Ini pengalaman beberapa bulan lalu. Ketika saya membawa kedua adik saya jalan-jalan ke Singapore. Yes, kami hanya bertiga saja. Dan saat itu, kondisi salah satu adik saya tidak boleh capek, karena masih dalam proses pemulihan. Jadilah satu-satunya opsi kalo dia mau ikut ke Singapore adalah dia harus mau duduk di atas kursi roda.
Singapore adalah salah satu negara yang sangat ramah bagi disabilitas. Sebelum perjalanan ini, saya udah beberapa kali ke Singapore seorang diri dan bisa melihat bagaimana negara ini benar-benar memperhatikan kenyamanan bagi mereka yang menggunakan kursi roda.
Pemandangan orang yang duduk di atas kursi roda wara wiri ke sana ke mari di negara ini adalah hal yang sangat lazim. Bahkan banyak juga lho orang tua yang menggunakan kursi roda elektrik dan berpergian sendiri. Semudah itu memang hidup di Singapore.
Hal-hal tersebut yang membuat saya merasa sangat yakin bahwa saya bisa membawa kedua adik saya (dengan salah satu di antaranya pake kursi roda), untuk keliling Singapore. Agenda kami sebenarnya hanya ingin jalan-jalan aja. Karena kasian adik kecil saya ini sejak sakit gak pernah jalan ke mana-mana.
Kemudahan itu sudah mulai kami rasakan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Singapore. Yaitu ketika memasuki area pemeriksaan imigrasi di Harbour Front Singapore. Melihat saya mendorong kursi roda, ada seorang petugas yang menghampiri dan mempersilahkan kami menuju ke jalan khusus untuk langsung ke depan counter pemeriksaan.
Dalam waktu kurang dari 10 menit, kami sudah bisa masuk Singapore. Sedangkan adik saya yang satu lagi, yang ikut di dalam antrian, butuh waktu sekitar 30 menit. Itu lumayan cepat lho, mengingat kami pergi di tanggal 29 Desember dengan keberangkatan paling pagi. Semakin sore biasanya akan semakin rame dengan orang Indonesia yang mau tahun baruan di Singapore. 😀
Destinasi utama kami ke Singapore ini adalah mengunjungi Singapore Botanic Garden. Untuk sampai ke sana, dari Harbour Front kami cukup naik MRT di line kuning (Circle Line) menuju Botanic Garden.
Di sini kami merasakan kemudahan lainnya. Yaitu ketika menuju MRT station yang berada di bawah tanah. Lift dan jalur untuk pengguna kursi roda tersebar di mana-mana.
Tidak hanya fasilitasnya saja yang memudahkan kami, penduduknya pun juga. Setiap kali kami lewat, mereka langsung memberikan jalan. Ketika mengantri di lift, mereka akan dengan sigap mendahulukan kami masuk atau keluar, sambil menahan pintu lift agar tidak tertutup. Hal-hal kecil yang sungguh sangat membantu kami selama di sana.
Ketika di dalam MRT, mereka yang berdiri di area khusus kursi roda juga langsung pindah dan mempersilahkan kami untuk mengisi area tersebut. Hampir semua warga Singapore memperlakukan kami seperti ini. Ada sih beberapa yang ignorant. Berdasarkan pengamatan saya dari bahasa dan gayanya, kemungkinan besar mereka yang ignorant ini bukan warga asli Singapore. 🙂
Oh ya, tidak semua gerbong MRT punya area khusus untuk pengguna kursi roda. Sebelum masuk ke dalam MRT, perlu diperhatikan apakah kita sudah mengantri di tempat yang tepat atau belum.
Jika membawa kursi roda, pastikan kamu sudah mengantri di pintu yang ada logo wheelchair di atasnya. Dari pengalaman saya, setiap mengantri di pintu-pintu tersebut, gerbong MRT yang kami masuki pasti ada area khusus untuk kursi roda. Bayangkan, semudah itu lho kita keliling di negara ini. 🙂
Tidak hanya MRT, beberapa bus di Singapore juga tersedia area khusus bagi pengguna kursi roda. Ini silakan diperhatikan di kaca depan busnya. Jika ada logo wheelchair, itu artinya bus tersebut ada area khusus untuk pengguna kursi roda.
