(Masih) Tentang Kabut Asap di Pekanbaru

Meskipun tahun lalu, semua orang di Pekanbaru dan bahkan di Indonesia, telah menyuarakan perlawanan pada asap di Riau dan sekitarnya, tapi ternyata tidak membuat permasalahan asap ini benar-benar selesai.

Tahun lalu kondisinya memang cukup parah. Langit kota Pekanbaru sampai menguning karena residu hasil pembakaran lahan bercampur dengan udara yang sehari-hari kami hirup. Kondisi saat itu sudah masuk ke level “Berbahaya”. Semua sekolah dan perkantoran diliburkan. Bandara ditutup, semua jadwal penerbangan dibatalkan. Pekanbaru lumpuh! Kami hanya bisa mengurung diri di dalam rumah. Karena mustahil mengungsi di saat bandara tutup dan jarak pandang yang sangat tipis jika ingin menyetir ke Sumatera Barat.

Namun alhamdulillah, setelah semua informasi dan isu tentang kabut asap di Pekanbaru dan sekitarnya ini diblast oleh banyak orang, akhirnya presiden Republik Indonesia saat itu, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono menyempatkan diri datang ke Pekanbaru. Ketika beliau datang, water bombing dikerahkan. Hujan deras yang dinanti-nanti pun turun. Hingga akhirnya kami, masyarakat Pekanbaru, bisa kembali melihat langit biru.

Tapi… apakah kedatangan bapak  presiden di tahun lalu benar-benar telah menyelesaikan perkara asap di Riau ini?

Saat itu mungkin iya. Masalah asap seakan sudah selesai.

Tapi sebenarnya tidak benar-benar selesai.

Beberapa bulan setelah itu, terutama saat memasuki musim kemarau, asap kembali muncul. Awalnya tipis dan tidak terlalu terasa sehingga aktivitas sehari-hari bisa dijalankan seperti biasa. Namun, sekarang kondisi semakin parah. Kabut asap semakin pekat.

Sudah seminggu terakhir sekolah-sekolah kembali diliburkan. Ribuan warga Pekanbaru pun mulai terkena penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) akibat menghirup udara yang tidak sehat ini. Beberapa hari lalu papan indeks pencemaran udara juga telah berubah dari level Sangat Tidak Sehat” menjadi level “Berbahaya”.

Apa yang terjadi tahun lalu, kembali terjadi di tahun ini. Dan mungkin masih akan terjadi di tahun depan, di tiga tahun lagi, atau bahkan mungkin di lima tahun lagi. Permasalahan tahunan yang belum menemukan titik penyelesaian.

Foto diambil pada hari Rabu, 2 September 2015 sekitar pukul 17.03 wib

IMG_2687

Foto diambil hari Kamis, 3 September 2015 sekitar pukul 17.40 wib

Namun setelah kondisi darurat asap di Pekanbaru membuat kehebohan di social media pada tahun lalu dengan dukungan dari teman-teman di seluruh Indonesia yang mengupload foto menggunakan masker hingga puncaknya kedatangan bapak presiden ke kota bertuah ini, melihat kabut asap ini kembali terjadi, saya justru jadi mikir bahwa permasalahan asap ini amat sangat kompleks. Bukan hanya sekedar ada kebakaran lahan, padamkan dengan air, lalu udah deh kelar. Bukan, bukan sekedar itu.

Yang terjadi amat sangat kompleks dan melibatkan banyak pihak yang di dalamnya mungkin ada para pemangku jabatan di gedung-gedung pemerintahan sana.

Jadi, instead of kembali menghebohkan social media dengan menyuarakan kondisi asap di Riau dan sekitarnya ini, saya justru terpikir untuk meningkatkan awareness masyarakat agar mereka sadar bahwa masalah asap ini bukan masalah biasa. Masyarakat harus sadar kalo kondisi ini berbahaya. Karena itu mereka harus menjaga kesehatan dan mau menggunakan masker saat keluar rumah agar tidak semakin terpapar dampak dari kabut asap ini.

