7 Hal Yang Bisa Dilakukan di Pulau Penyengat

Ada apa di Tanjungpinang? Salah satunya ada Pulau Penyengat. Sebuah pulau kecil yang kaya dengan objek wisata sejarahnya. 🙂

Saya terakhir kali ke Pulau Penyengat kayaknya udah lama banget sih. SMP kali ya. Eh, atau SD? Lupa juga kapan persisnya. Dan akhirnya melalui kegiatan famtrip yang diadakan oleh Dispar Kota Tanjungpinang beberapa bulan lalu, saya bisa datang lagi ke pulau ini.

Untuk sampai di Pulau Penyengat, kita harus menyebrang dengan menggunakan kapal pompong dari Tanjungpinang. Bentuknya kurang lebih seperti kapal pancung yang membawa saya ke Belakang Padang saat libur lebaran lalu. Bedanya, berdasarkan pengalaman pribadi saya, kapal pompong ke Pulau Penyengat ini lebih memerhatikan keamanan penumpang.

Dalam satu kapal, jumlah maksimal penumpang 15 orang. Dan setiap penumpang wajib menggunakan safety vest. Kalo orang kapalnya bilang sih, sejak kejadian kapal pompong yang tenggelam beberapa waktu lalu, pihak pelabuhan memperketat peraturan. Salah satunya adalah kewajiban menggunakan safety vest itu. Jika ada yang melanggar, pemilik kapal akan dikenakan sanksi.

DSC04729

Pulau Penyengat di kejauhan

Kapal pompong dari Tanjungpinang ke Pulau Penyengat ini berangkat setiap hari, dari pagi sampai malam. Kita bisa pilih, mau ikut pompong yang reguler atau carter pompong sendiri. Kalo reguler ya berarti bareng dengan penumpang lain. Harga tiketnya Rp7.000 untuk sekali nyebrang.

Tapi kalo ingin yang lebih nyaman, bisa juga carter kapal pompong ini. Muatannya maksimal 15 orang dalam 1 kapal. Harga sewanya Rp200.000 untuk perjalanan pulang dan pergi.

DSC04732

Berhubung terakhir kali ke Pulau Penyengat itu udah lama banget, kemarin saya takjub melihat berbagai perubahan yang ada di sana. Salah satunya adalah adanya becak motor yang sudah menunggu dengan rapi di pintu keluar pelabuhan.

Jadi, pengunjung yang baru pertama kali datang ke Pulau Penyengat, udah gak perlu bingung lagi kalo mau keliling pulau. Karena tinggal carter aja si becak motor ini untuk diajak muterin Pulau Penyengat yang luasnya kurang lebih sekitar 2 km ini.

DSC04744

Di tiap becak motor juga sudah ada list tarifnya. Jadi gak perlu khawatir akan ‘dimainkan’ oleh pengemudi. Cukup bayar sesuai dengan tarif yang tertera aja. Ya kalo pun mau dilebihkan boleh lah sebagai tips bagi si pengemudi.

Tarifnya cukup terjangkau kok. Untuk 2 orang penumpang, Rp30.000 per jam. Sedangkan jika yang naik becak motornya 3 orang, tarifnya Rp40.000 per jam. Muterin pulau ini ke beberapa objek wisatanya paling cuma butuh waktu sekitar 1-2 jam.

Oke, lalu apa aja nih yang bisa dilakukan di Pulau Penyengat? Berikut ini saya berikan listnya ya. Kali aja bisa jadi referensi bagi yang ingin berwisata ke pulau ini. 🙂

1. Ziarah Ke Makam Raja Abdurrahman

DSC04763

Sebagai sebuah pulau yang kaya dengan objek wisata sejarah, ziarah makam tentunya jadi salah satu hal yang direkomendasikan untuk dilakukan di pulau ini. Makam pertama yang bisa dikunjungi adalah Makam Raja Abdurrahman.

Raja Abdurrahman adalah Yang Dipertuan Muda Riau VII, memerintah selama periode tahun 1832-1844. Di dalam komplek makam ini, terdapat sekitar 50 makam yang terdiri dari anggota keluarga hingga penasihat kerajaan di zaman kepemimpinan beliau.

Berdasarkan info yang didapat dari juru kunci makam, Pak Supadi, jenis kelamin orang yang dimakamkan dapat dilihat dari bentuk batu nisannya. Batu nisan yang bulat untuk laki-laki, sedangkan yang pipih untuk perempuan.

2. Berkunjung Ke Istana Kantor

DSC04774

Istana Kantor adalah istana Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau VIII (1844-1857), atau juga disebut dengan Marhum Kantor. Bangunan ini dibangun pada tahun 1844. Selain berfungsi sebagai kediaman, bangunan ini juga digunakan oleh Raja Ali sebagai kantor.