Setiap kali ke Singapore, saya kalo mau sholat pasti ke Masjid Al-Falah di Orchard atau ke Masjid Sultan di Arab Lane. Yang paling sering sih ke Masjid Al-Falah karena jaraknya relatif lebih dekat dengan MRT Station (Somerset/Orchard).
Sama halnya dengan Masjid Sultan, di Masjid Al-Falah ini area sholat wanita berada di lantai 2. Nah lalu gimana dengan yang membawa kursi roda? Jangan khawatir, karena di kedua masjid ini tersedia lift kok. 🙂
Di masjid Al-Falah, liftnya cukup unik. Karena kita harus menekan dan menahan sendiri tombol lantai yang tersedia. Jadi liftnya manual gitu, gengs! Asli saya dan adik saya awalnya karena gak tau itu gimana pakenya, sempat kebingungan juga ketika di dalam. Padahal mah udah ada instruksinya ‘hold the button’ tapi tetap aja kita norak hahaha.
Ya intinya tekan dan tahan terus tombolnya, dan lift akan bergerak perlahan ke atas. Ketika sudah berada di lantai yang dituju, nanti lift akan berhenti sendiri. Karena cuma 2 lantai jadi langsung ketauan kalo udah sampai, soalnya mentok kan hahaha.
Nah, pertanyaannya: apakah semua area di Singapore ramah bagi disabilitas?
Jawaban ini baru saya dapatkan di kunjungan kami berikutnya pada bulan Februari lalu. Ketika itu, saya bersama Mama, tante-tante, dan adik-adik saya mau check up adik saya ini di Johor Specialist Hospital Johor Bahru. Tapi karena ketika itu kami membawa satu tante saya yang baru pertama kali ke luar negeri, akhirnya kami putuskan untuk pergi ke Johor via Singapore.
Di Singapore kami jalan-jalan dulu. Tujuannya tentu saja patung Merlion. Untuk sampai ke sana, dari Harbour Front kami naik MRT line ungu (North East Line) ke Outram Park, lalu ganti ke line hijau (East West Line) dan turun di MRT Raffles Place. Dari sana kami tinggal jalan kaki menyusuri Singapore River untuk sampai ke Merlion.
Tapi ternyata di Raffles Place Station tidak ada lift, gengs. Hanya ada eskalator saja. Yang mana ini akan sangat menyulitkan bagi para pengguna kursi roda.
Karena adik saya sebenarnya bisa jalan (pake kursi roda untuk menjaga dia gak kelelahan), jadilah tidak sulit bagi kami. Adik saya jalan ke eskalator, dan kursi rodanya saya lipat. Tapi bagi yang kondisinya gak bisa jalan, wajib diingat ya, jangan turun di MRT Raffles Place.
Kesulitan lain kami temui ketika akan menyeberang ke Johor Bahru via Woodlands. Awalnya kami ingin naik Causeway Link (bus milik Malaysia), tapi ternyata begitu melihat kami membawa kursi roda, petugasnya langsung melarang dengan sangat keras. Kami jelaskan bahwa kursi roda ini bisa dilipat pun, tetap kami tidak boleh naik bus itu.
Padahal saya pernah lho bawa koper besar dan boleh-boleh aja tuh masuk. Ukuran kursi roda yang dilipat ini bahkan cuma setengah dari ukuran koper yang saya bawa. Tapi entah kenapa tetap saja kami tidak boleh naik bus itu. Petugas tersebut menyarankan kami naik Uber saja.
Lalu saya mencoba bertanya ke petugas di SBS Transit (bus milik Singapore). Ternyata kami boleh naik bus itu, dengan catatan kursi rodanya harus dilipat. Yeay! Akhirnya bisa tetap nyeberang ke Johor Bahru dengan murah meriah. 😀
***
Semoga tulisan ini membantu ya bagi yang mau mengajak keluarga yang menggunakan kursi roda untuk keliling Singapore. Beberapa kondisi mungkin bisa berlaku juga bagi yang bawa stroller.
Semoga bermanfaat! 🙂
Kakak yg baik. Aku mau dong jadi adiknya 😂😂😂
LikeLike
😅😅😅
LikeLiked by 1 person
Mbak,mau nanya…
Pada saat d imigrasi,yg menggunakan kursi roda harus turun jg dr kendaraaan atau bagaimana ya?
