[Kelas Inspirasi] Cuti Sehari, Seumur Hidup Menginspirasi

…dan (juga) terinspirasi. 🙂

Jadi, hari Senin tanggal 16 Juni 2014 yang lalu, saya dan kurang lebih 50 orang lainnya mendapat tugas untuk memberikan inspirasi pada anak-anak di beberapa SD marginal di Pekanbaru. Inspirasi yang diberikan adalah seputar profesi yang dijalankan sehari-hari. Tujuannya agar anak-anak di SD-SD marginal tersebut dapat tetap bersemangat meraih cita-cita mereka.

Tapi ternyata, kami tidak hanya memberikan inspirasi. Karena kami pun juga terinspirasi. Iya, terinspirasi oleh anak-anak dari SD marginal itu. 🙂

***

Pagi itu, kelompok saya yang terdiri dari 6 relawan pengajar, 2 orang fotografer, dan 1 orang fasilitator, berkumpul di gedung KNPI untuk berangkat bersama menuju SDN 135 di Desa Melebung. Kami akan berbagi inspirasi dengan anak-anak di SD tersebut. Jarak tempuh menuju SDN 135 yang mencapai puluhan kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam membuat kami harus berkumpul lebih pagi dengan harapan dapat mengikuti upacara Senin pagi di sekolah tersebut.

Sekitar jam 7 kurang kami memulai perjalanan menuju Desa Melebung. Perjalanannya sangat jauh dan melelahkan. Akan tetapi, rasa kantuk karena harus bangun lebih pagi dan rasa lelah karena perjalanan yang jauh, seketika hilang saat kami melihat anak-anak SDN 135 sedang berbaris rapi di depan ruang guru, menunggu kedatangan kami. Ya, walaupun kami tidak bisa mengikuti upacara, tapi melihat mereka berbaris rapi menunggu kehadiran Bapak/Ibu guru ‘dadakan’ ini sudah membuat kami bahagia. 🙂

DSC06520Sebelum masuk kelas, kami para relawan guru terlebih dahulu menyapa anak-anak SDN 135. Sapaan ringan dengan nyanyian memulai hari inspirasi di SD tersebut. Hari itu, kami secara bergantian akan mengajar di setiap kelas yang terbagi ke dalam 4 ruangan. Di masing-masing ruang, kami diberikan waktu kurang lebih 30 menit untuk berbagi inspirasi.

Saya mendapat giliran pertama untuk mengajar di kelas 2. Jumlah anak di kelas 2 ada 9 orang, akan tetapi hari itu hanya 7 orang yang datang. Mereka semua semangat menyambut Bu Guru Lia untuk bermain dan belajar bersama. 🙂

DSC06568 DSC06589DSC06709 DSC06713Jujur, tidak gampang menyampaikan profesi yang saya jalani saat ini kepada mereka. Oleh karena itu, saya lebih banyak mengajak anak-anak itu untuk bermain dan menggali pengetahuan mereka tentang profesi yang ada di dunia ini. Saya juga mengajak mereka untuk menuangkan cita-cita dan mimpi mereka ke dalam gambar, kemudian saya minta mereka untuk maju ke depan menceritakan cita-cita dan mimpinya kepada teman-teman sekelasnya. Meskipun malu-malu, tapi semuanya berani loh maju ke depan kelas. 🙂

Bicara soal cita-cita, kebanyakan dari anak perempuan ingin menjadi guru. Sedangkan yang laki-laki ingin menjadi pemain sepakbola. Ada juga yang ingin menjadi TNI, koki, dokter, dsb. Ah, semoga semua mimpi dan cita-cita itu terkabul ya! 🙂

Selain saya yang saat ini berprofesi sebagai seorang HRD dan recruiter, ada 5 orang relawan pengajar lainnya dari profesi yang berbeda-beda. Ada public relation, arsitek, fotografer, community organizer, dan guru bahasa inggris. Masing-masing punya cara yang unik dan seru dalam mengajar anak-anak di SDN 135 itu. So pasti bikin anak-anak makin semangat menjalani hari inspirasi di sekolahnya itu! 😉

DSC06617 DSC06627Well, di balik keseruan dan keceriaan para pengajar di SDN 135, ada juga hal-hal yang membuat kami terharu dengan kehidupan anak-anak di Desa Melebung. Saat proses belajar mengajar sudah mulai selama beberapa jam, kami kedatangan anak-anak dari sebuah Kelompok Belajar (pokjar) yang berjarak kurang lebih 10 km dari SDN 135. Dan anak-anak itu datang dengan…. berjalan kaki! Iya, mereka jalan kaki sejauh kurang lebih 10 km di bawah terik matahari yang aduhai panasnya ini.