Well, don’t get me wrong ya. Bukan saya gak mau menggedor pemerintah lagi untuk menyelesaikan masalah asap ini. Sebisanya pasti akan tetap saya lakukan walau hanya sekedar share informasi di social media berharap yang membaca bisa meneruskan ke pimpinan terkait. Tapi melihat saat ini media nasional, baik itu media cetak ataupun berita di televisi, telah mengangkat masalah Indonesia Darurat Asap, jadi saya berpikir pemerintah sudah ‘digedor’. Kita tinggal menunggu saja aksi lebih lanjut untuk penyelesaian masalah ini. Saya yakin mereka sedang berusaha, cuma ya itu tadi, karena masalahnya kompleks, jadi mungkin butuh waktu yang lama untuk penyelesaian masalah asap ini.

Nah, selagi menunggu penyelesaian dari pemerintah, ada baiknya kita juga menjaga kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Ibarat lagi main bola, nah mending sekarang kita di posisi defender aja, berupaya untuk menahan segala dampak yang mungkin terjadi ke tubuh kita. Karena kalo kita drop sakit kan malah jadi gak bisa beraktivitas sama sekali. Trus itu artinya kita kalah dong melawan si asap ini? 🙂

Biarkan pemerintah yang menjadi striker-nya dalam melawan asap. Kita bantu dengan doa dan dukungan supaya ‘pertandingan ini’ bisa selesai dan menghasilkan kemenangan buat kita, sehingga tahun-tahun berikutnya permasalahan tahunan ini gak terjadi lagi.

Anyway, bertahan di sini bukan berarti pasrah pada keadaan lho ya. Karena jujur aja, saya miris banget melihat banyak warga Pekanbaru yang ‘cuek’ aja di jalanan gak pakai masker. Kadang ada yang sambil merokok pula! Mungkin karena masalah ini udah berlarut-larut, trus warga malah jadi apatis dan masa bodo, bahkan masa bodo dengan kesehatan mereka sendiri.

Yang paling bikin miris sih kalo ada orang tua yang ngebonceng anaknya naik motor trus anaknya gak pake masker. Aduh, sedih gak sih lihatnya. Ini saya temukan saat beberapa hari lalu saya bersama teman-teman Akber Pekanbaru dan Liburun turun ke jalan membagikan masker gratis. Saat melihat si ibu dengan anaknya itu, saya langsung kasih maskernya dan bilang “dipakai ya bu, kondisinya sudah berbahaya, ibu dan adiknya jaga kesehatan ya.” Dan si ibu cuma senyum, mengambil masker, lalu memasukkannya ke dalam saku celana. Sayang saya gak sempat ngomong lagi karena lampu sudah hijau dan ibu itu langsung meluncur pergi dengan kondisi si anak tetap tidak menggunakan masker. 😦

Untuk maskernya sendiri, yang paling bagus digunakan sebenarnya adalah yang menggunakan HEPA filter. Kalo saya googling sih, bentuknya kayak masker yang biasa dipakai anak gaul kalo lagi bikin graffiti. Karena masker tersebut dapat menyaring partikel yang ada dalam asap secara keseluruhan. Tapi harga masker tersebut memang relatif mahal. Nah solusinya minimal gunakan masker N-95 yang dapat menyaring partikel pada asap hingga 95%.

Ada yang nanya sama saya di Instagram, sebenarnya masker N-95 itu bisa digunakan berulang kali gak? Kalo saya sendiri sih selama maskernya belum bau asap, ya saya pakai aja lagi. Dua hari sekali baru saya ganti. Tapi kemarin karena maskernya dipakai seharian, maskernya jadi bau asap. Ya kudu diganti kalo kayak gitu mah. 🙂

Detail tentang bermacam jenis masker yang bisa digunakan saat kondisi asap ini dan berapa lama sebaiknya kita bekerja di luar ruangan meskipun dengan menggunakan masker, bisa dilihat di gambar yang dikirimkan oleh teman saya dari PT Chevron Pacific Indonesia ini.

IMG_2719

Well, selain menggunakan masker, jangan lupa untuk perbanyak minum air putih, makan vitamin, dan kurangi aktivitas di luar rumah. Saya pernah share tulisan pasca kelas Akber Pekanbaru tahun lalu tentang apa yang bisa dilakukan saat kondisi asap, sile baca di sini.

Ingatkan juga orang-orang di sekitar kita, dimulai dari keluarga, tetangga, rekan kerja, hingga orang asing yang ditemui di jalan untuk selalu menjaga kesehatan dan menggunakan masker jika keluar rumah. Ingatkan juga agar tidak ‘menambah’ asap baru dengan merokok atau membakar sampah. Kalo dapat cemeehan, dipandang sinis, atau malah dianggap sok peduli mah cuekin ajalah.

