Photo by Roni Azhar
Sejak pindah ke Pekanbaru bulan Februari lalu, jujur aja saya mengalami that-so-called culture shock yang luarrr biasa. Culture shock di tanah kelahiran saya sendiri. Aneh, ya? 🙂
Saya lahir di Pekanbaru 24 tahun silam. Hanya ‘numpang’ lahir, karena kedua orang tua saya bekerja di Batam. So, saya menghabiskan masa-masa remaja saya di kota yang bertetanggaan dengan Singapura dan mayoritas penduduknya adalah pendatang itu. Di penghujung tahun 2006, beberapa bulan sebelum Ujian Nasional SMA, saya, Mama, dan adik-adik mengikuti Ayah yang udah lebih dulu pindah ke Pekanbaru. Ketika pindah pertama kali ke kota ini, saya belum terlalu merasakan perbedaan yang signifikan. Yaa, palingan gaya pergaulan di sekolah aja yang saya rasa cukup berbeda dengan di Batam. Pernyataan “si ini anak si pejabat itu, si itu anak kepala dinas ini” sangat sering saya dengar selama beberapa bulan saya sekolah di sana. Pertengahan 2007 saya pindah ke Bandung, melanjutkan studi di sana. Sampai akhirnya awal Februari 2013 kemarin saya ‘secara terpaksa’ kembali lagi ke kota ini setelah sempat mencicipi pahit manisnya bekerja di ibu kota.
Di masa-masa saya bekerja di Pekanbaru inilah, saya mulai sering merasakan ketidakcocokan dan kecanggungan ketika berinteraksi dengan orang-orang di sini. Dan itu bikin saya stress banget. Buat teman-teman yang baca postingan blog saya di awal-awal kepindahan saya, pasti bisa melihat kegalauan saya selama tinggal dan bekerja di sini. Entah udah berapa kali pula, saya merengek minta diizinkan untuk bisa bekerja kembali di ibukota, atau at least di Batam deh. Yang penting keluar dari Pekanbaru.
Sampai segitunya? Iya. 🙂
Berbulan-bulan saya berusaha untuk tetap beradaptasi dengan lingkungan di sekitar saya. Hingga akhirnya di bulan September yang lalu, untuk pertama kalinya saya mengikuti kelas perdana Akademi Berbagi Pekanbaru. Niat awalnya ikutan kelas karena ingin mencari kesibukan atau kegiatan lain di luar rutinitas ke kantor. Makanya after class, saya sempatkan ngobrol dengan beberapa relawan dan mengajukan diri untuk menjadi relawan. Selang beberapa hari kemudian, pengajuan saya diterima. YAY! 🙂
Bersama teman-teman relawan Akademi Berbagi Pekanbaru, saya belajar banyak hal. Kami tidak saja bertatap muka ketika kelas berlangsung, tapi juga bertemu untuk evaluasi kelas, brainstorming ide untuk kelas berikutnya, bertemu narasumber, dan juga meluangkan waktu untuk sekedar piknik hore di sore hari. Setiap hari, diskusi ini itu dan obrolan gak penting lainnya pun terus mengalir melalui grup Whatsapp.
Bersama mereka, saya jadi tau bahwa ternyata ada banyak orang yang tinggal di Pekanbaru dan rela melakukan sesuatu hal tanpa dibayar. Untuk siapa? Untuk masyarakat Pekanbaru tentunya.
Bersama mereka, saya jadi tau bahwa ternyata ada banyak orang-orang sukses di Pekanbaru yang rela berbagi tanpa dibayar materi dan mereka melakukannya dengan sepenuh hati.
Bersama mereka, saya jadi tidak takut untuk bermimpi, bahwa Pekanbaru, sebuah kota yang punya potensi besar untuk maju, akan bisa berkembang seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia. Ini bukanlah mimpi yang muluk-muluk. Semuanya mungkin terjadi, asal ada kemauan dari masyarakatnya untuk bersama-sama membenahi kota ini.