Terharu? Banget!!! :’)

Mereka rela jalan kaki jauh-jauh untuk belajar loh. Itu yang bikin hati saya hangat dan terharu dengan perjuangan mereka itu. Saya langsung merasa malu juga karena saya sendiri masih suka ogah-ogahan belajar di saat segala fasilitas dan kenyamanan sudah saya dapatkan.

Cerita lainnya adalah tentang anak-anak di SDN 135 yang punya keinginan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, namun seringkali terbentur dengan izin dan dukungan dari orang tua. Baik itu dukungan secara finansial, maupun dukungan moral. Mayoritas orang tua anak-anak ini memang ‘hanya’ bekerja sebagai buruh di kebun sawit. Jadi, memang hampir semua anak-anak di Desa Melebung, hanya sekolah sampai tingkat SD saja. Selanjutnya mereka bekerja membantu orang tuanya di kebun sawit.

Bahkan, beberapa anak dari kelas 1 sampai kelas 6, ada yang sudah bekerja menjadi buruh harian. Mulai dari mendodos sawit, membersihkan hama, dsb. Semuanya dilakukan di siang hari, seusai sekolah. Kondisi finansial keluarga yang ‘pas-pasan’ membuat mereka harus ikut banting tulang bekerja membantu orang tuanya. Sementara hmm saya? Kadang masih susah merepotkan orang tua. Ah, saya jadi merasa terharu dan malu pada diri saya sendiri. 😦

Dan oh ya, jangan lupakan juga kondisi tempat tinggal mereka yang tidak ada listrik. Mereka hanya mengandalkan diesel dari jam 6 sore sampai jam 11 malam. Sisanya? Ya tidak ada listrik. Lagi-lagi saya malu sama mereka. Soalnya, saya kadang masih suka mengeluh kalo PLN matiin listrik. Tidak sepantasnya saya mengeluh ya, karena ternyata masih ada yang kondisinya lebih parah dari apa yang saya alami selama ini.

Anak-anak dan Bapak/Ibu guru di SDN 135 Desa Melebung ini, mungkin merasa beruntung dengan kedatangan kami, relawan pengajar Kelas Inspirasi Pekanbaru. Tapi tanpa mereka sadari, kami (atau mungkin lebih tepatnya, saya) merasa berkali-kali lipat lebih beruntung karena saya punya kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak di SDN 135. Bermain dan belajar bersama mereka. Berbagi keceriaan dan kebahagiaan bersama mereka. Saling menginspirasi satu sama lain. 🙂

DSC06580DSC06723 DSC06629 It’s really a things that money can’t buy. Sebuah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Dan pastinya menjadi sebuah pengalaman yang ingin saya ulang kembali. 🙂

The happiest people are not those who getting more, but those who giving more” – H. Jackson Brown, Jr.

Terima kasih, anak-anak SDN 135, atas satu hari indah yang benar-benar ingin saya ulangi lagi. Kesederhanaan kalian membuat saya benar-benar belajar untuk mensyukuri apa yang sudah saya miliki saat ini. Kalian membuat saya ingin berhenti mengeluh terhadap keadaan yang (mungkin) bagi saya tidak mengenakkan. Kalian juga inspirator ulung! Terima kasih, kiddos! Bu guru rinduuuuu sekali sama kalian semua. :’)

Dan, untuk panitia Kelas Inspirasi Pekanbaru, terima kasih atas kesempatannya. Kegiatan ini keren banget! Semoga konsisten untuk terus mengadakan Kelas Inspirasi ini setiap tahunnya dan semakin banyak lagi sekolah-sekolah marginal yang dikunjungi.

Terima kasih! Kalian semua luar biasa! 🙂

DSC06762 DSC06767 DSC06768***

Pajri“Lokasi lahir boleh di mana saja, tetapi lokasi cita-cita harus di langit sana!” – Pajri, siswa kelas 2 SDN 135 Desa Melebung, Kec. Tenayan Raya Pekanbaru (Photo by : Bayu Amde Winata)

31 thoughts on “[Kelas Inspirasi] Cuti Sehari, Seumur Hidup Menginspirasi

  1. Lorraine

    Ya ampun Lia, anak-anak itu tiap hari jalan 10 km kesekolah pulang pergi? Aku jadi terharu dan berterima kasih untuk privilege yang aku punya. Semoga adik2 ini dapat meraih ilmu & mempunyai masa depan cerah ya.