At least, kita udah berusaha melakukan yang bisa dilakukan, daripada hanya tutup mata dengan apa yang terjadi saat ini dan malah maki-maki pemerintah karena merasa ini semua ya tanggung jawabnya pemerintah doang.

No, ini tanggung jawab kita semua. Pemerintah juga butuh dukungan serta bantuan kita. Jadi berhenti nyinyir, berhenti memaki pemerintah, dan ayo lakukan apapun yang bisa kamu lakukan untuk kebaikan kita bersama! 🙂

29 thoughts on “(Masih) Tentang Kabut Asap di Pekanbaru

  1. mawi wijna

    Hmmm. Jadi keinget suasana Jogja beberapa tahun silam pas kena debu Merapi dan Kelud. Kalau ke luar rumah harus pakai masker. Jadi ngerti lah gimana rasanya hidup bermasker di luar ruangan.

    Emang partikel asap / debu itu kecil banget, nggak kelihat, tapi kalau kehirup lama2 bikin nggak enak. Oke lah kalau asap cuma mampir sekitar 1-2 jam doang sih nggak pakai masker ya nggak apa-apa. Tapi kalau sudah berhari-hari hingga berminggu-minggu, ya memang sebaiknya pakai masker untuk jaga kesehatan.

    Toh, sebelum ada penanganan yang “tegas” dari Pemerintah, kayaknya bencana asap ini bakal rutin terjadi setiap tahun. Saya sebut tegas memang karena bencana asap ini bukan bencana alam, tapi lebih karena pembakaran untuk membuka ladang perkebunan. Pernah denger dari kawan kalau beberapa orang melepas tikus yang ujung ekornya dibakar di ladang untuk menyulut api. Sadis ya…

    Tapi nggak bisa dipungkiri, kalau membakar adalah solusi paling cepat dan murah untuk membersihkan ladang. Ya kali aja ada yang niat nyabut dan nebang di ladang yang luasnya berhektar-hektar. Selama di Riau (dan sekitarnya) masih didominasi kegiatan perkebunan, sepertinya pembakaran bakal tetap ada…

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Kalau di Riau, asapnya bukan hanya berhari-hari atau berminggu-minggu. Tapi bisa berbulan-bulan. Sejak beberapa tahun terakhir, hampir sepanjang tahun terjadi asap.

      Aku setuju sama commentnya, pemerintah harus tegas. Karena kalo ngga, kejadian kayak gini bakal terjadi terus tiap tahun. Semakin tahun bisa jadi semakin parah. Ujung-ujungnya Riau bisa jadi provinsi yang ditinggalkan jika seluruh warganya berpikir untuk pindah ke daerah lain yang lebih aman bagi kesehatan mereka.

      Perkebunan memang menjadi salah satu bisnis utama di provinsi ini. Tapi harus dipikirkan bagaimana solusinya untuk membersihkan ladang/kebun dengan tidak membakar seperti yang terjadi selama ini. Itu sih yang benar-benar harus disepakati sama semua pihak, mulai dari pemerintah sampai si pemilik kebun beserta pekerjanya.

      Like

      Reply
  2. yantist

    Turut prihatin, Mbak. Semoga hujan segera turun dan udara Riau bersih lagi. Saya mengertiii banget ketidaknyamanan kondisi ini. Karena di Kalimatan juga akrab dengan kabut asap kalau musim kemarau. Tapi memang tidak separah Riau. Semoga kesehatan warga Riau selalu terjaga. Aamiin…

    Like

    Reply
  3. alrisblog

    Padahal ini kejadian berulang setiap tahun.
    Saya yakin nanti yang disalahkan penduduk tempatan yang sering berpindah membakar lahan untuk menyambung hidup. Padahal sejak jaman baheula penduduk asli itu sudah berkelakuan sama tapi gak ada catatan sejarah yang menunjukkan bahwa mereka bisa membuat langit wilayah Riau gelap begini berbulan bulan.