Ada satu hal yang menarik perhatian saya dari bangunan ini. Jika diperhatikan di salah satu sisi bangunan ada jendela kan? Nah itu adalah toilet istana. Coba deh intip ke jendela itu. Di dalamnya ada bentuk toilet jaman dulu. Bentuknya memanjang, bukan kecil seperti yang biasa kita temui sekarang. Konon dulu jika ingin buang air besar atau air kecil, posisi duduknya bukan jongkok, melainkan duduk dengan meluruskan kaki.

3. Melihat Replika Rumah Adat Melayu di Balai Adat

DSC04778

Jika ingin melihat bagaimana bentuk rumah adat melayu, bisa datang ke Balai Adat ini. Bangunannya merupakan rumah panggung khas Melayu yang terbuat dari kayu. Saat ini Balai Adat difungsikan untuk menyambut tamu atau mengadakan perjamuan bagi orang-orang penting.

Di bagian bawah bangunan ini, terdapat sebuah sumur air tawar yang konon usianya sudah ratusan tahun. Sampai saat ini airnya masih mengalir dan dapat langsung diminum. Saya udah cobain langsung minum air sumur tersebut dan surprisingly rasanya segar sekali.

DSC04785

Memasuki bagian dalam Balai Adat, kita bisa melihat model pelaminan khas Melayu. Bisa juga lho kalo mau foto-foto ala pengantin Melayu. Tapi sayangnya, di sana tidak ada penyewaan baju adat Melayu seperti yang saya temui saat mengunjungi Istana Baso Pagaruyung di Batusangkar. Padahal akan seru sekali ya kalo bisa berfoto ala pengantin Melayu lengkap dengan pakaian adatnya. 🙂

4. Ziarah Ke Makam Engku Puteri

Engku Puteri Raja Hamidah adalah permaisuri Sultan Riau III, Sultan Mahmud Syah. Konon katanya, Pulau Penyengat ini adalah milik Engku Puteri. Karena saat Sultan Riau III menikah dengan Engku Puteri, Pulau Penyengat ini yang diberikan sebagai mahar (mas kawin).

Berdasarkan silsilahnya, Engku Puteri Raja Hamidah adalah anak dari Raja Haji Fisabilillah. Engku Puteri Raja Hamidah menetap di Pulau Penyengat pada tahun 1803 setelah menikah dengan Sultan Mahmud Syah. Sejak saat itu Pulau Penyengat dibuka sebagai kediaman Engku Puteri Raja Hamidah dan anak cucu zuriat Raja Haji Fisabilillah.

DSC04802

Engku Puteri Raja Hamidah dikenal sebagai pemegang regalia atau alat kebesaran kerajaan Riau Lingga. Beliau mangkat dan dimakamkan di Pulau Penyengat pada tahun 1844. Makam beliau terletak di kompleks makam ini. Bersama dengan Raja Ahmad (penasihat kerajaan), Raja Ali Haji (pujangga kerajaan), dan Raja Abdullah Yang Dipertuan Muda Riau IX beserta permaisurinya.

5. Ziarah Ke Makam Raja Ali Haji

Ada yang tau syair Gurindam Dua Belas?

Ketika saya masih duduk di bangku sekolah, syair ini lumayan sering dibahas. Raja Ali Haji adalah pujangga syair tersebut. Selain Gurindam Dua Belas, Raja Ali Haji juga menulis buku Tuhfat al Nafis (Silsilah Melayu-Bugis) dan Mukaddimah fi Intizam (hukum dan politik).

Beliau lahir di Selangor pada tahun 1808 dan meninggal di Pulau Penyengat tahun 1873. Raja Ali Haji dikenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar bahasa Melayu lewat Kitab Pengetahuan Bahasa yang menjadi standar bahasa Melayu, dan kemudian ditetapkan sebagai Bahasa Nasional Indonesia pada Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928.

Pada tanggal 5 November 2004, Raja Ali Haji ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan keputusan presiden Republik Indonesia nomor 089/TK/2004. Makam Raja Ali Haji terletak satu komplek dengan makam Engku Puteri Raja Hamidah.

6. Makan Siang di Rumah Warga

Salah satu kemewahan yang saya rasakan dalam rangkaian ke Pulau Penyengat beberapa waktu lalu adalah ini. Berkesempatan makan siang di rumah warga dengan menu rumahan khas Pulau Penyengat. Sungguh sebuah kenikmatan yang HQQ. ❤

Asli lho itu menu makanannya enak-enak semuanya huhuhu. Favorite saya nasi putih disantap dengan opor ayam, sambal ati kentang, dan sotong masak hitam. ENAK BANGET!

