Healing Process

Sudah sebulan berlalu pasca kecelakaan tunggal itu terjadi dan Abang pergi untuk selamanya. Sudah sebulan juga, blog ini kosong tanpa ada update cerita baru.

Menulis menjadi salah satu cara saya untuk healing dari kesedihan. Sejak pacaran sama Abang, kalo lagi galau atau sedih, saya pasti menumpahkan semuanya di blog. Tapi untuk kesedihan yang satu ini rasanya beda. Tidak segampang itu menuangkannya di blog ini.

Saya merasa, Abang menjadi salah satu ‘nyawa’ yang ada di blog ini. Abang adalah muse saya, sumber inspirasi saya.

Hampir semua cerita yang ada di blog ini, melibatkan Abang di dalamnya. Abang selalu siap menemani saya ke sana ke mari untuk mencari konten. Abang juga yang selalu ada untuk saya ajak bertukar pikiran mengenai apa-apa saja yang akan saya update di blog ini. Bahkan, untuk mengambil sebuah tawaran kerjasama, saya biasanya akan menanyakan pendapat ke Abang sebelum memutuskan akan mengambil atau tidak. Abang bahkan sampai pernah bilang kalo dia itu managernya blog ini. 🙂

Itu baru untuk urusan blog. Belum lagi urusan lainnya.

Hampir semua hal dalam hidup ini, saya share ke Abang. Hampir semua pertanyaan yang bermain-main dalam pikiran saya, untuk hal apa pun, saya tanyakan pada Abang. Juga untuk semua keputusan krusial dalam hidup saya, Abang yang punya suara terbesar dalam menentukannya. Abang adalah supporter setia saya dalam berbagai hal, terutama yang berkaitan dengan mimpi terbesar saya.

Jadi ketika Abang tidak ada, saya benar-benar merasa kehilangan. Saya kehilangan partner untuk berdiskusi, bercerita, dan bertanya.

Rasanya saat ini ada banyak sekali yang ingin saya ceritakan ke Abang. Mulai dari hal yang penting banget, sampai yang gak penting sekali pun. Banyak yang ingin saya bagi ke Abang, dan dada ini rasanya sesak karena tau bahwa saya tidak lagi bisa bercerita kepada Abang seperti dulu. Demi menghilangkan rasa sesak ini, saya sampai mencari cara agar tetap bisa ‘bercerita’ pada Abang. Tapi ya tentu saja feelnya beda, karena Abang tidak akan pernah bisa merespon cerita-cerita saya itu.

***

Sebulan pertama sejak kepergian Abang, saya benar-benar menenggelamkan diri dalam kesedihan. Saya ikutin hati ini maunya apa. Saat ingin menangis, saya menangis. Saat lagi kangen, saya lihat lagi foto dan video kami berdua sejak zaman pacaran dan juga membaca ulang cerita kami berdua di blog ini. Kadang saya sampai senyum-senyum sendiri membayangkan keseruan kami saat itu. Lalu kemudian merasa sedih jika mengingat ada banyak rencana keseruan kami berdua yang belum sempat terealisasi.

Selama sebulan terakhir ini juga saya gak bisa tidur dengan tenang. Berkali-kali terbangun tengah malam hanya untuk mencerna atas apa yang telah terjadi. Setelah itu biasanya saya susah untuk tidur lagi. Karena setiap kali mau memejamkan mata, kejadian demi kejadian melintas di dalam pikiran saya.

Setiap kali bangun tidur di pagi hari, saya selalu berpikir dulu apa-apa aja yang sudah terjadi dalam hidup saya sebulan terakhir. Rasanya masih sulit untuk percaya. Kadang saya sampai baca-baca lagi semua ucapan belasungkawa yang masuk, hanya untuk menyadarkan diri saya bahwa ini lho yang sebenarnya terjadi.

Seminggu yang lalu, saat saya ke Jakarta untuk menyelesaikan beberapa urusan, saya merasakan reaksi emosional yang lainnya. Saat menyusuri jalanan Jakarta, saya langsung teringat momen-momen bersama Abang. Saat pertama kali tidur kembali di rumah pasca kecelakaan itu terjadi, saya semakin gak bisa tidur. Saya teringat malam di mana Abang pamit pergi sebentar, yang ternyata berujung pada Abang pergi untuk selamanya.