Bersama mereka, saya jadi lebih tau tentang makna berbagi. Bahwa berbagi bukanlah melulu soal materi. Tapi berbagi bisa dalam konteks apapun, yang dapat memberikan manfaat bagi sesama. Saya jadi paham juga bahwa berbagi sangat lekat hubungannya dengan kepuasan hati. Melihat ekspresi bahagia seluruh peserta di kelas Akber Pekanbaru, sudah menjadi reward tersendiri bagi kami. 🙂
Dan pastinya, bersama mereka, saya yang tadinya ingin segera caw dari kota ini, jadi berubah pikiran. Merasa tidak ingin ‘lepas’ dari kegiatan ini. Merasa masih banyak yang harus dilakukan demi mengembangkan kegiatan-kegiatan positif seperti ini di Pekanbaru. Merasa masih ingin tetap disini, bersama teman-teman Akademi Berbagi Pekanbaru. 🙂
***
So, why you volunteering? Maybe I just don’t know how to quit. 😛 But, I really proud to be a part of Akber Pekanbaru, and it’s just like a big chance for me to work with them. Pursue our dreams to make a better Pekanbaru. 🙂
Dan aku masih manyun aja gitu, kalo inget beda umur kita yg 10 tahun ini, huahaha….
Bener bgt, Li. Berbagi itu nggak melulu materi. Yg kamu lakukan skrg udah patut diacungi jempol, TOP! 🙂
LikeLike
Hahahaha jangan manyun dong mbaaa, kalo manyun tar semakin besar loh perbedaan usia kita 😛 Iya bener mbaaa, yaaa lumayanlah aku sekarang ngisi waktu luang dan membuat networking disini hihi
LikeLike
Lia, itu yang kalimat kamu ‘si ini anak siapa, anak pejabat ini’ aku ngerasain bangetttt. Dulu pas pindah dari manado ke pku gak berasa, masuk SMA 1 berasaaaa bgt, dan itu emang jelas perbedaannya 🙂 Waktu sma juga mimpinya cuma keluar dr pku, gak tau kenapa deh hehehe..
LikeLike
Eh astrid, kamu alumni SMA 1 juga? Waa sama dong hahaha. Aku juga pas pindah dari Batam, masuknya di SMA 1 dan nemuin hal kayak gitu di sana 😀
LikeLike
Kita banyak samanya deh. Anak sulungku lahir di Batam. Aku sempat tinggal disana 4 tahun heheheee…. Di Pekanbaru berat penyesuaian pergaulannya bagi anakku. Seperti yang kamu bilang itu, anaknya siapa sangat jadi perhitungan disini. PNS disini seperti raja. Bayangkan gimana jadinya buat anakku yang bapaknya “cuma” karyawan swasta dan bukan orang tempatan pula. Alhamdulillah anakku selalu mendapat sekolah terbaik karena nilainya selalu tinggi, tapi dalam organisasi sekolah dan pergaulan sosial sering tidak mendapat tempat 😦 *malah curhat Maju terus Akademi Berbaginya ya :))
LikeLiked by 1 person
Hmmm, bisa segitunya ya Mak. Duh, kudu banyak sabar nih ^^
LikeLike
Iyah kudu banyak2 sabar mak kalo disini hihihi 😀
LikeLike
Iya mak, aku juga dulu di posisi yang sama, merasa berat banget menyesuaikan diri, papaku juga “cuma” karyawan BUMN biasa, bukan PNS seperti teman2 lainnya dan aku pun pendatang kan disini, walau mamaku emang besar di sini tapi tetep aja kagok hehehe..
Alhamdulillah nilainya bagus terus ya mak, semoga di lain kesempatan bisa lebih aktif kegiatan organisasi & pergaulan sosialnya 🙂
Makasih ya makkkkk 😉
LikeLike
Pingback: Why You Volunteering? Why Not? | Akademi Berbagi Pekanbaru
Denger2 Pekan Baru itu kota yg serba mahal ya mbak? Penting buat emak hemat 😛
LikeLike
Iya mbaa, serba mahal di sini mah hehehe. Kencengin ikat pinggang deh kalo tinggal di Pekanbaru 😛
LikeLike
Akhirnya tren volunteer bisa terus mewabah kemana2, semoga bisa terus berbagi. Tp jangan lupa juga volunteer yang berbahasa Inggris harus sama-sama kita dengungkan dengan ‘sukarelawan’ dalam bahasa Indonesia 🙂
Bahasa ibu pertiwi dijaman ini serba tersisihkan dengan bahasa asing. Jika kita bangga dengan bahasa sendiri, tentu kita harus keren di atas tanah sendiri. Berbagi inspirasi 😉
Salam mba Lia 😀
LikeLike
Iya bener sekali mas Aulia, lebih baik didengungkan dengan istilah “relawan” dalam bahasa Indonesia ya 🙂
Terima kasih mas sudah mengingatkan 😉 Mariii tetap semangat menyebarkan virus berbagi ke sekitar kita ;D
Salam dari Pekanbaru! 🙂
LikeLike
Sama-sama mba Lia, di Aceh juga pada ngetren lho. Kadang saya juga agak risih, masak cuma hari Sumpah Pemuda ngaku berbahasa satu setelah itu habis sumpahnya dan bahasa pun hilang hahaha 😀
LikeLike
Keren Li. Sukses terus ya. Beruntung sekali Pekanbaru mendapatkan orang-orang seperti dirimu dan Akademi Berbagi.
