#CeritaTanggal7 : Tentang Abang

Bulan November adalah bulannya Abang. Di bulan ini Abang lahir ke dunia. Di bulan ini juga Abang pergi selama-lamanya meninggalkan kehidupan di dunia.

Karena itu #CeritaTanggal7 kali ini saya mau bernostalgia. Mengenang kembali kesan-kesan saya tentang Abang. Baik secara pribadi, maupun Abang sebagai seorang suami.

Semasa hidupnya, saya mungkin jarang sekali memuji beliau. Kadang suka salah tingkah sendiri kalo lagi serius. Jadi biasanya sering dibecandain aja Abangnya. 😀

Tapi deep inside his heart, saya yakin Abang tau kalo saya kagum sekali sama beliau. Ada banyak sekali nilai-nilai hidup yang beliau ajarkan ke saya dan hal-hal baik yang beliau contohkan semasa hidupnya. Semuanya saat ini menjadi pegangan saya untuk melanjutkan hidup.

Saya akan share beberapa di sini ya. Mudah-mudahan jadi inspirasi bagi siapa pun yang membacanya. Dan bisa mengalirkan pahala ke Abang, jika ada orang-orang yang membaca tulisan ini dan ikut mengamalkan kebaikan-kebaikan Abang tersebut.

Langsung aja ya. Jadi, di mata saya, seorang Sornong Maulana yang biasa saya panggil Abang itu adalah seorang yang…..

1. Sangat Berbakti Pada Ibunya

Sebagai seorang anak, Abang adalah anak yang sangat berbakti pada orang tuanya, terutama ibunya. Abang akan selalu berusaha untuk membahagiakan ibunya. Saya belajar banyak dari Abang, bahwa jika kita berbakti pada kedua orang tua, Allah akan selalu memberikan kita kemudahan dalam hidup.

Saya selalu ingat, Abang pernah bilang gini: “ada 3 orang perempuan di dunia ini, yang tidak akan pernah bisa Abang tolak permintaannya: Mama, Adek, dan Ira (adik perempuannya)“.

Dan ya, benar aja, kalo di antara kami bertiga terucap ingin sesuatu, Abang pasti akan berusaha keras untuk mewujudkan hal tersebut. Saat ke Pekanbaru kemarin, saya sempat ngobrolin soal ini juga dengan Mama mertua. Kami bernostalgia bersama mengingat Abang yang akan berusaha banget memenuhi permintaan kami. Sampai-sampai kami kadang suka takut mau ngomong sesuatu. 😀

2. Sangat Bertanggung Jawab

Selama kurang lebih 5 bulan kami hidup berdua di Jakarta, saya kerasa banget sih kalo Abang adalah seorang pria yang sangat bertanggung jawab.

Sebelum pindah ke Jakarta, kami sempat kesulitan secara finansial. Saya tidak bisa menceritakan kondisi detailnya di sini. Yang pasti saat itu sempat ada masa-masa kehidupan kami sehari-hari, ditopang sepenuhnya oleh saya yang ketika itu masih bekerja. Karena itu ketika mendapat kesempatan bekerja di Jakarta, Abang bahagianya bukan main.

Satu hal yang paling membekas dalam ingatan saya selama kami tinggal di Jakarta, adalah momen yang selalu Abang lakukan setiap kali ia gajian. Menjemput saya di apartment, membawa saya ke ATM yang ada di samping kantornya, memindahkan semua gajinya ke rekening saya (dari awal nikah, Abang memang meminta saya mengelola semua keuangan kami), dan lalu memeluk saya sambil mengucap syukur. ❤

Saya bisa merasakan betapa bahagianya Abang setiap kali momen itu terjadi. Dan itu terjadi literally setiap bulan, sampai Abang pergi. :’)

3. Sangat Menyayangi Istrinya

I don’t know what to say. Karena mungkin ini hanya bisa dirasakan saja.

Meski dari dulu kalo lagi berantem saya suka jadi ragu sama perasaan Abang ke saya, tapi deep down inside my heart, I know he really love me. Abang benar-benar menyayangi dan mencintai saya, terlebih sejak kami menikah.

Kalo ada yang baca tulisan saya sebelum ini, tentang Setahun Terakhir, di sana saya ada share postingan saya di Instagram yang ada video saat Abang di Banyuwangi. Somehow saya merasa Abang sayang sekali sama saya hanya dengan melihat video itu. ❤

Dan satu lagi, ketika saya berulang tahun 2 tahun lalu, Abang memposting ini di Facebook dan Pathnya. Sesuatu yang membuat saya semakin bersyukur memiliki Abang sebagai teman hidup saya. ❤

27 sept 15

4. Selalu Menjadi Supporter Setia

Kalo ada yang kenal saya dan Abang pasti tau bagaimana Abang segitu luar biasanya mendukung saya. Mendukung apapun yang saya lakukan. Selama semuanya masih sejalan dengan value yang ia pegang, Abang pasti akan memberikan dukungannya 100% pada saya.

