Tentang Autisme dan World Autism Awareness Day

Kemarin (2 April 2011-red) diperingati sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day. Dalam rangka memperingati World Autism Awareness Day, saya ingin do something untuk anak-anak autis di seluruh penjuru dunia. Mungkin belum banyak yang bisa saya lakukan. Tapi paling tidak, dengan segala keterbatasan kemampuan dan ilmu yang saya punya, saya berusaha untuk mengingatkan teman-teman agar peduli pada anak-anak dengan Autisme Spectrum Disorder, dan berhenti menggunakan istilah “Autis” dalam candaan sehari-hari kita.

Mungkin banyak di antara teman-teman yang masih sering mengatakan “duh, gue lagi autis nih” atau “eh dasar autis lo!” dan candaan-candaan lainnya yang menggunakan istilah “Autis”. Jujur, saya dulu juga begitu. Jauh sebelum saya mengenal apa itu Autisme. Yang terlintas dalam benak saya dulu hanyalah merasa keren karena menggunakan istilah tersebut. Saya gak tau, apa teman-teman yang lain juga merasa hal yang sama ketika menyebutkan kata “Autis” untuk menganalogikan suatu kondisi ketika teman-teman lagi sendirian atau ketika sedang mengolok-ngolok teman lainnya.

Seperti yang diungkapkan Pandji Pragiwaksono dalam salah satu artikelnya tentang fenomena penggunaan istilah autis tersebut, semakin kesini semakin banyak istilah tersebut digunakan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan dengan maraknya fenomena blackberry atau gadget lainnya yang meminimalisir interaksi antar manusia di dunia nyata. Kondisi tersebut dianggap sebagai kondisi yang “Autis” bagi mereka yang tidak mengetahui apa arti dari “Autis” itu sebenarnya.

***

Apa sih autisme itu?

Istilah Autisme pertama kali dikemukakan oleh Dr Leo Kanner pada tahun 1943. Ada banyak sekali definisi tentang autisme yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Treatment and Educational of Autistik and Communication Handicapped Children Program (TEACCH) dalam Wall (2004) yaitu : autism is a lifelong developmental disability that prevents individuals from properly understanding what they see, hear, and otherwise sense. This results in severe problem of social relationships, communication, and behavior.

Anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder biasanya kurang dapat melakukan kontak sosial. Mereka cenderung menyendiri dan menghindari kontak dengan orang. Orang dianggap sebagai objek, bukan sebagai subjek yang dapat berinteraksi dan berkomunikasi. Lorna Wing dan Judy Gould mencetuskan istilah “Wing’s Triad of Impairment” untuk mendiagnosis autistik, yang dibagi dalam tiga aspek yaitu : perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi & bahasa.

Faktor penyebab Autisme sendiri sampai sekarang belum benar-benar ditemukan. Tapi yang menjadi dugaan utama penyebab munculnya syndrome Autisme ini adalah karena faktor neurobiologis dan faktor psikososial. Dari yang saya pelajari, simptom Autisme mulai bisa dikenali sebelum anak berusia 3 tahun. Terutama ketika anak tidak dapat melakukan kontak mata dengan orang lain. Untuk penyembuhannya sendiri setau saya gangguan ini belum bisa disembuhkan. Tapi bisa dilakukan terapi atau intervensi untuk mengatasi permasalahan yang terkait 3 aspek tersebut, sehingga paling tidak anak-anak Autis dapat menjalani kehidupan selayaknya anak-anak normal lainnya.

***

See? Istilah “Autis” bukanlah istilah sembarangan. Ini adalah suatu gangguan yang sangat kompleks yang tentunya tidak bisa dijadikan ajang keren-kerenan untuk dipakai becanda. Karena tanpa kita sadari, ketika kita menggunakan istilah tersebut untuk bahan candaan atau bahan lelucon sehari-hari, mungkin ada banyak hati yang tersakiti mengingat adanya orang-orang terdekat mereka yang mengalami kondisi seperti ini. Who knows, kan?

