Tentang Buku dan Film Dilan, serta Rindu yang Terpendam

Sekarang kamu tidur. Jangan begadang. Dan jangan rindu.

Kenapa?

Rindu itu berat. Kamu tidak akan kuat. Biar aku saja.

Kalian pasti familiar dong dengan penggalan dialog di atas? Yakin banget deh jawabannya pasti iya. Terlebih sebulanan terakhir, sejak euphoria film Dilan mulai merasuki hampir seluruh masyarakat Indonesia. Termasuk saya. 🙂

Cerita sedikit dulu ya, saya mungkin termasuk telat baper dengan kisah cinta Dilan dan Milea. Karena aslinya udah beli novelnya sejak awal tahun 2016, tapi gak tuntas bacanya. Baru baca sedikit, trus udahan. Entah kenapa, mungkin karena isi ceritanya kebanyakan percakapan, jadi sayanya lelah sendiri hehehe.

Ketika semua orang pada heboh dengan akan difilmkannya Dilan dan terpilihnya Iqbaal eks CJR sebagai pemeran Dilan, saya masih anteng. Tapi udah mulai niat mau baca Dilan lagi, biar ntar pas nonton udah kebayang sama jalan ceritanya.

Akhirnya baru sebulanan ini saya menuntaskan baca Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990. Butuh waktu lama memang. Karena itu tadi, di bukunya banyak sekali percakapan dan kalimat-kalimat romantis sederhana ala abege tahun 90an. Jadi saya bacanya pelan-pelan sekali, sampai kadang satu halaman bisa dibaca berulang-ulang kali. :))

Kalo ditanya suka apa ngga sama ceritanya Dilan dan Milea? SUKA BANGET! Dan saya nyesel kenapa gak dari dulu bacanya hahaha. Sekarang saya lagi in progress baca Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 dan soon akan segera baca juga yang Milea: Suara dari Dilan.

Anyway, tanggal 25 Januari 2018 kemarin, film Dilan 1990 yang diadopsi dari buku Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 tayang perdana di seluruh bioskop di Indonesia. Sebelum saya ngoceh panjang lebar, gimana kalo saya share trailernya dulu? Yang mana sejak diupload tanggal 13 Desember 2017 lalu, trailer film Dilan 1990 ini sudah ditonton lebih dari 11 juta viewers. Warbiyasak!

Ketika lihat trailernya, saya mikirnya ‘hmm oke juga nih filmnya, ntar nonton ah’. Mikirnya mah oke tapi ya sebatas oke aja gitu. Lalu di hari pertama dan kedua penayangan, saya cari review yang udah nonton di Twitter, dan mostly banyak yang bilang filmnya bagus dan menggemaskan! Baik, saya jadi semakin penasaran hahaha.

Akhirnya di hari ketiga saya sempatkan menonton film ini bersama kedua adik saya. Nonton tanpa ekspektasi apa-apa. Hanya berbekal cerita yang sudah saya baca dari bukunya.

Dan surprisingly…. film ini bagus sekali, gengs! ❤

Sebagus itu sampai saya susah move on. Dan kayaknya gak akan bosan nontonin filmnya berulang-ulang kali.

Secara jalan cerita sih sederhana sekali ya. Tapi sukses bikin senyum-senyum gemas selama nonton, setelah keluar dari bioskop dan bahkan sampai detik ini, ketika saya membuat tulisan ini. Sweet banget! Gak kuattttttt.. ❤ ❤ ❤

Sampai tulisan ini dipublish, saya udah 2x nonton film Dilan 1990. Dan sepertinya akan nonton lagi, segitu sukanya hahaha. Saya memang lemah sama gombalan-gombalan ala pujangga. Apalagi kalo yang ngomong si dek Iqbaal yang makin gede kok makin cakep aja siiiiiih. :))

Okay, saya mau bahas sedikit tentang pemainnya. Awalnya banyak banget pro kontra dari netizen ketika tau bahwa Iqbaal adalah pemeran Dilan. Mostly pada menganggap Iqbaal terlalu cute untuk jadi seorang Dilan yang notabene adalah seorang panglima tempur di geng motornya.