Abang adalah orang yang paling percaya bahwa saya bisa melakukan sesuatu hal. Bahkan kadang melebihi rasa percaya saya ke diri saya sendiri.

5. Taat Beribadah

Abang mungkin bukan orang yang sempurna dalam hal agama. Tapi ia adalah sosok orang yang tidak pernah lalai meninggalkan sholat dan selalu ingin meningkatkan kualitas ibadahnya.

Satu hal yang saya teladani dari Abang adalah ia selalu menyempatkan diri untuk sholat dhuha. Hampir setiap hari. Abang juga sering mengingatkan saya agar rutin sholat dhuha. Abang percaya, kalo rajin shola dhuha, rezeki akan mengalir lancar.

6. Selalu Ingin Membantu Sesama

Sepertinya membantu orang lain adalah salah satu motto hidup Abang. Siapa pun yang minta bantuan pada Abang, pasti akan ia upayakan gimana caranya agar ia bisa membantu orang tersebut. Ini kelihatan banget dari berbagai komentar dan kesan positif yang masuk ke media sosial saya dan Abang, ketika Abang pergi.

Dari Abang, saya belajar. Bahwa menebar kebaikan pada orang lain itu jangan banyak pertimbangan. Suatu saat nanti, Allah akan membalas semuanya dengan kebaikan dari orang yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Itu yang saya lihat ketika banyak kebaikan mengalir sejak Abang ditemukan jatuh di jalan, sampai ia pergi selama-lamanya.

7. Berani Bermimpi Besar

Masih sejalan dengan poin nomor 5, mimpi besar Abang itu gak jauh-jauh dari membantu orang lain.

Abang pernah cerita ke saya, ia punya 3 cita-cita yang selalu ia pegang dalam hidupnya.

Yang pertama, Abang ingin jadi gubernur, walikota, atau minimal kepala dinas di Pekanbaru. Karena ia ingin membuat kebijakan yang bisa membantu banyak orang di tanah kelahirannya.

Yang kedua, Abang ingin menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di sebuah bank daerah di Provinsi Riau. Alasannya sama, karena ia ingin membuat kebijakan yang bisa membantu banyak orang, terutama dalam hal perbankan.

Yang ketiga, Abang ingin jadi pengusaha. Karena ia ingin membuka lapangan kerja bagi orang-orang yang membutuhkan.

Ketika ikut LLD Akademi Berbagi tahun 2016 lalu di Jogjakarta, Abang menjadi salah satu peserta yang berdiri ketika ditanya tentang mimpi. Saat itu, di depan ratusan relawan Akademi Berbagi lainnya, Abang bilang “saya ingin jadi walikota Pekanbaru”.

Cita-cita Abang ini mungkin memang tidak bisa sepenuhnya terwujud. Tapi mudah-mudahan Allah sudah mencatat niat baiknya. 🙂

***

Saya udah gak tau mau nulis apa lagi. Rasanya kebaikan-kebaikan Abang itu terlalu banyak. Sampai saya bingung mau mendeskripsikannya seperti apa.

Tapi ini saya ada bonus. Sebuah tulisan yang dikirim oleh salah seorang rekan kerja Abang di kantor, sekitar 2 bulan setelah kepergian Abang. Baca tulisan ini saya jadi terharu sekali. I know, he’s a good man. He’s really a good man.

Yes! You are a Man, Yes! You are a Good Man

Sebuah senin pagi di minggu terakhir bulan ramadhan, kami semua telah siap di bis untuk berangkat ke puncak. Tepat jam enam, rombongan belum dapat berangkat karena masih ada satu orang yang belum datang, seseorang yang memang tidak biasanya terlambat. Beberapa orang mencoba menghubunginya namun tidak mendapat jawaban. Bis yang biasanya gaduh riuh dengan suara comelan-comelan mendadak menjadi deg-deg an. Iya karena kalau bis sampai terlambat sampai di tempat diklat kami satu angkatan bisa saja terkena hukuman. Akhirnya karena tidak mendapat jawaban kami memutuskan untuk meninggalkan orang tersebut.

Namun belum jauh bis berjalan, status whatsapp yang sedari tadi kami lihat mendadak menjadi typing, dan benar saja si orang ini baru membalas pesan saya, “Sorry To, gw baru bangun”, spontan saya meminta orang tersebut untuk segera menyusul kami dan bahkan saya tambahkan pesan khusus “kalo bisa lu gak usah mandi dulu, ntar mandi di hotel”. Namun pesan tersebut tidak balas, saya mengira dia pasti sedang on the way menyusul bis kami yang menunggu di seberang jalan MT Haryono.

Setelah beberapa waktu menunggu kami melihat sesosok badan tinggi besar berjalan sambil menarik koper di trotoar jalan menuju pancoran. Sambil berjalan terburu-terburu terlihat sekali badan gembulnya bergoyang-goyang. Itulah sosok yang kami tunggu, Sornong Maulana. Kami semua kompak bahagia ketika ia berhasil masuk ke bis yang kami tumpangi.