Jadi saya berusaha mengingatkan teman-teman untuk tidak lagi menggunakan istilah “Autis” ini di kehidupan sehari-hari kita. Bukan hanya istilah “Autis”, tapi juga istilah-istilah lainnya seperti “Idiot”, “Cacat Mental”, “ADHD”, dsb. Marilah kita sama-sama menunjukkan kepedulian kita terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Salah satunya dengan cara yang sederhana seperti ini. Mudah-mudahan tulisan saya kali ini bisa menjadi bahan pelajaran dan bahan teguran buat teman-teman semua..

Anak-anak berkebutuhan khusus itu tidak aneh. Mereka hanya berbeda. Mereka juga punya keinginan sama seperti yang lainnya,… ingin diterima apa adanya. Kalau Anda peduli dengan mereka, tolong hentikan penggunaan kata Autis sebagai candaan dan hinaan. It hurts, even they can not show their feelings.

Let’s Care Children with Autism Spectrum Disorder, and please STOP using “Autism” word in our daily jokes!

Sumber : Autis.info, dan buku “Memahami Anak Autistik (Kajian Teoretik dan Empirik)” karangan Joko YuwonoPicture taken from : World Autism Awareness Day

Yuwono, Joko. 2009. Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik). Bandung: Alfabeta.

Original Post : postingan dari blog lama. 😉

21 thoughts on “Tentang Autisme dan World Autism Awareness Day

  1. Marialc

    Iya ya, betul banget. Kadang suka asal ngomong autis tanpa tau arti yang sebenernya yg mana ga pantes juga kalau dipikir2 kita menjuluki org kayak gitu walaupun cuma becanda. Thanks for the reminder ya mba 🙂

    Like

    Reply
  2. yuniamelia

    pernah ssekali pake autis buat lucu-lucuan ngatain teman dan akhirnya sadar sendiri kalo itu bukan becandaan.

    Like

    Reply
  3. Ira

    dan mengingatkan orang untuk ga pakai istilah itu tuh suka butuh kesabaran ekstra.
    aku pernah dijutekin pas ngingetin untuk ga pakai istilah itu sembarangan, alasan orangnya karena istilah itu udah jadi terlalu biasa, mangkanya terus dipakai
    eeerrr -___-“

    Like

    Reply
    1. liamarta Post author

      Bener banget nih teh iraaa.. Kadang orang suka jutek ya kalo dikasih tau yang benernya. Trus malah suka nganggap kita yang ngasi tau itu yang berlebihan. -___- Karena ya itu, mereka anggap ini hal biasa, belum pernah ada di posisi keluarga anak2 berkebutuhan khusus kali yaa..

      Like

      Reply
    1. liamarta Post author

      Hai mbak Jo 🙂

      Wah senangnya bisa berkesempatan mengajar di sekolah berkebutuhan khusus gitu mba. Pasti seru dan menyenangkan sekali ya 🙂 Aku pun punya keinginan sejak lama ingin jadi psikolog anak yg concern dg anak2 berkebutuhan khusus, supaya bisa bantuin mereka semua 🙂

      Sama2 mba, semoga lebih banyak lagi yang peduli ya mba.. Amiiiin..

      Like

      Reply
      1. joeyz14

        Iya seru Lia tapi fisik ku gak kuat. Karna jarak yg jauh dan bis jya susah. Btw kalo kamu tertarik coba aja jd staff pengajarnya. Nama sekolah tmpt aku ngajar dulu: sekolah cita buana. Guru2nya emang mostly backgroundnya psikologi.good luck for u ya Lia 🙂

        Like

        Reply
  4. amy syahmid

    makasih sudah diingetin mbak 🙂
    dulu kadang masih suka canda2an sm teman pake istilah itu, kebawa sm tren sepertinya, tpi udah nggak jarang skrang, nggak mau ngulangin lagi deh *sungkem* 😀

    Like

    Reply
    1. liamarta Post author

      Hihi sama saya juga, sebelum terjun ke dunia psikologi mah saya suka banget becandaan pake istilah2 gitu. Sekarang udah ga mau lagi deh.. Saling ingetin aja mba 😉

      Like

      Reply
  5. Pingback: Sebuah Tulisan untuk World Autism Awareness Day 2016 | liandamarta.com

  6. Pingback: Mimpi Saya untuk Anak Autis di Indonesia | liandamarta.com

Share your thoughts!