Dilan 1

Source: @falconpictures_

Tapi jujur sih, setelah nonton filmnya, saya gak kebayang pemain lain yang lebih cocok memerankan Dilan selain Iqbaal. The way he speak, the way he look, the way he act, bagi saya udah Dilan banget. Kalian harus lihat scene fighting yang dilakukan Dilan di film ini, asli keren banget! Scene Dilan konvoi bareng geng motornya juga keren. Dapet banget deh feel gengsternya.

Memang ada 1-2 scene yang saya merasa Iqbaal kurang luwes dialog dan aktingnya, tapi masih bisa dimaafkan sih. Karena overall, Iqbaal bermain dengan sangat baik. Selama nonton filmnya, saya bahkan udah gak mikir kalo yang di layar itu adalah Iqbaal. He’s a truly Dilan! 

Saya pribadi lumayan mengikuti transformasi seorang Iqbaal sejak dia masih bocah kinyis di Coboy Junior. Meski bukan fansnya Coboy Junior, tapi saya lumayan suka lagu-lagunya. Lagu-lagu mereka pasti masuk dalam playlist kalo saya karaokean sama Abang atau teman-teman. Bahkan dulu saya dan Abang pernah nonton konser Coboy Junior di Pekanbaru lho! Meski alesannya menemani Salsa, sepupu saya yang ngefans banget sama Iqbaal, tapi ternyata kami berdua sangat menikmati konsernya. 😀

Bertahun-tahun kemudian, saya melihat Iqbaal tumbuh menjadi sosok yang berbeda. He’s totally different! Menurut saya dia sukses melakukan rebranding terhadap dirinya. Dari Iqbaal yang dikenal sebagai salah satu personil boyband anak-anak, menjadi Iqbaal sekarang yang terlihat jauh lebih dewasa. Terlebih sejak ia menerima beasiswa di UWC USA, menjadi brand ambassador Ruangguru, dan yang terbaru ini ketika berperan sebagai Dilan.

Saya jadi kagum dan respect banget dengan Iqbaal. Di berbagai video yang saya lihat, mulai dari video Behind The Scene film Dilan 1990, talkshow dan promo film, sampai video ketika Iqbaal speech di eventnya Ruangguru, saya bisa menyimpulkan bahwa dia anak yang cerdas! Semakin respect ketika tau bahwa dia juga peduli dan mau ikut do something untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut saya, Iman Usman dan Adamas Belva (cofounders Ruangguru) telah mengambil keputusan yang tepat untuk memilih Iqbaal sebagai brand ambassador Ruangguru. ❤

Juga Ayah Pidi Baiq yang dengan sangat tepat sekali memilih Iqbaal sebagai Dilan setelah 2 tahun masa pencarian. 🙂

Gengs, tatapan dan senyum Iqbaal di film Dilan manis banget sumpah! Asli deh gak kuat liatnya. Ini anak sungguh cute sekali! ❤

Selain Iqbaal, ada juga Vanesha Prescilla yang selama ini hanya saya ‘kenal’ sebagai adik dari Sissy Priscillia. Saya gak punya ekspektasi apa-apa tentang Vanesha, tapi ternyata aktingnya sebagai Milea di film Dilan 1990 ini juga bagus sekali. Dapet banget deh karakter Milea di dirinya Vanesha.

Dan ternyata, Vanesha udah ditunjuk langsung oleh Pidi Baiq untuk menjadi Milea bahkan sejak 2 tahun lalu lho. Katanya sih, secara penampilan fisik, Vanesha udah mirip banget dengan sosok Milea yang asli. Sebelum film Dilan 1990 mulai diproduksi, Vanesha juga sudah bekerja sama dengan Pidi Baiq menjadi model ilustrasi buku Milea: Suara dari Dilan dan model video klip Voor Dilan: Dulu Kita Masih Remaja.

Dilan 2

Source: @falconpictures_

Lalu bagaimana dengan chemistry kedua pemain utama ini?

