Jalan-Jalan (Tanpa Rencana) ke Sumatera Barat

Sepertinya, agenda jalan-jalan ke Sumatera Barat di saat libur lebaran, sudah menjadi agenda wajib bagi keluarga saya terutama jika kami merayakan lebaran di Pekanbaru. Momen jalan-jalan ini pun jadi kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh kami semua. Soalnya walaupun provinsi yang dikunjungi itu lagi itu lagi, tapi tempat wisata yang kami datangi selalu berbeda dan selalu ada cerita seru di setiap perjalanan kami tersebut.

Berbeda dengan tahun lalu di mana saat itu kami sudah punya tujuan yang jelas ingin mengunjungi Istana Baso Pagaruyung di Batusangkar, nah di tahun ini tujuannya masih gak jelas. Bisa dibilang acara jalan-jalan kali ini ya tanpa rencana sama sekali. Kalo tahun lalu kan jelas tuh ya, tujuan pertama kami ya ke Batusangkar itu. Kali ini? Sampai H-1 kami masih bingung mau ke mana.

Setelah berunding dengan tante saya, kami pun memutuskan untuk pergi ke Solok. Tepatnya kembali mengunjungi Danau Kembar. Tahun lalu sih sudah ke sana, tapi karena kesorean jadinya gak bisa lihat apa-apa, cuma lihat kabut doang. 😀

Kami berangkat menuju Solok sekitar pukul 9 pagi. Dengan beriringan 4 buah mobil, perjalanan ke Sumatera Barat pun dimulai. Hari itu adalah hari raya ketiga, yang jatuh di hari Sabtu. Jalanan menuju Sumatera Barat sudah mulai padat merayap, bukan hanya oleh para pemudik, tapi juga padat oleh wisatawan yang ingin menghabiskan waktu liburnya di Sumatera Barat. Seperti saya ini. 😀

Anyway, saat melewati Bangkinang, suasana jalan ramai lancar. Begitu pun setelah keluar dari Bangkinang hingga sampai di Kelok Sembilan. Nah, di Kelok Sembilan agak ramai dengan wisatawan. Jadi, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, tidak berhenti di sana seperti tahun lalu. Lagian pemandangan di Kelok Sembilan belum berubah kok hehe, masih sama seperti tahun lalu. Yang penasaran dengan Kelok Sembilan, sile lihat fotonya di postingan yang ini ya. 🙂

Sekitar jam 2 siang, kami mulai memasuki Payakumbuh. Mendadak terlintas ide di pikiran saya untuk berhenti makan siang di Lembah Harau, Payakumbuh. Oh iya, setiap kali perjalanan ke Sumatera Barat seperti ini, kami selalu membawa bekal seperti orang piknik. Saya kepikiran kok kayaknya asik ya kalo piknik di bawah tebing-tebing Lembah Harau. Kebetulan adik saya memang ingin banget ke sana, dan awalnya kami berencana mampir Harau sebelum pulang ke Pekanbaru. Tapi daripada ntar gak jadi, mending sekarang aja kan, mumpung udah sampai Payakumbuh nih. 😀

Akhirnya, kami pun mengarahkan mobil menuju Harau. Dan eng ing engg… jalanannya super macetttt ajah. Ya maklum, pemandangan air terjun Harau kan keren banget kak. Trus jalanannya kecil. Jadi ya wajar kalo sampai macetos begitu kan.

Masuk ke gerbang menuju Lembah Harau, kami harus membayar sebesar Rp5.000 per orang. Padahal waktu Maret lalu ke sana yah, gak ada tuh bayar-bayar gitu. Masuk ke air terjunnya juga gratis. Tapi ya namanya juga lagi peak season ya kak, ada aja yang tiba-tiba minta bayaran ini itu untuk tiket masuk.

Singkat cerita, kami makan-makan di Lembah Harau. Trus setelah makan ingin foto-foto dong di air terjunnya. Udah sampai sana kan, masa’ ndak main ke air terjunnya.

Tapi ternyata…….. air terjunnya kering, saudara-saudara!!! 😆

DSC03498

Foto dengan latar belakang air terjun yang kering 😀

Gak jelas juga kenapa air terjunnya kering, mungkin karena masih musim kemarau kali ya. Yang jelas itu kolam yang waktu Maret saya ke sana, tinggi airnya sedada saya, kemarin udah kering dan cuma sepaha saya doang kali tuh. Kering sekering-keringnya. Tapi ya kita tetap foto-foto aja meskipun airnya kering begitu hehehe.