    Tetap jaga kesehatan dengan baik dan benar, sesuai petunjuk ahlinya 🙂

    Like

    Reply
  4. astridtumewu

    sedih deh masalah ini terus-terusan berulang. seakan pemerintah cuma cari solusi sementara dan bukan penanggulangannya 😦 tapi ya aku setuju sama kamu, saat ini ya lebih baik kita tingkatkan kesadaran diri kita sendiri. Mama aku masih di Jakarta aja gak bisa balik nih gara2 pesawat juga cancel banyak penerbangan. Tetep sehat yaa Lia 🙂

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Iya, Astrid. Terlalu kompleks kali ya permasalahannya. Jadi lama banget penyelesaiannya. 😦

      Memang ada beberapa flight yang tutup sampai besok, Astrid. Gak mau ambil resiko terbang kali yah. Salam sama mama kamu. Mudah-mudahan bisa cepat balik lagi ke Pekanbaru 🙂 anyway, thank you yaaaa 🙂

      Like

      Reply
  5. Gara

    Pembakaran lahan masih belum berhenti kalau bisnis perkebunan yang belum diatur masih menjamur di sana, seenak hati membuka lahan, dan pemerintah sebatas hanya memberi izin penggunaan tanpa punya regulasi apa pun soal pembukaan lahan yang bertanggung jawab. Tapi meski sekarang bola ada di pemerintah, menurut saya kita juga mesti membentengi diri dengan cara-cara yang sudah Mbak sebutkan di atas, sih. Gedor-gedor Kementerian LH harus, tapi kita juga tidak bisa berpangku tangan, kan?

    Semoga ada pejabat di atas sana bertindak dan semoga masalah ini cepat selesai.

    Like

    Reply
      1. Gara

        Iya, kalau dianggap sudah nrimo ya tidak akan diapa-apain. Logika aneh sebetulnya, padahal tanpa digedor pun mestinya pemerintah punya kesadaran sendiri terhadap rakyatnya, tapi inilah yang terjadi di kehidupan kita ya Mbak :huhu. Doa saya untuk Mbak dan semua teman di Pekanbaru, saya ada teman kuliah di sana dan kasihan, dia suka sesak napas kalau keluar rumah :huhu.

        Like

        Reply
        1. liandamarta.com Post author

          Iya kalo keluar rumah tanpa masker pas asap-asap gini memang bikin sesak nafas. Jangankan di luar rumah, di dalam rumah juga suka merasa sesak nafas hiks.. 😦

          Tapi alhamdulillah nih tadi subuh hujan deras. Trus pagi ini asapnya mulai hilang. Mudah-mudahan beneran bakal hilang seterusnya ya. Aamiin 🙂

          Like

          Reply
  6. HM Zwan

    engap rasanya ya mbk,ternyata ini udah berlangsung selama 18 tahun (tadi pagi nyimak talkshow ),lama bangettt dan masih berulang,rasanya miris bangettt…dan belum ada penyelesaian sama sekali. Asap selesai,ya sudah bubar…habis iitu tahun depan berasap lagi,heboh,bingung dst…bingung juga sama pemerintah 😦
    sehat2 ya mbk..

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Iya bener mba. Udah 18 tahun dan masih gini-gini aja. Belum ada penanganan yang serius untuk penyelesaian masalah asap jangka panjangnya. Hiks. Semoga deh segera ada kejelasan dari pemerintah untuk melawan oknum-oknum yang menyebabkan kebakaran hutan ini. 😦

      Like

      Reply
  7. Eka Novita

    Udah gak ngerti lagi sama bencana kabut asap ini. Mesti manusia-nya yang diubah ini pola pikirnya. Karena selagi masih ada manusia-manusia serakah, ignorant, dan gak peduli sama orang lain-lingkungan di sekelilingnya, maka situasi kayak gini cuma bakal muter-muter dan jalan di tempat aja.

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Iya bener Eka. Ini sih udah masalah kemanusiaan. Jadi memang harus dari hati nurani manusianya yang digedor. Karena bisnis perkebunan di Riau gak mungkin ditutup kan. Nah gimana caranya bisnis tersebut tetap jalan tapi gak merugikan masyarakat setempat. Itu yang harusnya dipikirkan oleh pemerintah.

      Liked by 1 person

      Reply
  8. trans pmk

    Klang selangor & Kuala Lumpur juga sampai asapnya.
    Disini kami panggil “Jerebu”

    di pagi ini nampaknya sangat teruk.
    mungkin ada tambahan kawasan terbakar di kawasan kami

    Like

    Reply
  9. Pingback: Setahun Pertama | liandamarta.com

Leave a reply to liandamarta.com Cancel reply