tidak ada yang bisa menghalangi kita mewujudkan mimpi-mimpi itu, selain diri kita sendiri. Ahhh, saya langsung merasa jleb-jleb-jleb. Ketampar bolak balik.
Sesi workshop tigapijar yang berlangsung selama kurang lebih 10 jam itu tidak membuat saya dan teman-teman relawan lainnya merasa bosan. Bahkan tanpa disadari eh udah selesai aja workshopnya. Semua peserta sangat antusias. Hampir 200 orang berkumpul di sebuah ruangan di Pondok Remaja Salib Putih Salatiga. Bersama-sama mereka belajar mengenali dirinya, berbagi mimpinya, dan membuat perencanaan dalam proses mewujudkan mimpi tersebut. Dan di akhir sesi, ke-200 orang relawan itu, tiba-tiba berdiri dan menyerukan “INDONESIA.. INDONESIA..”. Sebuah momen yang bikin saya merinding disko. Luar biasa! π
Suasana workshop tigapijar. Sumber pic : twitter mbak Ai
Hari ketiga gak kalah serunya. Ada mas Roby Muhamad yang siap berbagi ilmu tentang Volunteerism. Di materi terakhir LLD 2014 ini, mas Roby mengajak semua relawan untuk dapat melakukan perubahan besar, terutama di negaranya masing-masing. Mas Roby mengawali materi hari ketiga itu dengan cerita tentang bagaimana orang-orang jaman dulu bisa membuat peradaban besar. Cerita tersebut mengarah pada suatu kesimpulan bahwa : dunia di satu sisi masih sama. Jika dulu dalam membuat peradaban dibutuhkan kekuatan otoritas, maka kini yang dibutuhkan adalah kekuatan persuasif.
Salah satu bentuk kekuatan persuasif itu adalah dengan bercerita. Entah itu lewat tulisan, lagu, video, ataupun orasi. Buat cerita yang menyentuh hati orang banyak. Karena kunci dari kekuatan persuasif ada di hati. So, yang harus diengage adalah hatinya, bukan pikirannya.
Inti yang ingin disampaikan mas Roby adalah sudah seharusnya anak-anak muda bergerak membuat perubahan. Meniru apa yang pernah dibuat oleh bung Karno, bung Hatta, dan Syahrir saat merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Bergerak! Itu kuncinya.
Well, apa yang saya tulis ini mungkin hanya ringkasan sederhana dari apa yang saya dapatkan di Local Leaders Day 2014 dua minggu lalu. Mungkin tulisan ini hanya sebuah catatan kecil tentang mimpi dan semangat volunteerism. Tapi sesungguhnya apa yang saya rasakan ketika mengikuti kelas tigapijar dan mas Roby di LLD 2014, kekuatannya berkali-kali lipat lebih besar dari apa yang sekarang saya tulis ini. Saya harap semoga kamu yang membaca tulisan ini juga bisa merasakan semangat saya dalam proses pencapaian mimpi dan upaya melakukan perubahan di sekitar kita.
Keep fighting! π
Photo by Roni Azhar
Photo by Roni Azhar
We’re volunteer. Who’s next? π
Dear Lia, tulisan yang indah… semoga memberikan manfaat yang sebebsar2nya untuk dirimu pribadi dan sekitarmu. Good luck!
LikeLike
Thank you so much mbak Ai! π
LikeLike
Pingback: Local Leaders Day 2014 : Ajang Kumpul Relawan Akademi Berbagi Se-Indonesia | My Life, My Story
Pingback: Best of 2014 | My Life, My Story
Pingback: Tiga Hari Penuh Makna di #LLD3 Akademi Berbagi | liandamarta.com