Kalian harus nonton filmnya. Asli, chemistry Iqbaal dan Vanesha di film Dilan 1990 ini dapet banget sih kalo menurut saya. Udah berasa kayak saling jatuh cinta beneran deh ini anak berdua hahaha. Perhatikan deh cara mereka menatap satu sama lain. Gemes! ❤

Ini keliatan banget di salah satu scene favorite saya, yaitu ketika mereka makan di Baso Akung. Aduh yaaaaa, gemes banget siiiiihhhh.. Cubit nih! :)))

Dari sekian banyak film Indonesia yang diadaptasi dari buku, saya bisa bilang film Dilan 1990 ini yang paling mendekati cerita di bukunya. Selama nonton, saya udah bisa menebak jalan cerita dan dialognya. Abis ini pasti Dilan dan Milea begini, pasti si Dilan ngomong gini, pasti Milea jawab gini.

Wajar aja, karena Ayah Pidi Baiq sebagai penulis novel memang ikut terjun langsung ke dalam proses produksi film ini. Karena itu storylinenya terjaga dengan sangat baik sekali. Dan film ini benar-benar menjadi visualisasi terbaik dari apa yang ada di dalam novel Dilan.

Penggambaran tahun 90an nya juga menurut saya berhasil. Segitu Bandung banyak berubahnya ya sekarang, tapi tetap aja feel Bandung jaman dulunya masih terasa. Nonton ini asli bikin nostalgia banget. Lihat telepon umum, TV tabung jaman dulu, dan bahkan obat merah! :)))

Secara keseluruhan, film Dilan 1990 sukses tampil dengan pesonanya yang bikin saya sebagai penonton mesem-mesem terus begitu keluar dari bioskop. Dan rasanya ingin nonton berulang kali hanya karena mau lihat Dilan dan Milea lagi. 🙂

Kalo pun ada kekurangan, ya masih bisa dimaafkan sih. Misalnya di scene ketika Milea naik mobil Bundanya Dilan. Pemandangan Bandung tempo dulu yang keliatan dari kaca mobil rada kurang smooth editannya. Juga di pengenalan sosok Kang Adi ke penonton yang menurut saya rada kurang greget. Kalo udah baca bukunya sih pasti ngeh ya dengan sosok Kang Adi yang diperankan oleh Refalhady. Tapi ketika saya nonton, di scene Bundanya Dilan datang ke rumah Milea, ada beberapa abege ribut banget ngomentarin Kang Adi di scene itu “eh itu siapa sih? cowok itu jadi siapa sih?“.

Oh ya satu lagi yang rada ganggu bagi saya: make up Wati dan Rani (temennya Milea) menurut saya agak berlebihan deh. Apalagi kalo setting tahun 90 kan kayaknya gak ada yang dandan ke sekolah. IMHO yah. Tapi lagi-lagi, karena secara keseluruhan film ini bagus sekali, jadi kesalahan-kesalahan kecil seperti itu masih sangat bisa dimaafkan. 🙂

***

Salah satu yang paling terasa setelah membaca dan menonton Dilan 1990 adalah saya rindu. Rindu yang hanya bisa dipendam dan dirasakan seorang diri.

Saya rindu Abang.

Saya rindu Bandung.

Atau lebih tepatnya, saya rindu keduanya. Karena bagi saya keduanya gak akan bisa dipisahkan, sampai kapan pun.

Wajar saja, karena saya dan Abang menghabiskan hampir seluruh waktu kami di Bandung. Ketika masih sama-sama kuliah di sana.

Abang memang tidak puitis seperti Dilan. Tapi Abang selalu punya cara sendiri untuk meluluhkan hati saya, sama seperti Dilan yang selalu punya cara untuk meluluhkan Milea. Cara-cara sederhana. Namun begitu terasa bermakna dan akan selalu saya kenang selamanya.

Ketika Dilan dan Milea punya kenangan bersama motor CB100 milik Dilan, maka saya dan Abang akan selalu punya kenangan bersama si Tiger Merah Legendaris. Yang menemani kami berkelana ke sana kemari di kota Bandung dan menjadi saksi untuk semua teriakan “Abang sayang Liaaa..” dan “Lia sayang Abaaang..” yang kami lakukan setiap kali naik ke fly over Pasupati.

img_5500-2

Tapi di luar semua kenangan manis di Bandung bersama Abang, mau tau apa yang paling bikin saya keinget Abang ketika membaca atau menonton Dilan 1990?

