Mimpi Saya untuk Anak Autis di Indonesia

Sudah menjadi komitmen saya bahwa setiap tanggal 2 April, saya akan menulis tentang autisme di blog ini. Kenapa 2 April? Karena setiap tanggal 2 April diperingati sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia. Dan ini cara saya berkontribusi. Menyebarkan informasi dan awareness tentang autisme kepada semua pembaca blog saya.

Yang ingin tau apa itu autisme, silahkan baca tulisan saya ini: Tentang Autisme dan World Autism Awareness Day.

Kalo mau baca tulisan saya di setiap World Autism Awareness Day bisa mampir ke tulisan tahun 2012, 2013, 2014, dan 2016. Yang tahun 2015 ternyata saya sempat kecolongan euy gak nulis tentang ini. 😀

Di tulisan kali ini saya ingin berbagi mengenai mimpi besar saya. Tepatnya mimpi saya untuk anak-anak autis dan anak berkebutuhan khusus lainnya yang ada di sekitar saya. Saya udah pernah sharing juga tentang mimpi ini di tulisan saya akhir Desember lalu: “Yang Terjadi di Tahun Ini dan Yang Akan Dikejar di Tahun Depan“.

Mimpi ini sudah saya simpan sejak lama. Tepatnya sejak dulu ketika saya pertama kali berhadapan dengan anak autis saat mengambil data untuk salah satu mata kuliah. Juga ketika saya magang di salah satu klinik terapi di Bandung.

Saya ingat banget, di suatu momen saya melihat langsung psikolog yang juga pemilik klinik tersebut pernah menawarkan terapi gratis untuk salah seorang anak. Dengan catatan orang tua harus konsisten membawa anaknya terapi di klinik itu. Saat itu juga saya langsung bertekad dalam hati, suatu saat nanti saya juga mau melakukan hal yang sama seperti yang beliau lakukan.

Mimpi ini pada akhirnya sempat tertunda lama sekali. Karena apa? Karena saya tidak fokus. Tergiur dengan berbagai hal.

Hingga akhirnya saya berhasil melawan diri saya sendiri untuk keluar dari zona nyaman di akhir Maret 2015. Dan kemudian kembali ke jalur di mana seharusnya saya berada. Memulai karier baru sebagai seorang terapis di salah satu pusat layanan terapi di Provinsi Riau.

pusat terapi autis

Bersyukurnya saya karena punya suami yang sangat suportif. Beliau bahkan yang paling semangat ingin segera mewujudkan mimpi saya ini. Juga yang paling percaya bahwa kami bisa mewujudkannya bersama-sama.

Bahkan hingga di hari-hari terakhir sebelum kecelakaan tunggal itu terjadi, Abang selalu mengingatkan saya untuk tetap fokus. Fokus mencari beasiswa. Fokus melanjutkan studi. Fokus mewujudkan mimpi ini.

Saya menganggap itu adalah amanat beliau. Yang harus segera saya wujudkan. Dan semoga jika suatu saat nanti mimpi besar ini berhasil terwujud, pahalanya juga akan mengalir ke Abang. Karena semasa hidupnya, beliau selalu menularkan semangat berbuat kebaikan dan membantu orang lain kepada saya.

Entah bagaimana caranya, tapi saya yakin Allah akan memberikan jalan terbaik bagi saya untuk mewujudkan mimpi ini. Hari ini, 2 April 2017, saya menuliskan mimpi ini di blogpost saya. Semoga suatu saat nanti saya bisa menulis blogpost lain yang isinya cerita keberhasilan saya mewujudkan mimpi ini. 🙂

Secara detail, inilah mimpi besar saya:

Menjadi seorang Psikolog Anak yang memiliki pusat layanan terapi dan membantu anak autis serta anak berkebutuhan khusus lainnya untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Bagi anak-anak dengan keluarga yang kesulitan secara finansial, akan mendapatkan layanan terapi gratis di pusat layanan terapi saya itu. 

Saya percaya dengan kekuatan sebuah mimpi dan bagaimana alam semesta akan berkonspirasi untuk mewujudkannya. Asalkan saya tetap fokus dan selalu meluruskan niat.

Karena itu saya memutuskan untuk berbagi mimpi saya secara detail di blogpost ini. Saya berharap jika suatu saat nanti saya ‘lengah’, teman-teman yang membaca blogpost ini bisa bantu mengingatkan saya.