Alhamdulillah ya, saat hendak melanjutkan perjalanan ke Solok, dan keluar dari Lembah Harau, kami melewati pemandangan yang baguuuuus banget. Langsung deh berhenti foto-foto di sana. 😉

DSC03508

Anggota keluarganya sekarang nambah 1 :P

Anggota keluarganya sekarang nambah 1 😛

Kami sampai di Solok sekitar jam 9 malam. Kalo musim lebaran jalan-jalan ke Sumbar, kudu siap-siap kena macet yah. Kemaren itu kami stuck di Danau Singkarak selama kurang lebih 2 jam. Ya mesti sabar hati hehehe. Untungnya saya udah booking hotel di Solok, jadi gak perlu was-was gak dapat penginapan. 🙂

Keesokan paginya, sebelum lanjut jalan ke Danau Kembar, saya dan Abang pergi ziarah dulu ke makam almarhum papanya Abang. Ini kali kedua saya pergi ke sana. Sebelumnya saya pergi waktu dinas ke Padang bulan Oktober lalu, tapi itu juga udah sore ke sananya. Nah kemarin, pergi ke makam almarhum papa mertua di pagi hari trus langsung tercengang lihat pemandangan yang cantik ini. 🙂

DSC03563 DSC03579Oh ya, ada banyak hal tak terduga yang terjadi selama jalan-jalan kemarin. Salah satunya adalah kami tidak jadi pergi ke Danau Kembar. Lah kok bisa? Bukan, bukan karena kita mendadak merubah rencana. Melainkan karena kami kesasar! Eh tepatnya, mobil saya dan Abang kesasar. 😆

Jadi gini, saat keluar dari Solok, mobil yang dibawa sama Abang berada di barisan paling depan. Udah pede banget nih kita di depan. Tiga mobil lain mah ngikut yah di belakang. Nah, waktu itu saya memang ngantuuuuk banget. Jadi saya ketiduran dong nih selama jalan. Saya sempat tersadar beberapa kali gara-gara Abang bangunin nanya soal arah jalan menuju Danau Kembar. Saya cuma ingat jawab begini doang ke Abang :

“Ikutin aja, Bang, mobil yang di depan. Pada mau ke Danau Kembar semua kok itu. Pokoknya nanti di kiri kanan jalan ada kebun teh.”

Setelah ngomong gitu saya tidur lagi.

Dan tiba-tiba, mobil kita diketok-ketok aja gitu dari luar. Ternyata yang ngetok itu om saya yang keluar dari mobil satunya saat kami sedang terjebak macet di….. Sitinjau Laut yang mengarah ke Padang. Lah, kalo mau ke Danau Kembar kan kudunya naik gunung, ini kita malah turun gunung kakakkk. 😆

Jadi kalo cerita dari ayah saya, Abang nyetirnya ngebut banget. Tiga mobil lain sampai susah payah ngejar. Trus ayah ngelihatnya kok ini mobil lurus mulu dan malah semakin menurun. Itu kan ke Padang! Mau balik arah juga susah soalnya tikungan dan tanjakannya curam banget. Jadi ya sudahlah kita lanjutkan saja perjalanan ke Padang.

So, Padang…. here we come! 🙂

Anyway, kami ngapain di Padang? Gak ngapa-ngapain kok. Cuma numpang lewat dan numpang makan doang. Karena rencana kembali berubah : kami mau main ke pantai di Pariaman! 🙂

Tapi karena di perjalanan tiba-tiba lihat Masjid Raya Sumatera Barat yang besar dan megah banget, jadi penasaran untuk lihat ke dalamnya. So, mampirlah kami di masjid raya tersebut.

DSC03620 Well, masjid ini sebenarnya belum 100% jadi. Tapi bulan Ramadhan kemarin masjid ini udah dipakai untuk sholat tarawih selama sebulan penuh. Kita udah bisa sholat di sana walaupun di bagian halaman masjid masih belum rapi.

Masjid ini jika dilihat sekilas bentuk bangunannya mirip atap begonjong. Tapi katanya sih bangunan ini bentuknya menyerupai kain pembawa hajar aswad yang dibentangkan dan membentuk 4 sudut. Yang paling bikin saya terkagum-kagum dengan masjid ini adalah ukiran di bagian atapnya. Ada banyak lafadz Allah dan Muhammad yang terukir di sana. Cakep banget!