Yaitu nama panggilan untuk kedua tokoh utama yang mirip sekali dengan panggilan kami berdua. Setiap ada dialog “Lan..” atau “Lia..” saya langsung merasa dialog tersebut seolah mengarah ke saya dan Abang.

Setiap orang pasti punya sosok ‘Dilan’ nya masing-masing. Setiap orang juga pasti punya kenangan masa muda yang gak akan pernah bisa dilupakan. Meski pada akhirnya mereka sudah tidak lagi bersama.

Dan versi saya, kenangan itu ada bersama Abang. Meski Abang bukan pacar pertama saya, tapi beliau adalah orang pertama yang bisa membuat saya sejatuh cinta ini pada sosoknya, bahkan ketika sekarang Abang sudah tidak ada lagi di dunia. Abang adalah orang yang membuat saya percaya dengan unconditional love, mencintai tanpa syarat.

Kata Ayah Pidi Baiq, “tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah.” Alhamdulillah saya dan Abang putus untuk alasan pertama. Tapi kemudian, saya menyadari bahwa “tujuan menikah juga untuk berpisah. Bisa berpisah di pengadilan, atau berpisah di pemakaman.” Dan ternyata, takdir kami adalah yang kedua.

Rindu itu memang berat, tidak semua orang akan kuat menahannya. Tapi saya yakin, mereka yang ditinggalkan lebih dulu, mungkin adalah orang-orang yang paling kuat menahan rindu. Till we meet again, Abang. 🙂

Olan Lia

Terima kasih Pidi Baiq, Fajar Bustomi, Iqbaal, Vanesha, serta semua cast dan crew film Dilan 1990 atas karyanya yang luar biasa. Berkat film ini, saya jadi bisa bernostalgia. Dengan Bandung. Dengan Dilan versi saya. Dan dengan cerita cinta sederhana ala Dilan dan Milea. ❤

Kalian ada yang udah nonton film ini juga, gengs? Gimana tanggapannya? Share yaaa di kolom komentar! 🙂

32 thoughts on “Tentang Buku dan Film Dilan, serta Rindu yang Terpendam

  1. Nadia Khaerunnisa

    So deeeppp! Ini kesekian kalinya baca review dan makin pengen nonton. Tapi juga takut malah geli-geli sendiri karena isinya gombalan ABG, wakakakk *soktuir
    Tapi setuju banget sama part bahwa Iqbaal berhasil merebrand dirinya. He looks smarter and more and it’s good. haaha

    Like

    Reply
  2. alaniadita

    Aku juga suka banget kak Li! Adaptasi novel yang ga gagal menurutku. Dan ya, aku juga uda nonton 2x, masih ingin nonton lagi. wakakkaa.

    Semuanya karena tatapan dek iqbal dan kerenyahan suaranya vanesha. Wuwuwuwu.

    Like

    Reply
  3. Molly

    Aku nonton film ini sendiri, Mba. Suamiku ogah diajakin nonton film Indonesia. Film yang manis banget dan bikin aku bisa nostalgia dengan masanya. Kangen Bandung, kota tempatku menyelesaikan kuliah. Tapi yang bikin gemes memang tetep Iqbaal! Ya ampun tuh anak cute-nya bikin pingin nyubitin. Hahahahaha😂

    Like

    Reply
  4. www.annisa.mom

    Awww kakak ga kuat liat foto terakhirnya Lia. Harus nonton nih. Dah suka banget dgn si Dilan sejak ngikutin versi bukunya..
    Btw, saya termasuk yg awalnya meragukan Iqbaal sebagai Dilan. Mikirnya ya terlalu cute gitu.. kayaknya dari review teman2 blogger, peformanya melebihi ekspektasi saya

    Like

    Reply
  5. joeyz14

    Dari dulu sering dah mau bawa bukunya ke kasir utk bayar..entah kenapa ga jadi mulu…tp nonton sih filmnya..setuju deh kalau Iqbal masih kurang luwes dialoqnya tapo sosoknya sih dapet banget. Cuman aku ttp belom terima ini Iqbal dedek2 naa dah gede ajaaa sikkk hahahahaa tapi dia keren sih yaaa kalau soal pendidikan bela2in ke Amrik sono…