LikeLike
Makasih Mas Dani 🙂
LikeLike
Liaaa, aku udah sering denger soal ini tapi belum pernah bener2 caritau itu apaan :D, temen2ku ada beberapa yang gabung Akber Bandung, hehehehe. Gara2 baca posting ini jadi tertarik deh gabung yang Akber Jakarta.
LikeLike
Ikutan deh Mandha yang di Jakarta, relawan di sana juga keren2, aku nyesel waktu dulu di Jakarta ga sempetin buat ikutan hehhehe 😀
LikeLike
Masih ada ga kegiatan ini?
LikeLike
Masih, cek twitternya di @akberpekanbaru ya 🙂
LikeLike
Ish keren!
Kudoakan misimu sukses membangun tanah kelahiran kita (samaaaa nunpang lahir juga di pekanbaru)
😀
LikeLike
Mbaaaa maafkan aku baru ngeh ada komenmu di sini hehehe. Iya amiiinnnn, bantu doa dari kota seberang ya mbaaa! 😀
LikeLike
Kalau saya sampai sekarang masih merasa culture shock, bahkan rasanya pengen pindah ke jakarta lagi, huuhuhi
Next kelas akber ikut lagi deh, biar tetap ‘waras’ bertahan dikota ini. Haahah
LikeLike
Keinginan pindah lagi ke Jakarta atau luar kota selain Pekanbaru pun masih suka aku rasakan, Karinaa.. Tapi yaaaa ditahan2 dulu lah di sini hehe.
Yuk ikutan lagi kelas akber selanjutnya 🙂
LikeLike
Lia, coba sering-sering berbagi dengan teman2 yg sudah lama di sini.Kamu akan tau,bukan hanya kamu yang awal-awal ingin pindah….hehehe ;-D
LikeLike
O ya, support ya utk kegiatannya…smoga memberikan banyak arti bagi orang lain,Amiin.
LikeLike
Hehehe makasih bu dhonaaa..
Ayo bu kapan2 ikutan juga kelasnya, bu ineng kemarin udah ikutan, semoga banyak dosen PCR dan mahasiswanya yang ikutan kelas akber, jadi bisa sama2 nambah ilmu dan memperluas pertemanan 😉
LikeLike
Pingback: Kopdar Pertama di 2014 | My Life, My Story
Waah asyik ya, saya juga jadi ingin coba organisasi ini..
Kalau cabang Jogja ada tidak ya?
LikeLike
Haloo.. Akademi Berbagi Jogja ada kok, coba cek infonya di twitter @akberjogja 😉
LikeLike
Oke deh sipp…
Itu kegiatannya kebanyakan condong pada mengajar ya kak?
LikeLike
Intinya sih, sharing berbagai ilmu yang sifatnya aplikatif. Trus gurunya juga orang2 yang udah kompeten di bidangnya. Jadi ya selain bisa dapat ilmu, bisa memperluas networking juga 😉
LikeLike
Halo…salam kenal Lia..
btw, keliatannya asik ya ikut organisasi ini.. 🙂
LikeLike
Halo salam kenal juga, makasih ya udah mau mampir kemari 🙂 Hehe iya nih asik, kamu posisi di kota mana? Coba ikutan deh, akber ada di 35 kota di Indonesia 😉
LikeLike
Halooo salam kenal…
Saya tertarik pengen ikut akademi berbagi juga. sampai sekarang masih aktif kan ya?
kegiatannya apa aja ya?
p.s saya baru di Pekanbaru.
LikeLike
Halo mbak Eka 🙂
Iya masih aktif kok mbak. Kegiatannya kelas sharing 1x dalam sebulan. Materinya beragam mbak. Bisa cek infonya di twitter @akberpekanbaru ya atau di grup facebook Akber Pekanbaru 🙂
LikeLike
baru baca dan akhirnya mengerti kenapa banyak yang stress ketika pertama kali datang ke Pekanbaru. Kalo aku sih santai aja, karena aku anak PEJABAT (*Peranakan Jawa Batak) :v :v
LikeLike
Hihihi iya, kalo stress ya dinikmati aja sih ehehe 😀
LikeLike
Pingback: Best of 2014 | My Life, My Story