Cerita Ramadan Tahun Ini

Wow udah lebih dari sebulan saya gak update blog hahaha. Bulan Mei kemarin benar-benar gak ada posting stama sekali. Manaaa janjinya yang mau rutin update blog tiap 2-3x seminggu? *ngomong ke diri sendiri* 😆

Yaudslah, mari kita kembali ngeblog. Kita awali dengan cerita santai tentang bulan Ramadan saya tahun ini ya. 🙂

***

Ramadan tahun ini kembali saya jalani sebagai anak rantau. Bagi yang mengikuti media sosial saya, terutama Instagram, pasti tau kalo sejak beberapa bulan lalu saya kembali pindah ke ibukota. Bekerja di sini, berusaha mendobrak tembok tinggi yang sempat tanpa sengaja dibangun selama 1,5 tahun terakhir, berusaha keluar dari zona nyaman.

Sebelum cerita tentang pengalaman menjalani Ramadan kembali sebagai anak rantau, saya mau cerita dulu mengenai keputusan saya pindah ke Jakarta ini.

Tahun 2017 lalu adalah tahun yang paling tidak produktif di sepanjang hidup saya. Selama setahun saya hampir gak melakukan apa-apa. Semangat dan mood saya sangat fluktuatif. Di awal tahun saya sempat merasa semangat banget ingin melakukan ini dan itu. Lalu ketika saya gagal mengejar apa yang saya mau, seketika semangat tersebut langsung jatuh sejatuh-jatuhnya. Sampai saya udah benar-benar mentok, gak tau lagi mau melakukan apa.

Pelan-pelan saya coba untuk bangkit lagi. Menata lagi apa yang saya mau dalam hidup ini. Mulai mencari-cari apa yang akan saya kerjakan berikutnya.

Saya sebenarnya sudah tau mimpi saya apa. Saya sudah tau dalam 5-10 tahun ke depan saya mau jadi apa. Saya sudah menyusun rencana-rencana yang ingin saya jalani. Tapi saya bingung harus memulai dari mana. Saya gak tau harus memilih jalan yang mana.

Karena tinggal bersama orang tua, pada akhirnya saya terlalu banyak memberi excuse ke diri sendiri. Terus-terusan memaklumi kalo “ya udah gak apa-apa seperti ini, kan lagi masa-masa healing”. Iya sih benar lagi healing, tapi udah setahun gak ngapa-ngapain ya jadinya gak baik juga sih.

#KhitanAutis yang saya laksanakan di akhir tahun 2017 lalu menjadi salah satu turning point saya. Bahwa saya harus segera melakukan sesuatu. Gak bisa terus-terusan membiarkan diri dalam kebingungan seperti apa yang terjadi di setahun terakhir ini.

Rencana lain pun kembali saya susun. Yang ada dalam pikiran saya adalah, saya butuh kembali ‘on the track’. Saya butuh kembali produktif. Saya butuh ‘dinyalakan’ dulu mesinnya. Dan semua itu harus dimulai dengan keluar dari zona nyaman.

Lalu saya pun membulatkan tekad. Saya mau merantau lagi. Entah itu ke Jakarta atau ke Bandung.

Keputusan tersebut bukan keputusan yang mudah, mengingat 2 kota tersebut sangat identik dengan kenangan bersama Abang. Sempat mikir juga, kuat gak ya saya tinggal di 2 kota tersebut? Tapi setelah dipikir lebih lama, mau sampai kapan saya ‘melindungi’ hati dengan menghindari semua tempat-tempat penuh kenangan ini?

Allah pun ternyata memberi jalan melalui berbagai kesempatan yang hadir di awal tahun ini. Singkat cerita, saya kembali bekerja kantoran dan di saat yang bersamaan juga mendapat kepercayaan untuk menjadi Koordinator Nasional Akademi Berbagi.

Ya mungkin memang sudah jalannya untuk sekarang saya keluar dulu dari ‘goa persembunyian’ saya selama 1,5 tahun terakhir. Pelan-pelan kembali menata hidup dan masa depan saya, sambil tetap menguatkan niat untuk semua mimpi yang pernah terucap. Semoga Allah selalu memberi jalan terbaik untuk semua mimpi dan niat baik saya, ya. 🙂

***

Lalu, bagaimana saya menjalani Ramadan di tahun ini?

Ya pastinya saya kembali jadi anak kost, setelah lebih dari 5 tahun selalu tinggal bareng keluarga. Kalo pun pernah merantau juga sama Abang tahun 2016 lalu, tapi kan gak berasa sendiri ya, karena ada Abang. Kali ini benar-benar sendirian. Sahur sendiri, buka puasa pun kadang sendiri.

Alhamdulillahnya, Ramadan tahun ini saya banyak bersilaturahmi. Baik dengan keluarga maupun teman-teman. Diawali dengan buka bersama sepupu-sepupu jauh yang udah gak pernah bertemu sejak beberapa tahun terakhir. Yang mana pas ngumpul, udah pada punya anak dan anaknya udah gede pula. Hahaha how time flies.

Lalu saya juga ketemu peer group semasa bersekolah di Smansa Pekanbaru. Ini ceritanya super random. Tiba-tiba dihubungi Tica yang lagi liburan di Jakarta, trus ajak ketemu. Di hari yang sama saya udah ada janji sama adik ipar mau buka bareng. Lalu Laras juga lagi nemenin suaminya buka bareng di Lotte Avenue.