    Dan salut untuk kamu yang jadi relawan, ada sumbangan ke masyarakat sekitar.

    Aku suka foto-fotonya dipost ini Lia. Pure & fun.

    Like

    Reply
    1. liamarta Post author

      Anak-anak yang jalan kaki 10 km itu sebenarnya gak sekolah di SDN 135 ini mbak. Mereka sekolah di pokjar cabang dari SDN 135, tapi karena kemarin ada kelas inspirasi di SDN 135, mereka semangat ingin ikut dan rela jalan kaki sejauh itu 🙂

      Terima kasih mbak Yoyen. Semoga apa yang aku dan teman2 lakukan bisa bermanfaat banyak untuk kehidupan mereka ya mbak 🙂

      Like

      Reply
  2. Baginda Ratu

    Kereeennnn, Liaaaa….! Topppp! Semoga kegiatan positifi model begini dicatatkan sebagai pahala, ya. Aamiin..
    Aku sukaaaa semua fotonya, tapi yg terfavorit tentu yang terbawah.. 🙂

    Like

    Reply
    1. liamarta Post author

      Amin mbaaaa 🙂
      Iya foto yang di bawah itu juga foto favorite aku. Dan si anak di foto itu juga anak favorite aku hahaha, gemesin dia 😀

      Makasih ya mbaaa 🙂

      Like

      Reply
  3. Puji

    Selalu terharu baca cerita seperti ini, dan aku pun jadi malu sama diri sendiri yang suka ngeluhin hal ga penting :(. Thank you for sharing mba. May God be with them and you as well.

    Like

    Reply
    1. liamarta Post author

      Iya bener mba, aku malu banget sama diriku sendiri masih suka ngeluh-ngeluh. Makanya ini bertekad untuk gak mau ngeluh-ngeluh lagi 😦

      Sama-sama mbak Puji. Amin amin 🙂

      Like

      Reply
  4. Eka Azzahra

    Alhamdulillah adik-adik pada semangat walaupun musti item gosong tiap hari kebakar panas matahari. Dan salut juga utk guru-gurunya dengan upah yg sangat minim tetap semangat untuk berbagi ilmu (setauku guru honor itu upahnya sekitar 300 -500 rbu aja lho). Terharu terharu !.

    Like

    Reply
    1. liamarta Post author

      Iya, Eka. Mereka semua semangat sekali untuk belajar. Wah, aku baru tau kalo memang honor guru itu ‘hanya’ segitu. Tapi mereka memang ikhlas mengajar dan merasa ada kepuasan batin melihat anak-anak didiknya sukses 🙂

      Like

      Reply
      1. Eka Azzahra

        Iya Kak, mamak-ku kebetulan juga guru jd aku tau betul susahnya jd guru. Tp gimanapun susahnya, mamakku seneng bgt pas ngeliat mantan anak muridnya yg udh dewasa hidup dg baik. Entah dpt beasiswa kemana, atau kerja dimana, atau sudah menikah dan punya anaka. Gitu lah Kak. InsyaAllah kan balasannya pahala. Semangat terus yaaa pengajar Kelas Inspirasi 🙂

        Like

        Reply
        1. liamarta Post author

          Iya bener. Ada kepuasan batin ya kalo lihat anak-anak didik jadi orang yang sukses, atau minimal lulus dengan nilai yang bagus deh.

          Siap.. makasih Eka 🙂

          Like

          Reply
  5. sondangrp

    Liaaaa kalo ngeliat yang kayak begini aku berasa menghidupkan kembali cerita Laskar pelangi itu loh. Gimana perjuangan buat sekolah. Merinding ya, dengernya. Semogaaa semua mereka diberikan kesempatan buat maju ya, dan berguna bagi sekitarnya. Salah seorang temenku suaminya kan lulusan itb, dari daerah yg kecil juga, dan dia bilang satu-satunya cara merubah kehidupan seseorang dengan pendidikan, bukan dengan ngasih modal atau apapun yg sifatnya material. Dengan pendidikan, biasanya org tsb juga akan bisa meneruskan ke orang lain pengetahuan yg dimilikinya. Ahterharu aku.
    Aku sukaaa foto fotonya dan caption foto terakhir juaraaaa. Ah semoga guru-guru di sana juga dikuatkan dan…pemerintah tolooong dooong diperhatikan kesejahteraan merekaaaa