Saya sendiri sempat agak “ngeri” dengan Olan, di awal dia sosok yang cool dan seringkali duduk di kursi bagian belakang. Saya pun penasaran  dengan nama depan Olan yang notabene belum pernah saya dengar (yang pada perjalanan kami tahu bahwa itu nama kakek moyangnya). Namun hari demi hari, Olan terbukti menjadi menjadi salah satu sosok bijak dan dewasa dalam 21 orang keseluruhan angkatan kami. Di masa-masa berikutnya kami satu angkatan berhasil lolos masa orientasi. Kami makin mengenal dia sebagai sosok yang paling bisa mengejawantahkan revolusi mental Pak Presiden Jokowi, Olan tidak banyak bicara dan kerja, kerja, kerja. Lebih dari itu, ia adalah sosok Yes Man yang selalu bisa diajak berbicara tentang apa saja.

Bagi saya, bisa mengenal Olan adalah seperti bertemu makhluk satu spesies di belantara planet yang fana dan random. Momen pertama yang membuat kami “nyambung” adalah ketika mendengar ringtone Bahas Bahasa – Barasuara. Sempat mengira itu bunyi smartphone saya, namun ternyata memang bunyi itu berasal dari smartphone Olan. Dan benar saja, hanya cukup dengan satu kejadian itu kami bisa menyambungkan banyak hal mulai dari musik, sastra, politik dan yang paling penting tentang asmara, Olan adalah salah satu pendengar terbaik cerita ala FTV dalam hidup saya. Pada suatu siang saya pernah sampaikan ke Olan, “Lan gue pengen nulis tentang Elu, Gue pengen dapet sosok istri yang kayak elu TAPI CEWEK Lan”, Olan pun tertawa dengan gaya khasnya.

Senin terakhir bulan Oktober itu, Olan mengajak saya untuk “absen pagi”. Itu adalah kode untuk mengajak saya Dhuha di masjid kantor. Seperti biasa, saat duduk mencopot sepatu sebelum berwudhu adalah salah satu waktu terbaik untuk ngobrol. Tak seperti biasanya, pada pagi ini Olan banyak bercerita tentang Istrinya, Lianda Marta. Dari cara dia berbicara, saya tahu begitu besarnya rasa sayangnya kepada istrinya yang sering dia panggil Adek. Entah itu pertanda atau bukan, malamnya nomor Olan menelfon saya. Tidak biasa memang, apalagi yang berbicara adalah istrinya. Olan kecelakaan.

Malam jumat di awal bulan November, Tuhan memilihkan waktu yang baik untuk memanggil orang baik. Olan dipanggil dan meninggalkan kami semua. Berpuluh-puluh orang datang ke Medistra, keluarga, saudara, teman keluarga, sahabat, teman, semua datang menyampaikan duka. Jumat siang, kami mengantarkan Olan ke tempat peristirahatan terakhir di tanah kelahirannya. Di sini pun sama, semakin banyak yang datang, dan semakin saya tahu bahwa Olan disayangi banyak orang. Olan pergi dengan senyap dan tenang, ia meninggalkan kesan mendalam bagi setiap yang mengenalnya. Dalam hidup kita tidak harus menjadi seperti itu atau ini, cukuplah hidup menjadi diri sendiri dan berbuat baik kepada setiap yang kita kenali.

Selamat Jalan Olan. Kamu orang baik.

 

9 thoughts on “#CeritaTanggal7 : Tentang Abang

  1. Ica Annajmi

    MasyaAllah, kak.., Ica nggak bisa berkata apa-apa. Ica nggak kenal Alm.Bang Olan, paling cuma kenal dari tulisan-tulisan kak Lia tapi dari tulisan kak Lia aja Ica tau Alm. orang baik. Semakin baca tulisan kak Lia yang ini, semakin yakin Ica bang Olan itu orang yang sangat amat baik dan patut dijadikan contoh.

    Allah mau hamba-Nya yang baik cepat berpulang ke pangkuan-Nya kak. InsyaAllah dengan tulisan kak Lia ini, semakin banyak yang nyontoh sifat baik abang, bisa jadi amalan jariyah buat abang ya, Kak. Aamiin.

    kak Lia, kuat ya kak! Kakak harus bahagia, karna pasti Alm. Bang Olan mau kak Lia bahagia selalu 🙂

    Like

    Reply
  2. Pingback: #CeritaTanggal7 : Belajar Melepaskan | liandamarta.com

  3. omnduut

    *masih ada yang kopekkopek bawang di sampingku.

    Haru banget saat menuntaskan baca surat dari sahabat itu. Dan bikin aku mikir, kelak, kalau aku pergi, akan dikenang sebagai apa oleh orang-orang?

    Like

    Reply

Share your thoughts!