Biar adil, ya udahlah akhirnya janjian semuanya di Lotte Avenue aja. Saya buka bareng adik ipar dulu. Trus izin bentar ketemu mereka. Asli cuma sebentar, cuma 30 menitan. Tapi salah satu pertemuan yang sangat berkualitas. Udah lama juga gak ketemu mereka. Jadilah itu food avenue Lotte kayaknya isinya suara kita doang. 😆

Processed with VSCO with a6 preset

Setelahnya saya melanjutkan ngobrol dengan adik ipar, karena kebetulan besoknya dia mau pulang for good ke Pekanbaru. Sekalian saya juga dikenalin dengan calonnya. Kita ngobrol banyak hal, mulai dari cerita tentang semua rencana dan niat baiknya, sampai bernostalgia tentang kenangan bersama Abang. Seseru itu ngobrolnya sampai gak sadar udah larut malam.

Pulang ke kost saya langsung mellow hahaha. Ya gimana ya, somehow saya merasa ada bagian dari diri Abang yang juga tumbuh di dalam diri saya. Mimpi dan keinginan beliau hidup di dalam hati dan pikiran saya.

Sesering itu kami berdua saling bertukar pikiran, terlebih di hari-hari terakhir beliau. Jadi saya kurang lebih tau apa harapan dan keinginan beliau. Untuk ibunya, abang-abangnya, dan juga adik perempuan satu-satunya ini.  Karena itu, ketika mendengar semua rencana dan niat baik adiknya, saya jadi ikut bahagia dan terharu, dan saya yakin Abang pun akan merasakan hal yang sama jika beliau masih ada di dunia.

I’m pretty sure, Abang will be proud of her. So much. ❤

***

Okay, lanjut ke cerita buka bersama.

Cerita silaturahmi berikutnya adalah ketika buka bersama teman-teman Smansa Batam 2007 yang sama-sama tinggal di Jakarta. Berawal dari keisengan melempar obrolan soal bukber di grup whatsapp, eh alhamdulillah jadi juga. Meski gak semuanya bisa hadir tapi lumayan rame.

image2

Seseru itu kita ngobrol ini itu, sampai berujung ke pembahasan liburan bareng. Semoga rencana liburan ini tidak hanya menjadi #WacanaForever ya, gengs! 😆

Agenda buka bersama terakhir saya di Ramadan tahun ini adalah bareng relawan Akber yang tinggal di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, dan sekitarnya. Kalo ngumpul sama relawan Akber mah selalu seru. Kayak ada aja obrolannya, gak habis-habis.

Di momen buka bersama ini, selain silaturahmi dan kumpul hore, pengurus Nasional dan Akademi Berbagi Foundation (ABF) juga mengumumkan mengenai leburnya Akber Jakarta dan Bekasi. Bersama Depok dan Tangerang, semuanya melebur jadi satu dengan nama Akber Jadetabek. Kalo mau ikutan kelas-kelasnya, kalian bisa follow akun media sosial @akademiberbagi ya, gengs! Info kelasnya akan diumumkan di sana. 🙂

image4

***

Ya seperti inilah cerita Ramadan saya di tahun ini. Meski sekarang tinggal jauh dari keluarga tapi alhamdulillah saya menemukan keluarga baru di ibukota. 🙂

Salah satu yang disyukuri dari keputusan merantau ini adalah, saya jadi lebih menghargai rasa rindu pada kedua orang tua. Karena sekarang jarang ketemu, jadi sekalinya pulang bawaannya ingin di rumah melulu. Sebisa mungkin menikmati kesempatan cuti dan mudik ini dengan sebaik-baiknya.

Iya, akhirnya saya kembali merasakan serunya mudik. Berburu tiket murah dari jauh-jauh hari, lalu gak sabar menunggu harinya tiba. Juga merasakan kembali momen bandara yang penuh sesak dengan para pemudik lainnya, yang sama-sama gak sabar ingin segera kembali ke rumah. Menemukan makna ‘pulang’ yang sesungguhnya. ❤

Untuk semua yang membaca tulisan ini, selamat berkumpul bersama keluarga tercinta ya. Bagi yang masih di perjalanan pulang menuju rumah, hati-hati di jalan ya, semoga perjalanannya lancar dan menyenangkan. 🙂

Gimana dengan momen Ramadan kalian di tahun ini, gengs? Share juga dong ceritanya di kolom komentar! 🙂

15 thoughts on “Cerita Ramadan Tahun Ini

  1. denaldd

    Senang baca cerita Ramadanmu Lia. Aku baru tahu juga kalau kamu kembali ke Jakarta untuk bekerja. Selamat ya Lia, semoga lancar dan tercapai apa yang dicitakan.
    Cerita Ramadanku sudah kutulis di blog. Intinya, Ramadan dua tahun terakhir berbeda buatku. Dan sudah 4 lebaran belum bisa kumpul dengan keluarga di Indonesia.

    Like

    Reply
  2. mbegitulah

    Cerita anak rantau selalu menarik. Saya juga punya cerita yang mirip, selama 7 tahun ini 🙂 Btw, itu kok kayak di Kuncit ya? *gapenting

    Like

    Reply
  3. Pingback: Cerita Ramadan dan Lebaran Tahun Ini | liandamarta.com

Share your thoughts!