    Like

    Reply
    1. liamarta Post author

      Iya mbaaaa.. Aku suka banget cerita-cerita perjuangan tentang pendidikan di daerah-daerah pelosok gitu, kayak film Laskar Pelangi, Serdadu Kumbang, Sokola Rimba.. dan aku pengen banget dari dulu bisa kayak di film2 itu, ngajar di pedalaman2, tapi aku ndak pernah lolos jadi Pengajar Muda nya Indonesia Mengajar. Baru ada kesempatan ya di Kelas Inspirasi ini hehehehe

      Setuju mbak. Ilmu pengetahuan itu kan sesuatu yang sangat mahal ya, dan bisa mengubah kondisi suatu masyarakat. Semoga kondisi mereka diperhatikan oleh pemerintah biar mereka bisa mendapatkan informasi dan pendidikan yang lebih baik dari yang ada sekarang ya mba. Amiiiin 🙂

      Like

      Reply
  6. Messa

    jalan kaki 10 km, wow… kita jalan kaki bentaran aja udah pada ngomel2 kali ya? 😀 keren kegiatan kamu ini Lia. btw fotonya bagus2, apalagi yg terakhir. kayaknya aku pernah follow blog mas Bayu Winata itu dulu, tapi sekarang ilang dari readerku 😀 kalo nggak salah dia salah satu pemenang Adira Faces of Indonesia 2013 atau 2012 kan ya…

    Like

    Reply
    1. liamarta Post author

      Iya mbak Messa, dan itu cuacanya panas terik loh trus yang jalannya tanah dan berdebu gitu hiks hiks. Mbak Messa, ayo ikutan Kelas Inspirasi yang di Balikpapan mbak 🙂 tanggal 18 Agustus kata panitianya..

      Eh ternyata mbak Messa kenal sama mas Bayu ya. Iya dia fotografer dan jurnalis yang tulisannya udah dimana-mana hahaha. Kebetulan kemarin sekelompok sama aku di SDN 135 🙂

      Like

      Reply
  7. Kiky

    10km ke sekolah terus balik 10km,ditambah panas matahari setelah itu bantuin orangtuanya dodos sawit. Serius aku kagum sama mereka kak,aku yg lebih besar dari mereka aja gak kuat jalan 10km apalagi dodos sawit,pulang kuliah aja leyeh leyeh. Thanks kak ini inspiring bangeeett ❤

    Like

    Reply
    1. liamarta Post author

      Hai Kiky 🙂
      Iya, cerita anak-anak ini soo inspiring. Semoga bikin kita jadi lebih rajin lagi yaa.. Ayo kamuuu semangat kuliahnyaaa! Jangan mau kalah sama anak2 di Desa Melebung! 😉

      Like

      Reply
  8. @MrsPrasstyo

    Aduh aku salut banget dengan kegiatan seperti ini.. aku selalu punya cita – cita seperti ini tapi kadang waktunya yang susah dicari, Jaman dulu waktu SMA sekolah pernah bikin acara begini.. Semoga ya ada kesempatan dan cara seperti ini di Jakarta

    Like

    Reply
  9. amirat

    Itulah alasan mengapa saya msih brtahan utk mengajar d melebung,bnyak hal-hal membanggakan dri ank-ank meskipun dlm keterbatasan dlm segala hal.meski banyak cemooh dri tmn-tmn yg slalu memanggil aku dgn sebutan MARGINAL.trserah apa kta mrka,yg pnting otak kita tak marginal bukan!

    Like

    Reply
    1. liamarta Post author

      Iya ibu. Abaikan saja cemooh dari teman2 dan selalu ingat bahwa ketika kita berbuat baik kita pun akan mendapatkan kebaikan juga 🙂 Anak2 di Melebung semuanya memberikan inspirasi bagi kami relawan pengajar Kelas Inspirasi SDN 135 Melebung, bu. Salam hormat untuk bapak Kepala Sekolah dan semua guru di sana. Salam sayang untuk adik2 SDN 135 Melebung ya ibu. 🙂

      Like

      Reply
  10. Pingback: Best of 2014 | My Life, My Story

  11. Pingback: Setitik Asa untuk Kampung Melebung | liandamarta.com

  12. Pingback: Serunya Bermain di Festival Anak Jujur 2016 | liandamarta.com

Share your thoughts!