DSC03604Bagian dalam masjidnya juga keren. Sajadahnya empuuuuk. Nyamaaan banget. Dan meskipun tanpa pendingin ruangan atau kipas angin, tapi karena posisi bangunan yang dibuat agak tinggi dan banyaknya celah untuk udara masuk, membuat masjid ini terasa sangat adem! Betah banget deh saya lama-lama diam di dalam masjidnya. 🙂

DSC03593 DSC03599Setelah puas mengitari masjid, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pariaman. Waktu tempuh dari Padang ke Pariaman normalnya kurang lebih 1,5 jam, tapi karena kemarin macet, jadi kami membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam untuk sampai di Pariaman.

Pantai yang ingin kami tuju awalnya adalah Pantai Gondariah. Tapi karena rame dan jalan ke sana macet banget, akhirnya kami memutuskan untuk mampir ke Pantai Pauh. Foto-foto bentar di sana trus pulang deh. Masuk ke pantainya gak bayar apa-apa, cuma bayar uang parkir aja. 🙂

DSC03639

Pantai Pauh, Pariaman – Sumatera Barat

Dari Pariaman, kami melanjutkan perjalanan menuju Bukittinggi. Coba lewat Padang Panjang, tapi macetnya ampun-ampunan. Gak gerak sama sekali. Akhirnya dapat saran dari salah seorang teman, untuk lewat Malalak. Rutenya : dari Pariaman, lanjut ke Sicincin, trus ada plang arah jalan ke Malalak. Tinggal ikuti saja jalannya karena papan petunjuk jalan cukup jelas. Jalan tersebut adalah jalan alternatif dari Padang/Pariaman menuju Bukittinggi. Gak pake macet, tapi jalannya cukup berkelok-kelok dan di salah satu sisinya adalah jurang yang curam. Yang penting mah kudu hati-hati aja. 🙂

Anyway, kami memutuskan nginap semalam di Bukittinggi. Emang dapat penginapan? Oh, tentu tidak. Penginapan di Bukittinggi kalo peak season begini pastinya udah full booked semua sejak seminggu atau bahkan mungkin sebulan lalu. Tapi alhamdulillah malam itu kami tetap dapat tempat untuk menginap. Sebuah rumah kecil sederhana yang nyaman di lingkar luar Bukittinggi. Per malamnya Rp500.000 dan bisa muat banyaaaak banget. Yang mau nomor kontaknya bisa japri saya ke email ya. 🙂

Di hari ketiga, sebelum pulang ke Pekanbaru, kami lagi-lagi pergi tanpa rencana ke Panorama Ngarai Sianok. Di sana kami juga mengunjungi Janjang Koto Gadang atau The Great Wall of Sumatera Barat yang lagi super hits. Dilanjutkan dengan beli kaos Kapuyuak yang super famous itu. 🙂

DSC03950

The Great Wall of Sumatera Barat

Meskipun capek, tapi I’m totally happy! Acara jalan-jalan tanpa rencana dan itinerary yang jelas ini malah membawa kami menjelajah pengalaman baru. Alhamdulillah banget yah. 🙂

So, next trip kira-kira akan jalan ke mana lagi nih? 😉

44 thoughts on “Jalan-Jalan (Tanpa Rencana) ke Sumatera Barat

  1. Shaula Safira

    Wah berarti Kak Lia termasuk dalam rombongan-rombongan plat ‘luar’ yg ke ranah minang ya kemarin ini 😁 jalan-jalan ke Sumbar pada saat lebaran emang selalu padat di jalan dan objek wisata selalu rame. Saya mudik ke Bukittinggi lebaran kemarin ini saja jalan jam 10 malem, balik jam 4.30 sebelum subuh biar ngehindarin macet 😀 ke objek wisata Tarusan Kamang penuh banget sama mobil jd akhirnya kita jalan berkilo-kilo meter deh udah kaya hiking tp bergamis-gamis baju lebaran😂

    Like

    Reply
  2. arip

    Eh itu asli ada tembok Cina kw juga? Bangunan sejarah atau baru tuh? Duh ngiler pengen vakansi juga ke Sumatera.
    Kalau di sana touring-nya naek mobil, saya sih kemarin libur lebaran cuma modal momotoran jalan Raya Pos Anyer-Panarukan. Mungkin bisa nanti ekspedisi motor di pulau ini.