Belum lagi saat mengurus dokumen di rumah sakit tempat Abang dirawat. Melihat setiap sudut rumah sakit itu mengingatkan saya pada malam demi malam saat saya menemani Abang di ICU sampai saat saya melepas Abang pergi. Saya bisa mengingat dengan detail saat Abang pergi malam itu. Abang pergi dengan tenang dalam tidur panjangnya.

Saya juga bisa mengingat dengan jelas, satu momen saat saya menemani Abang di perjalanan dari RS Tria Dipa ke RS Medistra. Saat itu, saya yang sebisa mungkin berusaha untuk tetap tenang, menyemangati Abang yang tidak sadarkan diri. Sambil mengusap kepalanya, saya bacakan doa-doa dan saya kirimkan semangat untuk sembuh pada Abang agar kami bisa melanjutkan mimpi-mimpi kami berdua. Lalu saya kecup keningnya. Dan setelah itu, saya yakin sekali, saya melihat Abang menangis. Saya merasa saat itu Abang ingin mengucapkan sesuatu pada saya. Belakangan saya simpulkan, mungkin.. mungkin Abang ingin pamit.

Selama beberapa hari Abang dirawat di ICU Medistra, saya selalu berdoa pada Allah agar Allah memberikan jalan yang terbaik. Bagi Abang, bagi saya, dan bagi seluruh keluarga besar kami.

Ternyata inilah jalan yang Allah berikan. Saya yakin, ini yang terbaik buat kami semua.

***

pexels-photo-30042-copy-1

Menyembuhkan diri dari rasa kehilangan ini bukan hal yang mudah. Tapi saya yakin, saya pasti bisa melewatinya. Saya punya keluarga dan teman-teman yang selalu menemani saya, dan memberikan doa serta semangat yang tiada henti.

Terlebih lagi, saya punya Allah, tempat saya mengadu saat ini dari semua hal yang saya rasakan.

Kalo dipikir-pikir, saat ini saya seperti orang yang lagi patah hati ditinggal pergi orang yang disayang. Tapi saya gak bisa protes. Saya harus ikhlas. Karena orang yang saya sayang tersebut pergi untuk kembali pada-Nya, kepada pemiliknya.

Sekarang tinggal gimana saya membenahi hidup saya ke depannya. Karena hidup harus terus berjalan, kan? 🙂

Saya sengaja memberikan batasan dalam diri. Oke, boleh sedih-sedih, tapi maksimal sebulan aja ya. Karena rasanya gak enak banget. Ke badan juga bawaannya sering sakit, sering ngedrop. Mau ngerjain apa pun, moodnya naik turun. Padahal saya juga harus fokus karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan.

Proses healing ini akan terus saya jalani dan nikmati dengan sepenuh hati. Tapi tidak lagi mengikuti keinginan hati yang bawaannya sedih-sedih melulu. Abang juga pasti marah banget kalo lihat saya sedih dan mellow terus.

Jadi sekarang, saya siap bangkit. Mewujudkan mimpi dan niat baik Abang yang belum sempat ia realisasikan. Mewujudkan mimpi-mimpi yang pernah kami rajut berdua. Dan tentunya, mewujudkan mimpi besar saya.

Tugas Abang di dunia sudah selesai. Sekarang saatnya saya melanjutkan hidup agar bisa menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk banyak orang.

***

Untuk semua teman-teman yang sudah memberikan ucapan belasungkawa, doa, dan semangat pada saya, baik itu di media sosial atau pun japri ke saya, terima kasih banyak ya. Saya ingin merespon dan membalas semuanya satu per satu. Tapi ternyata saya tidak cukup kuat untuk melakukannya, jadi cuma sanggup membacanya aja sambil meng-amin-kan doa yang teman-teman kirimkan. Sekali lagi, terima kasih banyak ya dan mohon maaf kalo saya tidak sempat membalasnya. Allah yang akan membalas semua kebaikan teman-teman. 🙂

Mohon doanya selalu semoga semakin hari saya semakin dikuatkan dan diberi kemudahan untuk menjalani rencana-rencana hidup saya ke depannya.

Insya Allah, blog ini juga akan kembali saya update dengan berbagai hal yang mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membacanya.

