Bulan Desember ini, relawan Akademi Berbagi Pekanbaru mendapat challenge dari salah seorang senior, untuk mengadakan 2x kelas di bulan ini. Kami semua pun menyanggupi challenge tersebut. So, setelah kelas keempat sukses diadakan di tanggal 14 Desember 2013 lalu, kelas kelima sekaligus kelas terakhir di tahun 2013 ini, diadakan pada tanggal 22 Desember kemarin. Mengangkat tema Domestic Violence Awareness, yaitu seputar kekerasan yang biasa terjadi di hubungan interpersonal yang dekat. Gurunya adalah Indah Damayanti, seorang Psikolog di RS Awal Bros Pekanbaru. Beliau cukup berpengalaman menangani kasus-kasus kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga.
Istilah kekerasan domestik mungkin masih asing bagi kita, tapi kalo dibreakdown ke jenis-jenisnya saya yakin banyak yang familiar. Sebut saja, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan dalam hubungan pernikahan siri/nikah di bawah tangan, dan kekerasan dalam hubungan pacaran (KDP). Bentuk kekerasannya pun beragam, ada kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Untuk detailnya, bisa dicek aja report after class di blog akber ini ya. 🙂
Saya pribadi cukup tertarik dengan kelas kelima ini, selain karena pembicaranya yang backgroundnya juga sama-sama dari bidang psikologi, juga karena materinya yang menurut saya sangat menarik dan ini sangat perlu dipahami agar kita terhindar dari perlakuan kasar seperti itu oleh pasangan atau orang terdekat kita. Well, ada banyak ilmu baru yang saya dapatkan di kelas kelima kemarin. Baik itu dari materi yang disampaikan mbak Indah, juga dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan para peserta. Satu hal yang saya ingat banget adalah bahwa orang yang dekat sama kita (entah itu orang tua, suami/istri, pacar, anak) adalah orang yang berpotensi besar menyakiti kita.
Pelaku kekerasan biasanya memiliki pola perilaku yang memang kurang baik. Bisa bersifat temporary, bisa bersifat permanent. Yang bersifat temporary misalnya baru akan menunjukkan emosi negatifnya ketika sedang berada dalam tekanan. Saya pun langsung berkaca ke diri saya sendiri. Saya termasuk orang yang emosinya masih belum stabil. Kalo saya lagi berada dalam tekanan dan saya kesulitan menghandlenya, saya suka mengeluarkan defence yang akhirnya ‘menyerang’ orang lain secara verbal. Salah satu kejelekan saya yang saat ini mati-matian berusaha saya hilangkan.
Saya bersyukur bisa mengikuti kelas kelima Akber Pekanbaru kemarin dan mendapat banyak ilmu tentang kekerasan domestik. Penting banget, menurut saya. Karena jangan sampai kita jadi korban kekerasan tersebut, atau malah jadi pelaku? Aduh, semoga tidak, ya. 😦
Penting juga untuk kita agar bisa mengidentifikasi tanda-tanda orang yang berpotensi besar menjadi pelaku kekerasan itu. Terutama buat yang mau menikah, identifikasi sejak dini deh, cek pola perilakunya, cek karakteristik keluarganya, dan cek pula bagaimana ia mengekspresikan emosinya terutama ketika sedang merasa tertekan. Untuk pelaku yang sifatnya temporary tadi masih besar peluangnya untuk diubah kok. 🙂 Asalkan ada kemauan dari ybs dan juga perlu dukungan serta bantuan dari orang-orang terdekatnya.
Di penutup kelas #5 Akber Pekanbaru kemarin, ada sebuah puisi yang sangat menyentuh hati. Judulnya “Jangan Kirimi Aku Bunga”. Saya share di sini ya.. 🙂
Aku mendapat bunga hari ini
Meski hari ini bukan hari istimewa dan bukan hari ulangtahunku
Semalam untuk pertama kalinya kami bertengkar
Dan ia melontarkan kata-kata menyakitkanAku tahu ia menyesali perbuatannya karena hari ini ia mengirimi aku bunga
Aku mendapat bunga hari ini
Ini bukan ulangtahun perkawinan kami atau hari istimewa kami
Semalam ia menghempaskan aku ke dinding dan mulai mencekikku
Aku bangun dengan memar dan rasa sakit sekujur tubuhkuAku tahu ia menyesali perbuatannya karena ia mengirim bunga padaku hari ini
Aku mendapat bunga hari ini,
Padahal hari ini bukanlah hari Ibu atau hari istimewa lain
Semalam ia memukul aku lagi, lebih keras dibanding waktu-waktu yang lalu
Aku takut padanya tetapi aku takut meningggalkannya
Aku tidak punya uang
Lalu bagaimana aku bisa menghidupi anak-anakku?Namun, aku tahu ia menyesali perbuatannya semalam, karena hari ini ia kembali mengirimi aku bunga
Ada bunga untukku hari ini
Hari ini adalah hari istimewa… inilah hari pemakamanku
Ia menganiayaku sampai mati tadi malam
Kalau saja aku punya cukup keberanian dan kekuatan untuk meninggalkannya, aku tidak akan mendapat bunga lagi hari ini…
P.S. Untuk file materi kelas kelima Akber Pekanbaru, bisa didownload di sini ya.. 🙂
Sedihnya si puisinya itu Mbaaaaa. Huhuhu.
Kekerasan dalam bentuk apapun memang jangan sampai terjadi ya…
LikeLike
Iya mas daniii, sedih banget yaaa hiks. Betul sekali mas, dalam bentuk apapun dan sekecil apapun, jangan sampai terjadi..
LikeLike
Waduuuhhh…
Itu puisinya…. 😦
Lia, aku jd inget temen kuliahku yg dari dulu udah jd korban kdrt itu.. tapi… skrg punya anak 5 aja, gitu.. 😦
LikeLike
Iya mbaaa hiks sedih yaa 😦
Iya aku pun keinget postingan mba fitri yang soal temen mba fitri itu, ya Allah mudah2an dia baik2 aja ya mbaa..
LikeLike
Waduh sedih baca puisinya Lia. Aku pernah beberapa kali kunjungan kerja kerumah penampungan korban KDRT disini. Polanya korban sama ya, ketergantungan emosional dan berharap pelaku suatu hari akan berubah. Sayangnya ngga 😦
LikeLike
Iya mba puisinya sedih ya 😦
Betul banget mba, kalo kata psikolognya sih, pelaku ga akan berubah kalo gak bener2 dari keinginannya pribadi. Dan korban gak akan bisa berbuat apa2 utk bikin mereka berubah.. 😦
LikeLike
keren ya topik bahasannya :D. Memang harus lebih awas sih, apalagi seringkali cinta bikin buta kan, jadi suka meremehkan hal2 yang sebenernya bisa jadi indikasi bahwa pasangan itu mengungkapkan emosi dengan cara yang kurang sehat.
Btw, lokasinya bagus deh, langit2nya tinggi dan banyak cahaya gitu 😀 *salah fokus*
LikeLike
Betul bangetttt.. Harus bisa aware sejak dini deh yaaa hehehe..
Iyaa, itu di salah satu ruangan di Perpustakaan kota Pekanbaru 😀
LikeLike
Pingback: Pustaka Wilayah Soeman H.S. Pekanbaru | My Life, My Story