Local Leaders Day 2018: Tawa dan Haru di Tawangmangu

Local Leaders Day (LLD) Akademi Berbagi adalah salah satu kegiatan yang paling ditunggu-tunggu di tahun 2018 ini. Ini adalah gelaran nasional yang diadakan setiap 2 tahun sekali dan dikhususkan bagi relawan Akademi Berbagi dari seluruh Indonesia.

Tahun ini adalah tahun keempat pelaksanaan LLD. Dan juga merupakan tahun terakhir. Ya, LLD kali ini adalah LLD finale.

Menjadi yang terakhir bukan berarti semuanya akan berakhir. Akademi Berbagi akan tetap mengadakan pelatihan dan pembekalan bagi relawannya. Akan tetapi nantinya format pelatihan akan berubah.

Ketika pertama kali mendengar berita bahwa LLD ini adalah LLD yang terakhir, saya tentu saja kaget sekali. Setelah mendengar secara langsung penjelasan dari Mbak Ai, barulah saya paham dan yakin bahwa keputusan ini akan membawa Akademi Berbagi ke arah yang lebih baik. Kadang perubahan seperti ini justru diperlukan karena diam di tempat juga bukan cara yang tepat. Seperti yang ditulis oleh Mbak Ai di blognya:

Diam dan menikmati zona nyaman sangat berbahaya karena akan menggerus semangat dan daya juang sehingga akhirnya hilang tergilas jaman.

Setelah Bogor untuk LLD 2012, Salatiga untuk LLD 2014, dan Jogja untuk LLD 2016, tahun ini Tawangmangu menjadi lokasi yang dipilih untuk pelaksanaan LLD 2018. Dari total 3x mengikuti kegiatan LLD dan 2x mengikuti kegiatan LLM (Local Leaders Meeting), bagi saya LLD Tawangmangu ini adalah LLD yang paling emosional.

Sama seperti LLD lainnya, di LLD Tawangmangu yang mengusung tema Volunteering: Learn, Connect, and Rawk The World ini seluruh relawan juga mendapat pembekalan materi dari orang-orang hebat. Dimulai dari sesi co-founder Akademi Berbagi, Mas Yhanuar dan Mas Karmin Winarta, yang bercerita tentang perjalanan Akademi Berbagi serta mengingatkan kembali 3 nilai penting yang menjadi pegangan Akber: Contribute, Collaborate, dan Consistence.

Di malam harinya dilanjutkan dengan sharing session oleh Dr. Roby Muhamad yang juga merupakan salah satu Dewan Pembina Akademi Berbagi. Beliau berbagi cerita tentang bagaimana kemampuan storytelling menjadi salah satu cara terbaik jika kita ingin mengarahkan perilaku seseorang.

Sharing session di hari terakhir juga gak kalah seru. Ada Mbak Alissa Wahid yang berbicara tentang relawan, Ndoro Kakung yang berbicara tentang bagaimana membuat narasi yang baik, dan juga sesi tentang Creative Thinking oleh Motulz. Sungguh di LLD kali ini ada banyak sekali insight yang saya dapatkan.

Yang pastinya selalu ditunggu-tunggu di setiap kegiatan Akademi Berbagi, baik LLD atau pun LLM, tentu saja adalah sesi workshop dari 3 Pijar. Meski kali ini 3 Pijar hadir tanpa Bang Jansen (idola semua relawan Akber), tapi bagi saya workshop 3 Pijar di LLD ini adalah yang paling membekas di hati. Sebuah life-changing moment yang akan selalu saya ingat selamanya.

Di workshop 3 Pijar kali ini, semua relawan diajak ‘bermain’ melalui permainan-permainan sederhana yang punya banyak makna. Diawali dari membuat kelompok dengan anggota yang beragam. Lalu dilanjutkan dengan permainan-permainan lainnya yang mengajarkan kami tentang pentingnya teamworkstrategic thinking, kemampuan leadership, dan pelajaran penting lainnya yang kelak bisa kami terapkan di kehidupan sehari-hari.

Sesi awal workshop 3 Pijar ini masih terasa santai. Gelak tawa relawan memenuhi ruangan.

1

Photo by Irvan Deriza (Akber Medan)

2

Photo by Irvan Deriza (Akber Medan)

Memasuki sesi setelah break ishoma, suasana workshop pun mulai terasa serius. Permainan berikutnya ini adalah ‘jatuhkan dirimu’. Tau kan permainan di mana satu orang secara bergantian akan menjatuhkan diri ke belakang, dan anggota kelompok lainnya siap menyambut dari bawah? Permainan ini hampir selalu ada di kegiatan-kegiatan semacam ospek mahasiswa. Saya pun udah beberapa kali ikut permainan seperti ini, tapi entah kenapa yang ada di LLD kali ini rasanya beda. Terasa lebih emosional.

Saya memilih menjadi orang pertama di kelompok saya yang berdiri di atas meja untuk menjatuhkan diri ke belakang. Ketika saya sudah berada di atas meja, lampu ruangan sempat dimatikan. Air mata saya seketika mengalir, entah mengapa. Terlebih ketika melihat teman-teman yang sedang bersiap menyambut saya dari bawah.

Setelah saya menjatuhkan badan, seperti ada beban yang akhirnya lepas. Ini yang disampaikan oleh Mbak Yanti di akhir permainan. Kadang kita harus belajar ‘let it go’ pada bayang-bayang masa lalu dan percaya bahwa everything is gonna be fine. Akan selalu ada orang-orang yang siap memberikan dukungannya, asal kita mau percaya.