Ini juga yang dilakukan Abang di akhir hidupnya. Di kantornya yang baru, which is Abang baru kerja di sana kurang dari 5 bulan, tapi banyak teman-temannya bahkan juga seniornya yang tau mengenai rencana saya ini. Beberapa hari setelah kepergian Abang, saya sempat chatting dengan salah seorang seniornya di kantor. Surprisingly, senior Abang ini tiba-tiba bercerita panjang lebar tentang apa yang selalu Abang ceritakan padanya di kantor: tentang saya, tentang rencana hidup saya. Lalu senior Abang ini mengingatkan saya untuk fokus mengejar mimpi. Saat itu juga saya langsung tersadar: oh begini toh cara Abang ‘menjaga’ saya agar tetap on the track. 🙂

Jadi sekarang, setiap kali saya merasa down atau galau dengan masa depan, saya akan baca-baca lagi history chat saya dan senior Abang itu. History chat yang mengingatkan saya bahwa Abang sangat berharap saya bisa mewujudkan mimpi ini.

Yang juga selalu menguatkan saya adalah ketika membayangkan perjuangan orang tua dari anak-anak yang pernah saya tangani saat bekerja menjadi terapis dulu, yang tidak pernah menyerah melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya. Hal ini membuat saya semakin ingin bisa membantu mereka lebih banyak lagi. Jadi saya juga gak boleh menyerah begitu saja meski jalan saya untuk mewujudkan mimpi ini mungkin penuh rintangan dan godaan. 🙂

autism

Melalui blogpost ini juga, saya ingin memberikan salam hormat dan respect sepenuh hati bagi semua orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Yang tidak pernah menyerah, meski seberat apa pun perjuangannya. Saya selalu percaya, keajaiban itu akan datang bagi orang-orang yang tidak pernah berputus asa. Dan tidak akan pernah ada perjuangan yang sia-sia. 🙂

***

Terakhir, saya mau share sebuah video yang juga menjadi pegangan saya jika lagi down. Video ini menggambarkan tentang ciri-ciri anak autis. Setiap kali menonton video ini, keinginan saya untuk bisa segera membantu mereka semakin kuat. Sesuai dengan lirik lagu Coldplay yang menjadi backsound-nya.

Lights will guide you home
And ignite your bones
I will try to fix you..

47 thoughts on “Mimpi Saya untuk Anak Autis di Indonesia

  1. sarah eyie

    Mulia sekali mimpinya Mbak Lia, semoga perlahan terwujud…
    Oh iyaa keponakan saya pun ada yang autis..kadang sedih liatnya senang membenturkan kepalanya ke dinding.. kalo sudah ia merasa sakit ia menangis..kemudian ia tertidur 😦 begitulah kebiasaannya dari kecil sampai usia sekarang mungkin 13 th.. dia gak sekolah, karena mendengarpun dia tak bisa.. jadi main2 saja dirumah, gangguin adik2nya..

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Aamiinn. Terima kasih mba Sarah 😊
      Wah sampai usia 13 tahun udah pernah diterapi belum mba? Karena anak autis kalo cepat dapat penanganan terapi insya Allah bisa sekolah dan beraktivitas seperti anak normal kok mba 😊

      Like

      Reply
      1. sarah eyie

        dari usia 6 bulan saat ketawan anak ini belum bisa apa2..sudah diterapi dan diobati kemana mana oleh orang tuanya.. namun tetap hasilnya ia gak bisa merespon jika dipanggil. sekarang bisa jalan, tapi itulah blom bisa ngomong, tak bisa dengar,,cuma bisa melihat..jalan..main gangguin adiknya…

        Like

        Reply
        1. liandamarta.com Post author

          Coba dibawa ke terapi wicara, Kak. Sama tes pendengarannya, apakah memang ada masalah atau karena kurang stimulasi. Kalo memang ada masalah bisa dibantu dengan alat bantu dengar.

          Like

          Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Aamiinn. Iya benar banget, Uni. Jadi kadang selain masalah finansial, kurangnya pengetahuan orang tua tentang autisme juga salah satu faktor anak-anak autis tidak dapat penanganan yang tepat.

      Like

      Reply
  2. Danan

    Aku belum pernah tahu tentang detail tentang autis , tapi apakah anak anak berkebutuhan khusus ini kalau diterapi rutin bisa menjalani kehidupan normal dan mandiri setelah Dewasa.

    Karena kasuhannkalau mereka seumur hiduo menjadi beban. Orang lain

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Bisa, Kak. Ada salah satu klien seniorku yang udah bisa kuliah dan mampu berkomunikasi seperti anak normal. Kuncinya ada di orang tua, karena terapis anak yang sebenarnya ya orang tua dan orang-orang di sekitar si anak. Trus pantangan-pantangannya juga harus dijalani, supaya hasil terapi lebih optimal.

      Like

      Reply
  3. joeyz14

    Semoga mimpirmu terwujud ya Liaaaa…

    Akupun baeu nulis hal yang sama..entah kenapa beberapa minggu lalu aku terhubung lagi sama murid autismku via FB lalu terharu liat mereka sudah pada lulus kuliah dan ada yang bekerjaaaaa…semoga semakin banyak cinta untuk mereka

    Like

    Reply
  4. Pingback: Tentang #KhitanAutis | liandamarta.com

Share your thoughts!