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Iya tembok cina kw ala ala sumbar hehe. Kalo rute trekking ke puncaknya itu dari dulu memang udah ada. Tapi anak tangga dan bangunan ‘tembok cina’ nya baru dibangun dan diresmikan tahun 2013 lalu. 🙂

      Like

      Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Iya mba, alhamdulillah walau tanpa rencana tapi tetap puas jalan-jalannya karena dapat view yang juga cakep-cakep 🙂

      Bawa rendang buat stok selama di Belgianya mbaaa hihihi

      Like

      Reply
  3. mawi wijna

    Hooo, klo urusan wisata jadinya orang Riau larinya ke Sumbar ya? Baru tahu. Tapi iya ya, di Riau kurang banyak obyek wisata menarik. Banyaknya kebun sawit, hehehe.

    Eh, tapi pas lewat Bangkiang itu nggak mampir ke Candi Muara Takus mbak? Kan itu wisatanya Riau. Apa rame juga pas libur lebaran gini?

    Salah satu yang saya suka dari Padang. Orang-orang sana total sekali kalau bikin masjid. Dapat dana dari para perantau mungkin ya, hehehe. 😀

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Iya mas Mawi. Sumbar jadi ‘tempat pelarian’ orang Riau saat musim liburan. Ya maklum, di Riau pilihan objek wisatanya gak banyak. 😀

      Kemarin gak mampir Muara Takus karena ngejar waktu juga buat sampai ke Sumbar. Tapi saya pribadi pengen main ke Candi Muara Takus cuma belum kesampean nih mas. Mudah-mudahan ntar bisa segera jalan-jalan ke sana.

      Iya bener. Waktu di Solok juga saya nemu masjid yang cakep banget.

      Like

      Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Di Solok, Mas. Dan memang perjalanan ke sana melewati sawah dan kebun-kebun 🙂

      Semoga saat Mas Alris pulkam, masjid raya Sumbar udah 100% selesai ya. Pasti makin rancak! 😀

      Like

      Reply
  4. Gara

    Ternyata, alih-alih ke Danau Kembar, semua mobil itu kembali ke Padang sehingga rombongan pun mengikuti :hihi. Tapi itu detour yang menyenangkan, soalnya bisa melihat beberapa tempat wisata yang baru dan tidak kalah unik :)). Saya mesti setuju, entah mengapa, kadang perjalanan tanpa rencana justru bisa berujung pada mengunjungi tempat-tempat wisata yang kaya cerita, sedangkan perjalanan yang semestinya direncanakan pun kadang berujung pada pembatalan atau ada sesuatu yang kurang :hehe.

    Like

    Reply
    1. liandamarta.com Post author

      Betuuuuul banget. Perjalanan yang tanpa rencana justru membawa kita ke sebuah perjalanan yang banyak cerita menarik di dalamnya. Dan pastinya, kalo tanpa rencana, udah jelas dari awal pergi bakal low expectation kan, jadi benar-benar bisa menikmati setiap inci perjalanan itu sendiri 🙂

      Liked by 1 person

      Reply
  5. Eka Novita

    Wah samaan ya mbak Lia, aku juga jalan-jalan lebarannya ke Sumbar. Sayang banget kami ga mengunjungi Mesjid Raya-nya. Bagus banget!. Next time, saya harus kesana kali yaaa…

    Like

    Reply
  6. Pingback: Tips Liburan di Sumatera Barat Saat Peak Season | liandamarta.com

  7. Pingback: Tips Menjalani Program Diet Mayo | liandamarta.com

  8. Pingback: Backpacker Story : Dari Singapore ke Kuala Lumpur | liandamarta.com

  9. Pingback: #CeritaTanggal7 : Tentang Bucket List | liandamarta.com

  10. Pingback: #CeritaTanggal7 : Catatan Perjalanan | liandamarta.com

  11. Pingback: Cerita Lebaran Tahun 2020 / 1441 H | liandamarta.com

  12. Pingback: Destinasi Wisata di Bukittinggi | liandamarta.com

  13. Pingback: Jalan-Jalan Lebaran (2019) : Singapore dan Johor Bahru | liandamarta.com

Share your thoughts!