4

Photo by Encing (Akber Surabaya)

Di permainan ‘jatuhkan dirimu’ ini, suasana kembali mellow ketika Mbak Ainun diminta untuk melakukan kembali permainan ini dan ditangkap oleh relawan-relawan lama Akber. Saya mungkin bukan relawan yang ada dari awal sejak Akber pertama kali berdiri, tapi selama hampir 5 tahun ini saya bisa melihat bagaimana perjuangan dan pengorbanan seorang Ainun Chomsun ‘menjaga’ Akademi Berbagi agar tetap berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Karena itu ketika berada di bawah bersama beberapa relawan lama lainnya dan bersiap untuk menangkap Mbak Ainun, air mata saya kembali mengalir. Terlebih ketika mendengar Mbak Yanti dengan lirih mengatakan “Ainun Chomsun. Pendiri Akber..” sesaat sebelum Mbak Ai menjatuhkan dirinya.

Permainan lain dilanjutkan di lapangan terbuka. Dimulai dengan gelak tawa sebelum kami memasuki permainan terakhir yang juga menjadi permainan pamungkas dari seluruh rangkaian kegiatan workshop 3 Pijar ini. Garis besar pesan yang ingin disampaikan hanya satu: Nothing is impossible. Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan, terutama jika kita saling bergandengan tangan.

Peraturan permainan pamungkas ini hanya ada 2, yaitu:

  1. Semua relawan (tanpa terkecuali) harus bisa melewati papan setinggi 3 meter
  2. Dilakukan dalam hening, tanpa boleh bersuara sedikit pun
8

Photo by Relawan Akber

Dalam diam, seluruh relawan bergerak mendekati papan. Tanpa bersuara, satu per satu mulai membuat formasi untuk memudahkan relawan lainnya memanjat papan tersebut.

Dari awal membantu persiapan LLD, ketika tau tim 3 Pijar minta disiapkan papan setinggi 3 meter ini, saya sempat mikir dalam hati, gimana caranya kami bisa memanjat papan tersebut? Semacam gak mungkin, pikir saya saat itu.

Lalu ketika saya sudah berada di depan papan, yang saya lihat di depan mata saat itu adalah teman-teman relawan pria yang sudah membuat formasi tangga, merelakan badan mereka menjadi pijakan. Dan ya, yang harus saya lakukan selanjutnya tentu saja adalah bergerak naik ke atas paha dan bahu mereka.

Sambil saya bergerak naik ke atas, teman-teman relawan lain yang berada di sekeliling saya memberikan tangannya untuk dijadikan pegangan. Hingga akhirnya, saya hanya butuh sedikit usaha lagi untuk memanjat papan tersebut. Di bagian belakang sudah ada teman-teman relawan lain yang menyambut memberikan bantuan.

Semua terjadi begitu cepat. Tiba-tiba saja saya sudah berada di balik papan tersebut.

Satu per satu relawan lain mulai bergerak melewati papan. Hingga akhirnya tersisa 5 orang relawan pria yang sedari tadi bergantian merelakan badannya diinjak oleh 73 orang relawan lainnya. Suasana yang tadinya menegangkan berubah menjadi haru ketika Abdillah Irsyad, relawan Akber Surabaya yang menjadi ‘the last man standing’, berhasil melewati papan tersebut.

Seluruh relawan saling berpelukan satu sama lain, air mata menetes tanpa terkendali. Masih dalam hening, kami saling mengucapkan terima kasih kepada satu sama lain. Permainan ini tidak akan berhasil tanpa kekompakan, kerja sama, dan pengorbanan seluruh relawan.

Sekali lagi, nothing is impossible. Tidak ada yang tidak mungkin.

Yang dibutuhkan adalah saling bergandengan tangan dan berjuang bersama untuk mencapai tujuan.

Sore itu, di bawah derasnya hujan di Tawangmangu, 78 orang relawan Akademi Berbagi dari 17 kota di Indonesia, telah membuktikannya.

7

Photo by Encing (Akber Surabaya)

Terima kasih kepada Mbak Yanti, Bang Zul, dan Mbak Wiwi dari 3 Pijar yang telah membawa kami pada sebuah pengalaman luar biasa melalui workshop 3 Pijar di LLD kali ini.

Terima kasih kepada semua pemateri hebat di LLD 2018: Mas Yhanuar, Mas W, Mas Roby Muhammad, Mbak Alissa Wahid, Ndoro Kakung, dan Motulz.

Dan tentu saja, terima kasih yang tak terhingga untuk Mbak Ainun, atas semua perjuangan dan pengorbanannya untuk kami, relawan Akademi Berbagi, dari dulu hingga saat ini.

Kepada semua relawan Akademi Berbagi di seluruh penjuru Indonesia, kita memang awalnya tidak saling mengenal satu sama lain. Tapi kita semua tau bahwa kita sedang bergerak di jalan yang sama, ke satu tujuan yang sama, di dalam naungan keluarga besar Akademi Berbagi. Mari tetap bergandengan tangan, untuk terus berbuat kebaikan.

I love you all, vols! So much. ❤

9

Photo by Mas Fadli Solo

10

Photo by Mas Fadli Solo

4 thoughts on “Local Leaders Day 2018: Tawa dan Haru di Tawangmangu

Share your thoughts!