Life doesn’t get easier and more forgiving. We get stronger and more resilient.
Steve Maraboli

96 thoughts on “Healing Process

  1. Rahmah Chemist

    Allah pasti sudah punya cara dan hikmahnya agar Mba Lia bisa segera bangkit dari kesedihan.
    Saya pun masih ingat sampai sekarang bagaimana Bapak saya meninggal dunia , saat dimana saya harus menyelesaikan tesis yg super kompleks

    Semoga segera dikuatkan hati dan fisikmu, Mbak

    Like

    Reply
  2. JJ

    “Terlebih lagi, saya punya Allah, tempat saya mengadu saat ini dari semua hal yang saya rasakan.”

    Qoute terkeren sepanjang sejarah 10 tahun saya mengenal dunia maya.
    Tenang saja mbak, saya yakin, anda dan suami anda adalah orang terpilih.
    Tetaplah menebar kebaikan dan manfaat utk semesta
    Salam hormat saya….

    Like

    Reply
  3. Istianah muslim

    Allah akan slalu ada utk kta mbak,,, smngat trus mbak,, mbak lia yg slalu rame dan ceria,, mbak org yg kuat dipilih Allah utk mnjalani ini,, big hug for you mbak,,

    Like

    Reply
  4. herva yulyanti

    Hai Mba Lia salam kenal, saya sangat merasakan yang mba alami. Saya pun pernah berada diposisi seperti mba bedanya saya kehilangan ibu. Satu bulan saya drop, sama kayak mba ga bisa tidur saya cuman bisa nangis, badannya saya habis krn ga bisa makan juga. Tapi itu semua ga bisa buat ibu saya kembali, Motivasi besar untuk bangkit ada dalam diri sendiri yang akhirnya saya bisa melanjutkan perjalanan hidup saya meskipun tanpa ibu. Ikhlas itu mudah diucapkan akan tetapi berat untuk direalisasikan. Semoga mba bisa terus semangat dan menginspirasi lagi banyak orang yang menanti inspirasi dari mba 🙂
    Turut berduka cita y mba everything happen for a reason *peluk erat mba Lia*

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Hai Mba Herva, terima kasih ya mba untuk semangatnya. Benar kata mba, motivasi untuk bangkit itu ada dalam diri sendiri. Insya Allah saya udah siap untuk bangkit lagi dan melanjutkan perjalanan meskipun tanpa suami di sisi saya. 🙂

      Sekali lagi terima kasih banyak ya mba. Peluk!

      Like

      Reply
  5. ratripurwani

    Mbak Lia, ini kali pertama saya bertandang ke sini. Semoga mbak senantiasa dikuatkan bahunya yaaaa… salam kenal 😃
    *Peluk jauh*

    Like

    Reply
  6. Liza Fathia

    Peluuk mbak lianda. Aku nangis membaca ini. Namun, walau bagaimanapun reski, jodoh, dan maut sudah diatur olehNya dan kepadaNya pula kit menyerahkan diri. Tetap semangat mbaaak

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Betul sekali, mbak. Allah sudah mengatur semuanya. Kita sebagai manusia cuma bisa berserah pada-Nya dan menjalani takdir-Nya dengan sebaik mungkin. Terima kasih ya, Mbak. Peluk! 🙂

      Like

      Reply
  7. azizahnazi

    saya jadi ingat almarhum bg iqbal pemilik blog http://www.jalankemanagitu.com yang juga baru meninggal bulan Oktober kemarin… usia pernikahan bang iqbal dan istrinya baru berjalan tahun kedua. saya banyak belajar mak dari mereka yang kehilangan pasangan di usia pernikahan yang masih dini. semoga mba diberi kesabaran dan kekuatan ya menjalani hidup, tetap semangat… semoga nanti dikumpulkan bersama abang kembali 🙂

    Like

    Reply
  8. Dev Toserba

    Semangat mba.. tetap jalani hidup.. Saya ga nyangka kalau akhirnya bisa tahu istrinya bang Olan lewat blog ini.. selama ini saya hanya mengenal mertua mba, karena sering liputan buat L’Chesse di media online…

    http://www.riau24.com/berita/baca/65591-anak-dari-pemilik-lcheese-factory-meninggal-dunia/

    Yang sabar mba Lia.. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Saya cuma bisa mendoakan, semoga mba Lia selalu kuat dalam menjalani hari-hari tanpa bang Olan…

    Hug and kiss…

    Like

    Reply
  9. Ucig

    Peluk.. mba Lia semangat yaaa ^^
    Tulisannya Makin dibaca ke bawah, makin semangat
    Abang selalu ada di hati mba Lia 🙂 insya Allah dikuatkan yaa mbaaa

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Iya mba, insya Allah semakin hari semakin dikuatkan dan semakin semangat. Dan benar, Abang akan selalu ada di hati saya dan menemani saya dari jauh. 🙂

      Terima kasih banyak ya mba Ucig. Peluk!