Krn kebetulan papa ku pengguna kursi roda krn stroke… Jd utk jalan susah…
Makasi
LikeLike
Halo, maaf aku baru balas commentnya. Semoga masih menjawab kebingungan kamu ya. Dari pengalamanku di imigrasi Singapore & Malaysia, jika memungkinkan diminta untuk berdiri saat scan sidik jari. Tapi kalo kondisinya sedang sakit, sepertinya bisa dengan posisi duduk deh. Semoga papa kamu lekas sembuh ya! 🙂
LikeLike
waahh itu yang Causeway Link kok rese ya, masa ga boleh masuk gara2 kursi roda huhuhu, kalo di Singapore memang rata-rata udah ramah disabilitas ya…mungkin hanya sebagian kecil aaja yang belum
LikeLiked by 2 people
Iyaaa nyebelin banget wajah petugasnya huhuhu. Bener banget, Dit. Sebagian besar wilayah Singapore udah ramah disabilitas. Hmm.. Jakarta kapan yaaaa?
LikeLiked by 1 person
Semoga pny kesempatan main-main ke Singapore. Aamiin 😀
LikeLiked by 2 people
Aamiinn! 😊
LikeLike
Liaaa kamu baik sekaliiiii………….
Enak juga ya kalau hampir semua tempat ramah dengan kursi roda
LikeLiked by 2 people
Mba Noniiii.. iya abis kasian adikku suntuk di Batam terus hehehe.
Iya, Mba. Aku berharap Jakarta juga bisa segera ramah untuk pengguna kursi roda. Karena ingin banget bawa dia jalan-jalan ke Jakarta tapi masih sulit nih kalo harus pake kursi roda 😔
LikeLike
Terima kasih sharingnya, Mbak. 🙂
Aku ada rencana mau ajak orang tua jalan-jalan ke Singapore. Mama bisa jalan, tapi karena lututnya sakit, jadi kalau jalan terlalu banyak nanti bisa bengkak dan sakit, makanya aku punya opsi buat bawa kursi roda saja ke sana karena pasti bakal banyak jalan.
LikeLiked by 1 person
Sama-sama, Mba. Iya bawa kursi roda aja, Mba. Karena di Singapore pasti akan banyak jalan kaki. 😊
LikeLike
Salah 1 tanda kemajuan negara itu, ramah disabilitas. Kalau secara umumnya, Singapore udah keren banget yaa berarti. Moga di indonesia juga makin baik. Dan moga setiap sister baiknya kayak kamu Liandamarta 🙂
LikeLiked by 1 person
Betul sekali, Mba. Singapore udah sangat keren & ramah disabilitas. Adik saya benar-benar duduk di sepanjang perjalanan. 😀
LikeLiked by 2 people
Kalau ke Singapura dari Batam itu, harus pulang pergi dalam satu hari, atau boleh menginap beberapa malam di Singapura, baru balik ke Batam lagi?
LikeLike
Boleh menginap beberapa malam di Singapore kok. Kalo gak salah ingat, kita dapat izin tinggal di Singapore selama 30 hari untuk 1x stempel masuk Singapore.
LikeLike
yaampun kak, aku baru tau kalau di stasiun mrt aja bisa pinjam kursi roda.
Singapore emng negara yang sangat ramah dan memperhatikan warga dan turis ya 🙂
makasih buat artikelnya yang informatif.
tetap baik hati dan makin diberkati Tuhan kak 🙂
ceritaliana.com
LikeLike
Iya, Kak. Di Singapore segampang itu memang untuk warga dan turis dengan berbagai kondisi.
Sama-sama. Terima kasih juga sudah berkunjung ke sini ya, Kak. 😊
LikeLike
Makasih ya sharingnya, rencana bawa bawa papa jalan-jalan ke singapura pengen pale kursi roda aja supaya nanti enggak capek… Terbantu dengan info ini…
LikeLike
Mbak mau tanya, kursi roda nya bawa sendiri atau sewa di Spore.. aq dr Jkt mau bw ayah yg udh struk ke Spore utk jalan2 tp bingung mslh kursi roda, apa kursi roda boleh di pesawat yaa..?
LikeLike