Kebanyakan dari kaum adam ketika bikin salah, mereka ga mau ribet2 nyeleseinnya, mau shortcutnya aja. Ini ngeselin banget loh, boys. – @liamarta
Tapi kadang kaum hawa juga ga bisa tegas dalam memberi ‘hukuman’. Gampang banget pertahanannya jebol. Nah cemana lah itu jadinya? – @liamarta
***
Beberapa hari lalu, saya menuliskan kalimat-kalimat tersebut, di akun twitter saya. Beberapa teman memberikan responnya. Ada yang sekedar me-retweet, ada pula yang ikut memberikan komentar berdasarkan apa yang pernah mereka alami. Saya pribadi sedang merasakan hal yang sama. Saya juga sering melihat teman-teman dan orang terdekat saya mengalami hal tersebut. Itulah mengapa saya ingin menuliskan pemikiran saya mengenai pria versus wanita disini.
Pria, ketika dihadapkan dengan masalah, terutama ketika mereka yang bikin salah, cenderung sulit untuk mengakui kesalahannya. Di saat mereka sudah mau mengaku salah, kadang mereka tidak mau berusaha untuk memperbaiki kesalahannya tersebut. Kebanyakan dari mereka gak mau ribet. Pengennya yang instan-instan aja. Alhasil, masalah tidak pernah diselesaikan secara tuntas.
Sementara wanita, kebanyakan selalu mengungkit-ungkit masalah yang telah lama terjadi. Membuat pasangannya cenderung merasa terpojokkan. Ujung-ujungnya? Berantem lagi. Ribut lagi.
Wanita juga kadang gak bisa tegas dalam memberikan ‘hukuman’. Terutama bagi pasangan atau sosok yang mereka sayang. Pertahanan gampang ‘jebol’ hanya dengan ucapan manis dari sang pria. Alhasil, hati menjadi tidak tenang. Menjadi insecure. Itulah mengapa wanita terus menerus ‘menginterogasi’ pasangannya yang melakukan kesalahan. Karena ada hal yang belum selesai.
Sebenarnya, semuanya bisa menjadi simple, asalkan kedua belah pihak saling mengetahui apa yang diinginkan dan diharapkan oleh pasangannya, serta tau bagaimana cara menghadapi pasangannya.
Pada umumnya, pria banyak ‘bermain’ di area kognisi, sedangkan wanita di area afeksi. Kaum adam banyak melibatkan logika mereka, dan kaum hawa banyak melibatkan hati dalam segala kondisi.
Itulah mengapa, jika pria telah mendapatkan sinyal positif dari pasangannya di saat mereka berbuat salah, mereka jadi ‘males’ untuk bener-bener menyelesaikan masalah tersebut. ‘Toh udah dimaafin, ya sudahlah gak usah dibahas lagi.’ > Mungkin ini yang mereka pikirkan.
Saya sempat melakukan riset kecil-kecilan dengan beberapa teman saya mengenai hal ini. Dari 10 orang responden pria yang saya minta pendapatnya, 4 orang di antaranya menyatakan jika mereka melakukan kesalahan, mereka gak mau ribet nyeleseinnya. Selama sudah mendapatkan sinyal positif dari lawannya, mereka menganggap bahwa masalah tersebut sudah selesai.
Tapi, 6 dari 10 orang responden saya justru menyangkal argumen saya itu. Mereka mengatakan bahwa mereka siap dan bersedia menyelesaikan permasalahan yang mereka buat secara detail, sampai mereka benar-benar menemukan solusinya. Selama masih dalam batasan wajar (tidak sampai menjatuhkan harga dirinya), mereka masih akan terus usaha menyelesaikan masalah yang sudah dibuat, dengan cara meminta maaf atau membahas secara detail duduk perkaranya. Karena mereka tidak ingin suatu saat masalah tersebut diungkit-ungkit atau dibahas lagi.
Nah, untuk kaum hawa, yang biasanya punya kebiasaan mengungkit kembali kesalahan sang pria. Lebih baik menghilangkan kebiasaan tersebut, karena hal itu hanya akan membuat permasalahan baru. Hehehe.
Anyway, saya belum sempat riset ke kamu-kamu para wanita nih. Sebenernya kenapa sih pada suka ngungkit-ngungkit kesalahan pasangan? Dan kamu para lelaki yang punya pendapat lain, sile share jawabannya di comment di bawah ini yah.. 🙂
P.S : Thank you untuk semua responden saya yang pada hari Rabu, 7 November 2012 lalu bersedia saya minta waktunya. Maaf namanya gak bisa disebutin satu per satu. Thank you! 😀