      Like

      Reply
  10. cha

    MasyaAllaaah.. terharu.
    Persis sama seperti yang saya rasa ketika mama pergi untuk selamanya, 9 bulan lalu.
    Sama seperti mbak lia, saya mencoba menikmati proses nya, ketika sedih pengen nangis, saya menyendiri dan menangis, bahkan sampai saat ini, ketika saya kembali “teringat” mama, maka saya akan menangis, Alhamdulillah, sekarang udah lebih dapat dikontrol emosi dan sedih nya. Dulu di awal-awal juga seperti mba lia, jangankan liat foto, baca yasin atau doa aja saya nangis sesegukan terus bilang ke diri “Ga nyangka yah kan mama, saya harus mengirim doa ini”
    Belum lagi rasanya banyak cita-cita dan mimpi aku dan mama yang belum terwujud. Kita sayang, tapi ternyata Allah lebih sayang.
    Keep Setrong mba liaa 🙂
    Biarkan waktu yang menghapus duka dan lara. Semangat yah mba. Allah sayangkan abang, juga Allah sayangkan mba lia. InsyaAlah kelak berkumpul di Jannah-Nya.
    Salam kenal mba lia 🙂

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Halo, Cha! Salam kenal ya 🙂 Terima kasih untuk doa dan semangatnya. Terima kasih juga sudah berbagi cerita ke aku. Dan benar kata kamu, aku pun sempat merasa tidak menyangka saat masa-masa tahlilan dan saat mendengar nama suamiku disebutkan dalam doa yang dikirimkan. Rasanya tidak percaya bahwa sekarang suamiku udah gak ada. Tapi ya itulah takdir Allah ya. Sekarang waktunya bagi kita yang ditinggal ini untuk melanjutkan hidup. Semoga kita semua dikumpulkan kembali di Jannah-Nya ya, Cha. Amin. Sekali lagi terima kasih banyak ya 🙂

      Like

      Reply
  11. veronica5277

    peluk Lia :((… insyaAllah Lia bisa kok melewati semua ini, kan Allah kasih ujian pasti sesuai kemampuan.. dan beneran waktu bisa menyembuhkan meski mungkin tidak akan pernah pulih seperti sedia kala.. tetap semangat yaa… doaku dari Yogya…

    Like

    Reply
  12. Pingback: Buang Racun dalam Tubuh dengan Juice Cleansing | liandamarta.com

    1. liandamarta.com Post author

      Sedih itu pasti dan sampai sekarang pun masih sangat terasa, tapi kalo saya menargetkan diri supaya gak menenggelamkan diri dalam kesedihan seperti yang saya lakukan sebulan pertama 🙂 Terima kasih banyak ya mba. Peluk!

      Like

      Reply
  13. ahyunimiwa

    hai Mbak, mungkin kita belum kenalan, tapi saya sudah rajin baca beberapa postingan blog Mbak. Hampir rasa-rasanya saya sudah mengenal Mbak.

    Tetap semangat Mbak, semoga segala kebaikan semesta menyertai Mbak dan keluarga :)) 😆😆

    Like

    Reply
  14. Ulfah Eka

    Pertama kali mampir di blognya Mbak Lia, membaca jalan ceritanya dan saya ikut hanyut di dalamnya. Keep strong ya Mbak….saya tahu ini tidak mudah, tapi saya yakin mbak Lia bisa melewatinya…..

    Like

    Reply
  15. Pingback: Movie Marathon: La La Land & Cek Toko Sebelah | liandamarta.com

  16. Pingback: Healing Process #2 | liandamarta.com

  17. Pingback: Kenapa Kuliah Lagi? | liandamarta.com

Share your thoughts!