    Like

    Reply
  6. nyapurnama

    aku baru baca bukunya aja dan memang banyak yang surprise juga ya Mbak Lia, katanya Iqbal bisa cocok banget meranin Dilan. Aku malah baru ngeh kalau itu Iqbal Coboy Junior… berubah bangeeet, makin ganteng 😀

    Like

    Reply
  7. Dita

    aku seneng ternyata banyak yang suka sama film ini selain aku, soalnya aku nonton film ini sama suami dan dia gak suka hahaha 😀 padahal aku udah seminggu gak move on dari tatapan Dilan ke Milea yang bikin meleleh itu…..ya ampuuuun pokoknya aku mau nonton lagi sendirian atau sama temen cewe biar bisa histeris bareng 😀

    Like

    Reply
  8. Ukhti Galuh

    Sepakat dengan opini bahwa filmnya memang bagus.
    Tapi untuk menambah pemahaman tetap lebih suka novelnya saya mba, karena ‘rasa’nya dapet banget, walaupun di novel2 selanjutnya sad ending. Baca semua seri novel Dilan bikin gakbisa move on seminggu!👌

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Betul banget mba. Kalo mau tau kenapa Dilan begini, kenapa Milea begitu, kenapa Kang Adi nyebelin, itu harus baca bukunya sih.

      Gak sabar nunggu film berikutnya tayang meski udah tau jalan ceritanya. Tapi tetep pengen nonton karena penasaran gimana bentuk visualisasinya ❤

      Like

      Reply
  9. Maya

    Pas kang Adi muncul itu kayak plot hole ya mba, tau2 muncul aja. Trus ga ada konflik gimana juga dengan adanya dia, mungkin perlu baca bukunya baru paham 🙂
    Sama akupun terkena demam Dilan, sayang pak suami sih ogah diajak nonton biarpun di bayarin hahahaha

    Like

    Reply
          1. Maya

            Iya banget hahahaha langsung kebayang Dilan Milea kayak apa. Mungkin kalo belum nonton film nya, blm ada bayangan Dilan Milea itu secakep dan secantik apa 😀

            Like

            Reply
  10. Sari

    Wah, smp mampir kesini gara2 2 hal: Dilan & Iqbal. Overall sama sih alasannya kenapa suka. Sampe sekarang, blm bisa move on dari filmnya walaupun udah 2x nntn. Pengen lagi lagi dan lagiii. Tp krn blm baca 3 Novel Pidi Baiq soal Dilan, so saya baca dulu. Khatam dalam itungan jam, so saya 3x re-read krn Baperrr jg. Hahahaha
    Soal Iqbal, akhirnya saya ga tahan utk gak stalking 😁😁😁.. Terlebih soal UWC. Kebetulan punya anak perempuan yg msh SD, dan punya cita-cita kuliah diluar meski msh kls 6SD,ditambah dia fans Iqbaal, jadilah Iqbaal pintu masuk saya utk pelihara cita-cita dia. Aaaahhh.. Pokoknya si Dilan ni kesan yg ditinggalkannya banyak banget..
    Belum lagi soal Ayah Pidi yg jujur aja, baru saya tau.. Yaaa Last but not least lah.. Saya senyum terus setelah mampir di blog dan tweeternya. Fix. Ngefans dan pengen baca karyanya yang absurd kayak Cak Lontong itu hahahaha..
    Btw, cerita Lia disini juga ga kalah sweeeeet sama Dilan-Milea lho, meski cuma secuil diceritakan. Salam kenal ya.

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Waaaah terima kasih mbak udah mampir ke blogku. Senang ya ada public figure seperti Iqbaal yang gak hanya keren dari tampilan luar tapi juga cerdas.

      Semoga anak mba bisa makin semangat belajarnya ya mba, apalagi ada idolanya yang pasti akan bikin makin semangat mengejar mimpi untuk kuliah ke luar negeri. 🙂

      Like

      Reply
  11. Pingback: Mencicipi Menu Ramadhan di Gastromaquia | liandamarta.com

Share your thoughts!