Bagi yang mau merasakan juga makan siang dengan menu sederhana rasa hotel bintang lima ini, bisa hubungi Pak Sapril EMKA Tours di nomor 08126197586. Nanti beliau yang akan menyiapkan semuanya dengan bantuan warga setempat. Minimal order 20 pax. Selain menyediakan menu makan siang seperti ini, Pak Sapril juga menyediakan guest house lho bagi siapa pun yang ingin merasakan sensasi bermalam di Pulau Penyengat.

7. Sholat di Masjid Raya Sultan Riau

DSC04842

Sebelum kembali pulang ke Tanjungpinang, sempatkan diri untuk menunaikan sholat di Masjid Raya Sultan Riau, salah satu masjid tua dan bersejarah di Indonesia.

Masjid ini dibangun oleh Sultan Mahmuad pada tahun 1803. Menurut sejarahnya, karena keterbatasan material di masa itu, masjid ini dibangun dengan menggunakan campuran putih telur, kapur, pasir, dan tanah liat.

Bangunan masjid ini memang terlihat mencolok dengan aksen warna kuning telur yang mendominasi hampir keseluruhan masjid. Letaknya tepat di seberang pelabuhan. Jadi begitu keluar pelabuhan, mata kita akan langsung dimanjakan dengan kemegahan masjid ini.

DSC04846

Di tengah panasnya Pulau Penyengat, masjid ini bisa memberikan rasa ademnya. Sambil menunggu waktu sholat, kita juga bisa beristirahat dan bersantai di bale-bale yang terletak di sisi kanan dan kiri masjid.

Di dalam masjid ini juga terdapat mushaf Al-Qur’an yang konon sudah berusia ratusan tahun. Uniknya, mushaf ini ditulis tangan oleh salah seorang pemuda setempat yang dikirim Kerajaan Lingga ke Mesir untuk memperdalam ilmu agama.

***

Selain 7 hal yag saya share ini, masih ada lagi objek wisata dan hal seru lainnya yang bisa dilakukan di Pulau Penyengat. Silahkan lho ya kalo ada yang mau nambahin, bisa tulis di kolom komentar.

Semoga postingan ini bermanfaat ya bagi yang sedang mencari referensi untuk liburan ke Pulau Penyengat. 🙂

21 thoughts on “7 Hal Yang Bisa Dilakukan di Pulau Penyengat

  1. alaniadita

    Aku pernah kesini pas libur lebaran dan ruamenya kak.
    Ndak bisa itu ngambil gambar bersih tanpa manusia kaya gitu.
    Meski begitu, jadi tempat oke untuk dikunjungi kalau lagi punya banyak waktu jika sedang main ke Batam, yak!:)

    Like

    Reply
  2. Pingback: Family Trip ke Pulau Mubut Bawah | liandamarta.com

  3. Marina Srikandi

    Perhatian, buat yang ingin makan di deket pelabuhan pulau penyengat itu sebaiknya tanya dulu harga makanannya sebelum makan, karena kalau ga ditanya harganya bisa dinaikkin sama penjualnya jadi harga mahal.

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Wah terima kasih atas informasinya. Saya belum pernah sih makan di dekat pelabuhan Penyengat itu. Ini wajib jadi catatan banget ya supaya gak kecolongan kalo pas lagi makan di sana.

      Like

      Reply
  4. Foto Jalan-Jalan

    Hmmm…ingat masa lalu. Dulu saya tinggal di Bintan Mall, sekalian kantor di lantai 2/pas di atas Toko Batik Danar Hadi. Jarang ke Penyengat, tapi tiap hari view Penyengat dari jendela saya. Enak ke situ. Naik Pompong. Jalan-jalan di pulau serasa di kampung sendiri. Orangnya ramah. Banyak warung atau tempat santai. Kapan ya kesana lagi?

    Like

    Reply
  5. fatahalqudsy

    dari mana dapat cerita, putih telor digunakan karena kekurangan material. Justru pada zaman itulah sedang pesat-pesatnya pemabangunan, karena kekakyaan Kerajaan yang melimpah dan masa dipersiapkan untuk menjadi Ibu kota kerjaan yang sebelumnya di Daik Lingga. Jangankan material bangunan, kerjaan sudah memiliki persenjataan modern yang lengkap dan sudah memiliki percetakan.

    Like

    Reply
  6. Pingback: Tempat Wisata Tanjung Pinang Paling Diidamkan Para Pengunjung

Share your thoughts!